Berawal dari iseng-iseng
searching tiket di aplikasi Air Asia, keisengan ini saya lakukan setelah pulang berlibur dari
Thailand April lalu untuk mengikuti festival Songkran seperti biasanya.
Tiba-tiba kebetulan saya lihat tiket ke Vietnam cukup murah menurut saya, rute
yang saya ambil kemarin yaitu : Surabaya-Kuala Lumpur (Transit) à Kuala Lumpur-Da Nang à Da Nang-Ho Chi Minh à Ho Chi Minh-Kuala Lumpur
(Transit) Ã Kuala Lumpur-Surabaya seharga Rp.
1.972.000. Tanpa pikir panjang waktu itu saya langsung membeli tiket tersebut,
karena kebetulan saya juga masih ingin kembali lagi ke Vietnam terutama di daerah
Da Nang yaitu kota tua Hoi An. Waktu itu saya ambil penerbangan 4 September dan
kembali ke Surabaya 11 September. Tiket pesawat sudah ditangan barulah saya
membuat itinerary 7 hari selama di Da
Nang dan Ho Chi Minh. Selesai membuat itinerary
kembalilah saya iseng lagi untuk memposting kalau saya lagi cari barengan di
salah satu grup backpacker yang ada
di facebook, kali aja ada yang nyangkut dan bisa di ajak share cost. Eh beberapa hari kemudian ada beberapa orang yang
pengen ikut dan sampai akhirnya ada 1 kandidat yang masih bertahan yaitu Mbak
Aeni dari Tanggerang yang nantinya akan mengajak suami dan anaknya juga. Dari
keisengan posting cari barengan di Vietnam akhirnya ada yang mau juga, karena
sebelumnya saya ke Vietnam solo
backpacker. Cuman niatnya sih iseng aja posting di grup backpacker facebook, Kalau ada yang mau
juga monggo dan kalau nggak adapun juga gapapa sih soalnya sebelumnya saya juga
sudah pernah kesana jadi masih begitu paham beberapa jalan dan kondisi di
vietnam.
Saya tidak banyak pikiran untuk
pergi kesana, prepare semua barang-barang yang akan dibawa itu saja H-1 dan
untuk uang saya hanya membawa Rupiah saja karena tahun lalu saya bisa
menukarkan uang rupiah di salah satu money
changer yang ada di area bandara Da Nang. Oleh sebab itu saya tidak terlalu
khawatir dalam masalah uang karena bisa ditukar nanti disana. Untuk persiapan
lain hanya baju membawa 5 pasang, celana panjang 1, celana pendek 2, dan jangan
lupa untuk membawa obat-obatan ataupun vitamin karena itu sangat penting. Gak
keren dong kalau mau liburan malah sakit-sakitan selama disana, karena
sebelumnya saya juga pernah mengalami hal seperti itu dan itu tidak menyenangkan
sama sekali, karena kamu harus benar-benar istirahat agar kesehatan kamu cepat
pulih dan melanjutkan perjalanan liburan kembali. Oleh sebab itu membawa
obat-obatan tidak boleh dianggap sepele, apabila kalian sudah merasa lelah atau
merasa tidak enak badan mending langsung untuk beristirahat beberapa jam dan
meminum obat yang kalian bawa.
Lanjut dari beberapa persiapan
tadi, saya juga sebelumnya berdikusi dengan mbak Aeni mengenai penginapan yang
sekiranya cocok untuk bermalam selama di Da Nang dan Ho Chi Minh. Di Da Nang
saya merekomendasikan untuk menginap di penginapan saya tahun lalu karena
disana sudah menyediakan persewaan motor, jadi tidak perlu untuk mencari
persewaan motor selama di Da Nang. Selain itu penginapannya dekat dengan
bandara, bisa ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 30 menit saja. Karena dulu
saya pernah melakukan hal tersebut, jadi saya berkata apa adanya kalau memang
tidak menginginkan untuk menggunakan kendaraan bermotor dari bandara menuju
penginapan. Nama penginapan tersebut adalah WinWin Hostel. Waktu itu saya booking melalui app Traveloka
mendapatkan harga Rp. 259.000/5 malam include
breakfast bisa milih mie atau sandwich, memang agak susah mendapatkan
penginapan tersebut karena bolak-balik penuh dan kalu nggak gitu harganya masih
mahal menurut saya. Tetapi setelah saya pantau setiap harinya barulah dapet
harga yang cukup murah kalau per hari dapetnya Rp. 50.000an itupun sudah include breakfast yah, oh iyah untuk
kamar yang saya pesan selalu dormitory
untuk perjalanan ke luar negeri karena selain harga yang murah kita juga dapat
berbaur dengan wisatawan asing lainnya. Untuk kamar yang dipilih mbak Aini
yaitu family room karena mengingat
membawa anak kecil yang usianya masih sekitar 2 tahun yang masih rewel-rewelnya
saya rasa itu wajar, oleh sebab itu mbak Aini lebih memilih family room agar tidak mengganggu
wisatawan lain yang menginap disana. Untuk harganya saya tidak begitu paham,
yang jelas jauh lebih mahal 2x lipat dibanding dormitory. Selanjutnya untuk penginapan di Ho Chi Minh saya
menyarankan untuk menginap di Himalaya Phoenix hostel Saigon yang letaknya
dekat dengan Ben Tanh Market karena lokasinya masih di tengah kota yang saya
rasa cukup strategis dan dekat dengan pol berhentinya bus. Memang penginapan
tersebut juga baru bagi saya, karena tahun lalu penginapan saya cukup jauh sih
dari Ben Tanh Market dan harus berjalan sekitar 30 menit dari penginapan ke Ben
Tanh Market. Karena saya merencanakan ketika di Ho Chi Minh hanya wisata kota
saja tanpa menyewa motor. Waktu itu saya pesan melalui app Traveloka
mendapatkan kamar dormitory seharga
Rp. 52.000/malam sudah include breakfast bisa pilih Nasi telor, Mi
Telor, atau Sandwich dan free minuman seperti kopi, teh, dan es
jeruk yang sudah disediakan di dapur.
Sedikit tips buat kalian yang
ingin booking penginapan bisa menggunakan app Traveloka ataupun tiket.com, bukan sponsor atau apa sih. Cuman
jika kalian memesan melalui app tersebut terkadang ada promo penginapan
internasional yang bisa kalian manfaatkan, Selain itu untuk pembayaran cukuplah
mudah dengan menggunakan transfer antar bank. Jika kalian menggnunakan Agoda
atau Air BNB setahu saya harus menggunakan credit
card, memang harganya cukup bersaing
sih, tetapi terkadang masih ada tax
juga. Tetapi kembali kepada temen-temn semua, karena disini saya kondisinya
tidak mempunyai credit card oleh sebab itu saya menyarankan
untuk ke 2 app yang saya sebutkan tadi.
Selesai berdiskusi mengenai
penginapan selanjutnya yaitu mengenai ketibaan mbak Aeni dan keluarga ketika
sudah sampai di bandara Da Nang. Ini merupakan pengalaman pertama kali mbak
Aeni dan keluarga untuk main ke luar negeri, jadi wajar mbak Aeni sering
bertanya kepada saya misal mengenai ketika berada di Imigrasi dan barang apa
yang sekiranya tidak boleh dibawa, kemudian ketika sampai di Bandara Da Nang
untuk menuju penginapan sebaiknya menggunakan transportasi apa. Selesai
membahas itu semua kami hanya menunggu waktu keberangkatan saja. Oh iyah untuk
keberangkatan kami berbeda tanggal dan berbeda kota yah, mengingat Mbak Aeni
tinggal di Taggerang maka harus berangkat dari CGK sedangkan saya berangkat
dari Juanda. Saya berangkat duluan di tanggal 4 sampai di Da Nang, sedangkan
Mbak Aeni tiba di Da Nang tanggal 5 malam dikarenakan harus transit di
Singapore cukup lama sekitar 17jam disana. OK baiklah tanpa basa-basi lagi,
langsung saja waktunya untuk menjelaskan awal perjalanan saya ke negeri paman
Ho yang sudah saya tunggu-tunggu.
Langkah awal yaitu seperti biasa
saya menuju terminal bunder yang ada di Gresik kemudian melanjutkan perjalanan
ke bandara Juanda menggunakan bus Damri yang sudah tersedia di terminal Bunder
dengan tarif Rp. 50.000/orang. Waktu itu saya berangkat pukul 17:00 dari
terminal Bunder sedangkan flight saya
masih besok pagi, saya hanya jaga-jaga agar tidak terlambat karena flight saya pukul 05:00 jadi lebih baik
saya memilih untuk menghabiskan waktu di bandara daripada harus berangkat dini
hari karena kebetulan juga tidak ada yang mengantar. Tidak banyak kegiatan
selama di bandara, saya hanya bermain Hp sampai ketiduran hingga tidak terasa
tiba saatnya untuk boarding pukul
04:00.
Seperti biasa menunggu keberangkatan pagi hari dan harus bermalam di bandara |
Akhirnya penerbangan pagi buta |
Tiba di KLIA2 sekitar pukul 08:00
dan disana saya harus masih menunggu sekitar 5jam lagi baru dilanjutkan
penerbangan ke Da Nang, sambil menunggu waktu keberangkatan saya gunakan untuk
bermain game Pokemon Go di Hp biar
tidak suntuk selama di bandara, selain itu saya terkadang membaca beberapa
artikel di internet mengenai wisata di kota Da Nang yang mungkin bisa menjadi
referensi ketika berada disana.
Setibanya di bandara KLIA2 |
Seperti biasa bandara KLIA2 padat pengunjung |
DAY
1
Singkat cerita sekitar pukul
16:00 tibalah saya di bandara internasional Da Nang dan langsung tanpa basa
basi setelah melewati imigrasi yang tidak begitu padat saya langsung menuju konter
Sim card yang dimana saya kebetulan tahun lalu masih menyimpan uang VND
300.000, kemudian saya gunakan untuk membeli Sim card dibandara
seharga VND 200.000 masa pemakaian 1 minggu. Setelah itu lanjut ke money changer yang masih saya ingat tempatnya, ketika melewati pintu
keluar ternyata banyak sekali perkembangan di bandara Da Nang. Saya harus
mencari-cari money changer yang dulu saya kunjungi. Setelah
cukup beberapa lama mencari-cari akhirnya ketemu juga money changer yang saya
kunjungi dulu namanya Exim Bank, setelah saya masuk kedalam dan ingin menukar
rupiah staff nya bilang sudah tidak bisa lagi.
Pada saat itu juga saya sedikit
terkejut mendengarkan penjelasan staff
money
changer itu, Ok ini kecerobohan awal saya
karena meremehkan sesuatu hal kecil tanpa ada plan B. Sekarang di money changer Exim Bank sudah tidak bisa menerima mata uang Indonesia dan
hanya menerima USD saja, sedangkan di tangan saya hanya membawa Rupiah saja dan
VND 100.000 sisa tahun lalu. Keadaan ini cukup membuat saya lumayan bingung dan
memutar otak agar Rupiah saya bisa ditukar ke VND (Vietnam Dong). Akhirnya saya
memasuki semua money changer yang ada di bandara sampai ada
yang mau menerima Rp untuk di tukar VND, setelah memasuki beberapa Money changer alhmadulillah ada juga yang menerima meskipun dengan rate yang tidak bagus. Waktu itu saya
menukar Rp. 1.000.000 dan yang saya dapat VND 1.000.000 dalam hati lumayan
sudah ada yang mau menerima dan bisa saya pakai untuk beberapa hari kedepan di
Da Nang. Jadi ini merupakan pengalaman dari saya yang mungkin bisa kalian
perhatikan, Jangan menyepelekan hal kecil seperti saya diatas meskipun sudah
menemukan solusinya dengan cara terpaksa. Jadi ketika kalian sudah pernah
berkunjung ke negara sebelumnya yang sudah kalian kunjungi bertindaklah
sebagaimana kalian belum mengunjungi negara tersebut. Karena saya berfikir
waktu terus berjalan dan negara-negara mengalami perkembangan, mungkin Vietnam
kali ini kurs mata uangnya lumayan baik di banding sebelumnya jadi mereka sudah
tidak bisa menerima Rupiah lagi meskipun ada beberapa money changer yang masih
bisa tetapi dengan rate yang tidak
bagus menurut saya.
Akhitnya tiba di Bandara internasional Da Nang dengan selamat |
Welcome Da Nang |
Drama Money Changer |
Lanjut setelah selesai dari drama
money changer saya meneruskan perjalanan untuk menuju penginapan dengan
jalan kaki, kalau dilihat dari map sih sekitar 30 menit. Saya memilih jalan
kaki selain ingin melihat perkembangan kota Da Nang saya juga tidak ada plan
hari ini. Ketika sudah berada dekat dengan lokasi penginapan saya bingung dan
masih harus mencari-cari penginapan yang akan saya tempati untuk beberapa hari
kedepan. Karena dulu dari seberang jalan saja mudah untuk ditemukan, tetapi
tidak kali ini dan membuat saya sampai jalan kelewatan setelah melihat map
lagi. Ternyata didepan penginapan sekarang dibuat orang jualan makanan lokal,
karena dulu didepan penginapan trotoarnya masih kosong tanpa ada pedagang. Sekarang
hampir di sepanjang trotoar digunakan untuk berjualan oleh pedagang ketika
malam sudah mulai tiba. Inilah yang saya jelaskan tadi bahwa tidak semua
keadaan yang dulu masih sama hingga sekarang.
Sesampainya di WinWin Hostel saya
langsung Check in dan harus membayar deposit sebesar VND 50.000. Sudah saya
jelaskan sebelumnya mengapa saya memilih WinWin hostel lagi untuk ke2 kalinya?
Karena hostelnya cukup tenang, staff
yang sangat ramah meskipun ada beberapa yang bahasa inggrisnya masih kurang
tetapi mereka masih tetap berusaha sama seperti saya dan terkadang kami saling
menulis text di google translate, ada persewaan motor bisa
pilih yang model bebek ataupun matic
dengan harga yang berbeda tentunya, dan jika kalian tidak mau ribet di hostel
ini juga menawarkan beberapa paket wisata dan tour wilayah Da Nang dan luar wilayah Da Nang dengan harga yang
cukup bersaing.
Beberapa destinasi open trip yang disediakan penginapan |
Bukti pembayaran penginapan dengan deposit VND 50.000 |
Selesai mengurus semua dokumen
untuk menginap saya langsung pergi ke kamar untuk bersih-bersih dan merapikan
semua perlengkapan. Oh iyah sekali lagi saya ingatkan kamar yang saya pesan typenya Dormitory yang dimana kasurnya bersusun seperti asrama, meskipun type kamarnya Dormitory tetapi didalam ruangan sangat terjaga kebersihannya dan
ada beberapa kertas seperti peringatan untuk wisatawan contohnya seperti mematikan
lampu kamar mandi ketika sudah tidak digunakan lagi dan membereskan sampah
makanan pribadi. Malam itu di Da Nang awalnya ingin menyewa motor untuk
berkeliling ketika malam hari, tetapi melihat kondisi keuangan kali ini dan
waktunya juga terlalu malam akhirnya saya mengurungkan niat saya untuk menyewa
motor dan saya lebih memilih untuk berjalan kaki untuk menuju Cong Ca phe yang
dimana tempat ini merupakan kafe tongkrongan anak muda di Da Nang dengan
berbagai macam kopi lokal maupun snack.
Waktu di Cong Caphe saya hanya memesan Ca phe Sua Da yaitu kopi susu khas
vietnam seharga VND 35.000. Selesai dari Cong Ca phe saya kembali ke penginapan
tetapi sebelumnya saya menikmati keindahan Dragon Bridge malam hari dengan
beberapa kapal yang berwarna warni berkeliling di sekitar jembatan Dragon
Bridge.
Sebelum ngopi makan malamnya Com Ga |
Tempat tongkrongan anak muda di Da Nang |
Beberapa furniture dan hiasan vintage menjadi daya tarik tersendiri |
Wasting time di dekat Dragon Bridge |
Jajanan kaki 5 "Banh My" |
Bentuknya seperti ini, saya pesen no pork |
DAY
2
Hari ke2 di kota Da Nang saya
bangun pagi pukul 08:00 yang awal rencananya ingin bangun lebih pagi tetapi
malah bangun kesiangan, setelah itu saya langsung mandi dan sarapan terlebih
dahulu baru setelah itu saya sewa motor bebek di penginapan seharga VND
100.000/hari dengan depositnya yaitu paspor kita. Untuk sewa motor di luar
negeri sejauh ini semuanya aman tanpa dimintai untuk menunjukan SIM
Internasional, jadi tidak perlu khawatir untuk temen-temen ketika mau explore menggunakan motor. Selesai
mengurus sewa motor saya langsung tancap gas menuju destinasi pertama yaitu
menuju Hai Van Pass yang dimana tempat tersebut merupakan dataran tinggi untuk
melihat view kota Da Nang dan garis pantai
yang ada di kota Da Nang, kalau istilahnya sih View Point. Untuk
estimasi perjalanan dari penginapan menuju Hai Van Pass menurut google map
sekitar 30 menit. Kondisi kendaraan di kota Da Nang tidak cukup ramai bahkan
tidak menemukan kemacetan, hanya di beberapa jalan kecil saja yang dilalui
kendaraan bus saya menemukan kemacetan tetapi tidak terlalu parah. Kemudian
ketika kalian menyewa kendaraan bermotor harus menggunakan lajur kanan yah...harus
di ingat, karena lajurnya berbeda dengan yang ada di Indonesia. Apabila kalian
lupa menggunakan lajur kanan pasti sudah tahu kan akibatnya.
Kamar dormitor yang saya tempati |
Ruang santai untuk sarapan |
Pagi itu jalanan masih tampak
tidak begitu ramai tetapi tetap saja orang Vietnam ketika menggunakan kendaraan
bermotor khususnya sepeda motor tidak bisa santai, karena apabila tidak
menggunakan klakson rasanya bukan mengendarai sepeda motor di Vietnam...hahahaha.
Banyak sekali orang yang saya jumpai menggunakan motor saling klakson meskipun
kondisinya tidak cukup berbahaya. Jadi Jangan heran kalau berada di jalan raya
merasa bising dengan klakson motor yang sering terdengar. Oh iyah di Da Nang
cuacanya cukup panas hari ini dan bikin gerah karena melihat letak geografis
kota Da Nang dekat dengan laut, memang sih anginnya sepoi-sepoi hanya saja
angin dari laut.
Sebelum ke Hai Van Pass mampir di pinggir pantai dulu sambil menikmati udara pagi waktu itu |
Singkat cerita setibanya di Hai
Van Pass sekitar pukul 10:00 dan saya melihat ada beberapa remaja yang sedang
berfoto di daerah Hai Van Pass. Waktu itu yang saya lakukan hanya berfoto dan
membuat beberapa video saja untuk mengisi dokumen HP selama perjalanan di
Vietnam dan ini merupakan pertamakalinya saya mengunjungi spot Hai Van Pass. Benar saja view
dari Hai Van Pass cukup bagus dan memanjakan mata karena saya bisa melihat view pemandangan landscape kota Da Nang dari sini. Ternyata lama-lama panas juga
disini dan saya memutuskan untuk turun sedikit tidak jauh dari Hai Van Pass
saya menemukan seperti kedai untuk beristirahat. Saya menghabiskan waktu disini
cukup lama sekitar 3 jam untuk menikmati sekaleng coca-cola dingin dengan badan
yang sudah mulai gerah ini.
Hai Van Pass emang keren sih |
Rock kafe lebih kayak warung sih tapi unik juga dikasih hammock |
Pemandangan dari Rock Kafe |
Paling ribet kalau ada acara nambal ban. Karena susah jelasinnya kepada warga lokal |
Rencana awal saya sih sebelumnya ingin
mengunjungi beberapa destinasi seperti Lap An Lagon dan Elephant Spring yang
menurut saya cukup menarik untuk dikunjungi dan sejalan dari Hai Van Pass.
Tetapi akibat dari bangun kesiangan akhirnya saya lebih memilih untuk ke Hai
Van Pass dan kedai Rock Bar tadi. Tidak
terasa waktu sudah menunjukan pukul 14:00 dan saya memilih untuk kembali ke
penginapan untuk beristirahat sambil menunggu kabar dari mbak Aeni.
Segernya beda emang es kopi Vietnam |
Sekitar pukul 19:00 mbak Aeni memberi
info kepada saya bahwa barusan saja tiba di bandara dan bingung ke penginapan
menggunakan apa, saya menyarankan untuk naik grab saja dari bandara karena
harganya yang tidak terlalu mahal dan saya rasa lebih aman mengingat mbak Aeni
membawa anak kecil juga. Tetapi mbak Aeni cerita kepada saya kalau tadi sempat
ditawarin naik grab tetapi abang grabnya menggunakan aplikasi tiruan grab yang
harganya sudah di setting semau dia
sejak awal. Ini merupakan informasi baru yang saya dapatkan dari mbak Aeni
mengenai scam yang ada di Vietnam dan
ini bisa menjadi informasi baru juga untuk temen-teman yang sedang membaca
artikel ini.
Kemudian setelah mbak Aeni
bercerita seperti itu saya langsung bilang untuk menggunakan aplikasi grab
secara manual saja dari HP karena harganya sangat jauh dibanding aplikasi
tiruan dari abang grab sebelumnya. Benar saja ketika mbak Aeni ngecek langsung
harga one way dari bandara menuju penginapan sekitar VND 30.000 saja,
sedangkan ketika menggunakan aplikasi grab tiruan abang grab sebelumnya bisa
mencapai VND 300.000 padahal jaraknya tidak begitu jauh menuju penginapan. Jadi
untuk temen-temen ketika berada di luar negeri kemanapun itu tetap selalu
waspada dengan scam yang ada disana
salah satunya seperti kasus yang dialami mbak Aeni tadi. Singkat cerita mbak
Aeni dan keluarga tiba di penginapan dengan selamat dan langung ke kamarnya
untuk beristirahat karena besok kami akan memulai perjalanan bersama beberapa
hari kedepan selama di Da Nang.
DAY
3
Pagi harinya kami berjanji berkumpul
di ruang santai sekitar pukul 09:00 untuk sarapan dan siap explore Da Nang. Sebelum berangkat kami mengurus sewa kendaraan
yang akan mbak Aeni gunakan beberapa hari kedepan. Waktu itu saya menyarankan
ke mbak Aeni menggunakan motor jenis matic
saja karena membawa anak kecil. Untuk sewa motor matic mbak Aeni VND 120.000/hari dan memberikan jaminan paspor saja
tanpa harus menggunakan SIM Internasional. Selain menyewakan motor Win Win
hostel juga menyewakan Sim Card bagi pelancong yang hanya beberapa
hari saja tinggal disini, kemudian ada beberapa informasi mengenai open trip
wisata sekitar Da Nang dan di luar Da Nang untuk memudahkan para wisatawan baik
asing maupun lokal yang sudah saya jelaskan diawal. Setelah menyelesaikan
dokumen sewa motor kami langsung saja berangkat dengan tujuan awal di Chua Linh
Ung Pagoda yang letaknya diatas bukit dengan estimasi waktu 30 menit untuk
mencapai sana dari penginapan. Untuk medannya tidak cukup sulit karena jalanan
kebanyakan sudah di aspal dengan baik hanya saja cuaca Vietnam yang cukup panas
dan bikin gerah seperti biasanya.
Sesampainya di Chua Linh Ung kami
langsung menuju tempat parkir motor dan hanya membayar seikhlasnya saja.
Setelah itu kami masuk dan explore
wilayah Chua Linh Ung tanpa dipungut biaya apapun karena basicly tempat ini adalah salah satu tempat wisata gratis yang
lumayan banyak dikunjungi wisata mancanegara khususnya dari korea. Disana kami
hanya menikmati beberapa patung/bangunan yang dijadikan spot foto. Selain itu
ada juga tempat ibadah bagi agama Budha yang kebetulan tempat ibadah itu masih
aktif digunakan sampai sekarang baik itu oleh warga setempat maupun turis asing
yang sedang berwisata disana. Jika kalian ingin memasuki tempat ibadah tersebut
diharuskan untuk menggunakan pakain sopan dan melepas alas kaki agar terjaga
kesuciannya. Perjalanan saya lanjutkan setelah mendokumentasikan beberapa foto
dan video di tempat ibadah kami berjalan ke tempat lain dengan melihat beberapa
tanaman bonsai dari ukuran kecil sampai yang besar dengan beberapa keunikan
akar-akar yang dimilikinya. Setelah itu kami lanjut menuju patung Dewi Kuan Im
dengan ukuran yang sangat besar, disinilah para wisatawan asing maupun lokal
berkumpul untuk berswa foto dengan
patung tersebut. Sesekali saya mencari tempat yang sekiranya bisa melihat view laut dari atas untuk menenangkan
pikiran.
Sesampainya di Chua Linh Ung |
Mengunjungi tempat bersembahyangnya warga lokal |
Cocok banget di tengah terik matahari yang sangat menyegat hari ini |
mini market yang jual minuman di Chua Linh Ung |
View kota Da Nang dilihat dari Chua Linh Ung |
Patung Chua Linh Ung atau biasa disebut dewi kwan im |
Sekitar pukul 13:00 kami memilih
untuk meninggalkan tempat ini karena sudah terlalu panas...panas e wes ra umum
gaessss. Setelah berunding di Chua Linh Ung kami sepakat untuk menuju Cong
Caphe yang dimana tempat tersebut adalah kafe tongkrongan favorit remaja di Da
Nang dan kebetulan kemarin saya sempat berkunjung kesana. Tema yang diusung di
Cong Caphe kebanyakan Vintage, jadi
ada beberapa barang tua seperti tumpukan buku, helm jaman peperangan, dinding
yang terkesan tua, tetapi dari nampak luar bangunannya cukup bagus seperti kafe
biasanya dan harga yang dibandrol tidak terlalu mahal. Waktu itu saya memesan
Ca Phe de atau kopi hitam dengan harga VND 20.000. Kenapa dari dulu saya sangat
suka dengan kafe yang lebih mengusung tema kopi di Vietnam? Karena menurut saya
meskipun memang Vietnam yang terkenal adalah produk kopi, selain itu sifat
orangnya yang sedang ngopi itu benar-benar santai dan saya lihat kebanyakan
anak-anak muda yang sedang mengobrol tanpa memegang HP. Saya tidak membedakan
dengan negara kita, karena tiap negara pasti beda sifat/perilaku khususnya
ketika ngopi. Lha dari situlah moment tersebut yang saya cari ketika berada di
Vietnam. Rasanya sangat santai ngobrol sambil minum kopi dan dilengkapi dengan
kuaci tanpa ada gadget ditangan.
Mampir disini lagi untuk ke2 kalinya |
Niatnya mau kedalam Pink Cathedral, berhubung didalam cukup ramai jadi lihat dari jauh saja |
Selesai puas menikmati kopi dan
melihat cuaca diluar sudah terlihat sore kami keluar untuk mencari makanan,
karena kebetulan tidak jauh dari Cong Caphe adalah Han Market yang dimana banyak sekali restoran ataupun kedai yang
menjual makanan berat ataupun ringan. Hanya saja kami bingung untuk memilih
karena kebanyakan menu di luar hanya tulisan saja tanpa ada gambar. Akhirnya
kami berhenti di kedai dengan tulisan dan gambar menu yang ditawarkan. Disitu
saya melihat ada nasi goreng dan tanpa banyak pikir langsung saja saya masuk
untuk memesan nasi goreng..hehehehe.
Kenyang mengisi perut perjalanan
kami lanjutkan lagi yaitu menuju pantai, pantai yang cukup terkenal di Da Nang
yaitu My Khe. Sebenarnya jika kamu mencari pantai di Da Nang tidak perlu
bingung karena garis pantai di Da Nang cukup panjang. Jadi kamu bisa memilih
pantai mana yang ingin kalian tuju. Sore itu lumayan banyak pengunjung di
pantai My Khe ada yang bermain volly, sepak bola, memancing, dan aktivitas
lainnya. Untuk peraturan di pantai My Khe sendiri cukup bagus saya rasa, karena
pengunjung tidak diperbolehkan untuk makan di sekitar pasir pantai untuk
mengurangi sampah dan menjaga kebersihan pastinya. Kemudian ada petugas
berseragam seperti polisi pantai saya rasa yang sering mondar-mandir untuk
mengotrol, kemudian ada juga yang menjaga di beberapa titik yang menggunakan
kapal kecil karena ombak di pantai My Khe cukup besar dan sampai harus di kasih
tali sebagai zona aman untuk berenang. Jika ada yang keluar atau melewati garis
aman akan di tiup peluit oleh petugas. Saya sangat respect dengan peraturan
pantai yang diterapkan di Da Nang demi kenyamanan semua pengunjung.
kali ini jadi anak pantai dulu |
My Khe Beach bisa dikatakan menjadi pantai favourite bagi wisatawan lokal maupun asing |
Pada saat itu saya melihat ada 2
orang remaja yang sedang bermain voli disisi lain sedangkan disisi lain juga
ada yang bermain dengan orang yang lebih banyak, penjaga pantai langsung
memberikan kode kepada 2 remaja tersebut untuk ikut gabung dengan orang-orang
yang ada disisi lain. Keadaan ini sangat jarang saya lihat di pantai sekitar
tempat saya tinggal, mungkin ini bisa dijadikan contoh kedepannya. Karena
selain lebih mudah untuk pengontrolan penjaga pantai, disisi lain orang-orang
akhirnya bisa lebih mengenal satu sama lain.
Jika kalian kelaparan setelah
bermain air di pantai, di dekat parkiran ada beberapa kedai yang menawarkan
beberapa makanan khususnya seafood.
Jadi kalian tidak perlu bingung ketika merasa lapar disana dan yang pasti
harganya masih terjangkau menurut saya. Tidak terasa hari mulai gelap dan
petugas mulai meniup peluitnya yang menandakan area pantai harus benar-benar
kosong demi keamanan, saya dan keluarga mbak Aeni langsung menuju parkiran
untuk mengambil motor untuk kembali ke penginapan. Waktu itu saya dikenakan
biaya parkir untuk wisatawan asing VND 5.000/motor sedangkan untuk warga lokal
VND 3.000/motor. Sesampai penginapan kami langsung istirahat untuk menjaga
kondisi badan karena besok masih harus explore
kota Da Nang lagi.
Menghabiskan malam di Han Bridge |
Lanjut kuliner malam di Han Bridge Night Market |
DAY
4
Pagi
hari itu kami bangun pukul 08:30 dan langsung saja sarapan di penginapan,
setelah makan kami sudah siap seperti biasanya langsung menuju destinasi
pertama yaitu ke Marble mountain yang berupakan bukit marmer yang dijadikan
tempat wisata wajib yang harus dikunjungu ketika ada di Da Nang. Selain
fungsinya sebagai bukit terdapat ada beberapa goa dan patung-patung Budha yang
ada disana, salah satu Goa dipercaya merupakan tempat di kurungnya kera raksasa
yang ada di serial televisi yaitu Sun Go Kong. Marble Mountain juga bisa
dijadikan untuk para pencari spot view
landscape kota Da Nang, karena dari atas bukit kita bisa melihat view landscape kota Da Nang dan garis
pantai yang cukup panjang. Jarak tempuh dari penginapan ke Marble Mountain
sekitar 40-50 menit saja dengan kondisi lalu lintas yang tidak begitu ramai.
Sesampai di Marble Mountain saya
langsung menuju tempat parkir dengan membayar parkir VND 5.000/motor. Setelah
itu kami menuju loket masuk dan membeli tiket masuk seharga VND 40.000/orang
ditambah VND 15.000 untuk naik menggunakan lift/one way. Jadi ada 2 jalur yang
ditawarkan ketika menuju atap Marble Mountain, yang pertama menggunakan tangga
yang disediakan dengan jalur yang cukup menanjak secara gratis hanya menunjukan
tiket masuk saja dan yang kedua yaitu menggunakan lift berbayar. Pada saat di Marble Mountain banyak sekali
tempat-tempat yang bisa digunakan untuk menambah dokumentasi perjalanan salah
satunya yang dari dulu belum sempat saya kunjungi dan masih penasaran yaitu goa
untuk mengurung Sun Go Kong itu. Karena di tahun sebelumnya saya tidak
menemukan Goa ini, dan kali ini akhirnya saya menemukan goa tersebut. Menurut
artikel yang saya baca ada seperti goresan di dinding yang kemudian jika
diperhatikan lebih dalam akan membentuk seperti wajah kera yang cukup besar.
Tetapi pada saat saya disana saya mengamati setiap dinding dan tidak menemukan
gambar tersebut mungkin dikarenakan saya kurang teliti. Selain itu dari sekian
banyak goa memang yang paling bagus adalah goa tersebut yang didalamnya
terdapat beberapa sesajen seperti biasa dan ada beberapa patung dan paling spesial
yaitu atap goa tersebut berlubang sehingga membiarkan cahaya masuk dari atas
yang kemudian tempat ini sangat cocok untuk dijadikan spot foto.
Bunga Lotus yang baru mekar |
Beberapa ukiran naga yang ada di Marble Mountain |
wayae caturan bos ben ora sumpek |
Beberapa bangunan di Marble Mountain cocok dijadikan spot fotogenic |
Kononnya katanya di Goa ini dikurungnya Sun Go Kong dan sampai sekarang saya masih penasaran |
Puas dari goa saya lanjut perjalanan
menuju puncak bukit untuk melihat view
landscape kota Da Nang dan sekitarnya. Pada saat itu cuaca sangat panas,
karena ketika saya tiba diatas sekitar pukul 12:00 dengan matahari yang cukup
menyengat dan akhirnya saya tidak berlama-lama berada diatas. Untuk menuju Top view tersebut sangat menguras banyak
tenaga karena trek yang cukup menanjak dengan sudut yang bisa dikatakan hampir 90o
. Sedikit tips untuk kalian yang ingin pergi ke Top view kalau bisa membawa minuman dan jalan santai saja. Serasa
sudah puas mengelilingi Marble Mountain kami memutuskan untuk turun dan
beristirahat di dekat parkiran sebentar untuk membeli minuman yang menyegarkan.
Dekat dengan parkiran terdapat beberapa toko souvenir khas Marble Mountain yang pasti bahannya dari batu marmer
baik itu dibuat gelang maupun miniatur patung dengan harga yang cukup masuk
akal menurut saya, tetapi bisa ditawar kok. Tidak heran harganya cukup mahal
karena bahannya sendiri dari batu marmer yang merupakan matapencaharian
penduduk sekitar Marble Mountain.
Jujur panas banget pas di view point Marble Mountain |
Pemandangan kota Da Nang cukup keren dilihat dari View Point |
Beberapa bukit juga bisa dilihat dari View Point Marble Mountain |
Sekitar jam 15:00 kami melanjutkan
perjalanan lagi menuju Hoi An atau bisa disebut dengan Old Townnya Kota Danang, untuk mencapai Hoi An dari Marble Mountain
sekitar 30-40 menit saja. Hoi An merupakan kota tua yang termasuk UNESCO World
Heritage Site ini akan menjadi perjalanan kalian lebih romantis ketika bersama
pasangan tentunya (alert). Bagaimana tidak romantis? Ketika malam hari Hoi An
disulap menjadi kota kecil yang sangat berwarna-warni dengan banyaknya lampu
yang menghiasi kota tersebut. Ditambah dengan kalian bisa menyewa perahu kecil
untuk mengitari sungai di sekitar Hoi An dengan lampu yang sangat menawan.
Sayangnya waktu itu lagi dan lagi saya tidak mempunyai pasangan untuk saya ajak
kesana....hahahaha.
Ketika sampai di Hoi An waktu itu
sore hari sekitar pukul 16:00 karena harus mencari tempat parkir yang legal,
karena dari pengalaman sebelumnya jalanan Hoi An di malam hari khususnya di
kota tua akan ditutup sementara sampai jam yang ditentukan. Jadi tahun lalu
saya parkir di dekat pasar sore harinya dan pada saat malam hari akan kembali
menuju parkir motor ternyata sudah berubah menjadi tempat orang jualan makanan.
Cerita selengkapnya bisa kalian lihat di artikel sebelumnya saat saya ada di
Vietnam berkeliling dari utara, tengah dan selatan. Lanjut lagi setelah parkir
motor kami dikenakan biaya VND 5.000/motor. Selang tidak beberapa lama kemudian
turun hujan yang membuat kami kebingungan untuk mencari tempat berteduh.
Akhirnya kami menemukan Cong Caphe lagi di daerah Hoi An dan berteduh disana
sambil membeli kopi sekalian menunggu hujan reda. Setelah hujan reda barulah
kami langsung keluar dan berkeliling disekitar kota tua sambil menikmati setiap
jalan yang sudah mulai ramai baik itu oleh wisatawan maupun pedagang yang akan
berjualan disana.
Tidak ada perubahan dari tahun lalu saya mengunjungi tempat ini |
Tempat yang masih menjadi favourit saya sampai saat ini |
Tidak perlu bingung jika kalian
mulai kelaparan disana saat malam hari, kota tua kecil ini malam harinya
berubah menjadi seperti night market. Banyak para penjual makanan ringan maupun
berat baik itu local food ataupun western
food, selain itu ada juga yang menjual beberapa souvenir yang sangat beraneka ragam dan yang pasti jangan sungkan
untuk menawar. Hoi An bagi saya memang mempunyai daya tarik tersendiri untuk
membuat saya ingin kembali lagi seperti saya dibuat tersihir, Tahun lalu saat
pertama kali mengunjungi Hoi An saya langsung suka dengan kota kecil ini.
Meskipun ramai pengunjung tetapi suasananya masih bisa membuat saya nyaman dan
tenang ketika berada disana. Saya sangat bersyukur bisa kembali lagi dan
menikmati keromantisan kota kecil ini. Tujuan saya kali ini ke Vietnam memang
berawal dari niatan ingin kembali mengunjungi Hoi An meskipun hanya sehari
saja. Waktu itu sudah menunjukan pukul 20:00 kami memutuskan untuk kembali ke
penginapan meskipun dari lubuk hati saya masih ingin beberapa jam lagi berada
disana akhirnya saya harus ikut karena juga waktu itu lagi gerimis yang kami
rasa akan lama berhentinya. Jadi kami langsung saja kembali ke parkiran dan
mengambil motor, untung saja di jok motor sudah disediakan jas hujan oleh pihak
hostel. Sesampainya di penginapan sekitar pukul 21:00 kami langsung kembali ke
kamar masing-masing untuk beristirahat menjaga kodisi badan agar tetap vit
untuk perjalanan esok hari.
Emang yah gaada bosen mampir di Cong Caphe, tapi kali ini cabang Hoi An |
Kebetulan saat itu ada pameran mobil vintage di Hoi An |
Selalu ramai saat menjelang malam tiba |
Tempat yang menurut saya romantis emang di Hoi An |
DAY
5
Esok hari kami bangun lebih pagi
sekitar pukul 07:00 dan kumpul di ruang santai sambil sarapan, selesai sarapan
kami langsung menuju destinasi terakhir kami di Da Nang yaitu Ba Na Hills
dengan landmark terkenalnya yang
akhir-akhir ini menjadi trending yaitu Golden Bridge. Sebenarnya memang saya
dari tahun lalu ingin sekali ke Golden Bridge, tetapi waktu itu saya tidak
menemukan tempat tersebut dan setelah saya cek lagi ternyata harus masuk wahana
Ba Na Hills dengan tiket yang lumayan mahal menurut saya. Karena waktu itu saya
mencoba cek di website resmi Ba Na Hills tiket masuknya sekitar Rp. 500.000
sudah include beberapa wahana dan cable
car roundtrip. Tahun ini Mbak Aeni sangat menginginkan untuk pergi ke
Golden Bridge, kemudian saya coba-coba untuk tanya ke staff penginapan dan
harganya masih cukup mahal. Setelah pencarian H-2 sebelum ke Ba Na Hills
akhirnya menemukan tiket yang lumayan murah di Traveloka dengan potongan diskon
atraksi luar negeri. Waktu itu kami bertiga dapat harga sekitar Rp.
300.000/orang sedangkan anak Mbak Aeni masih di gratiskan karena tinggi badanya
masih dibawah 100cm. Setelah tiket kami dapat langsung saja menuju Ba Na Hills
menggunakan motor dengan waktu tempuh sekitar 40-50 menit dari penginapan. Kami
berangkat lebih pagi karena takutnya nanti akan hujan disana karena Ba Na Hills
letaknya diatas bukit. Memang saat sebelum mbak Aeni datang ke Da Nang saya
sempat ke Hai Van Pass yang letaknya diatas bukit juga sekitar pukul 11:00
sudah mulai mendung.
Sesampainya di Ba Na Hills sekitar
pukul 10:00 langsung saja kami menuju parkiran motor dan berjalan sekitar 5
menit menuju loket penukaran. Awalnya kami kebingungan bagaimana menukar tiket
online ini, lalu kami mencoba bertanya ke beberapa petugas dan diarahkan ke
sebuah tempat pojokan dan disana memang tempat untuk penukaran tiket online.
Setelah bertanya disana kami disuruh langsung masuk saja hanya melihatkan bukti
pembayaran kepada petugas penjaga pintu masuknya.
Ba Na Hills merupakan wahana wisata
yang sangat terkenal di Vietnam, jika kalian belum berkunjung kesini belum
lengkap pastinya liburan kalian di Da Nang. Tetapi semua tergantung kepada
tujuan dan kebutuhan masing-masing karena untuk masuk wahana Ba Na Hills perlu
biaya tambahan yang cukup mahal. Tempatnya sangat luas dan ada beberapa wahana
yang bisa kalian coba seperti French Village, Golden Bridge, Fantasy Park,
rumah pembuatan wine, Le Jardin D’Amour Garden dan masih banyak lainnya. Maka
dari itu jika kalian ingin menikmati semua wahana yang ada disini kalian harus
datang lebih awal mengingat tempatnya yang cukup luas. Ba Na Hills baru buka
pukul 08:00 menurut website dan tutup sekitar pukul 17:00.
Setelah memasuki pintu masuk kami
langsung menuju cable car dan memang
jarak pintu masuk awal ke cable car lumayan
jauh, sebelum ke cable car pengunjung
melewati beberapa spot foto yang Instagramable seperti kolam ikan dengan design yang cukup menarik dan beberapa
mural yang menggambarkan negara Vietnam. Sesampainya di Cable car antrian tidak cukup panjang dan langsung saja kami
menaikinya hingga ke terminal pemberhentian yang ada diatas bukit, untuk
mencapai terminal tersebut pengunjung didalam cable car sekitar 20-30 menit sambil dimanjakan pemandangan
perbukitan. Cable Car yang ada di Ba
Na Hills merupakan salah satu Cable Car
terpanjang yang ada di Asia. Sesampainya di atas kami langsung menuju Golden Bridge
yang merupakan tujuan utama kami di Ba Na Hills dan sekarang menjadi tempat yang lagi naik daun. Ketika berada di Golden Bridge
banyak sekali wisatawan asing maupun lokal yang mengantri dijembatan tersebut
untuk berfoto, memang jembatan ini cukup keren sih dengan design yang arsitektur ditambah kita bisa melihat view pemandangan kota Da Nang dari atas
bukit. Sebenarnya Golden Bridge sudah di resmikan sekitar tahun 2017 dan hanya baru-baru ini saja menjadi sorotan para turis lokal maupun asing dibeberapa media sosial karena tempatnya yang berada diatas bukit dan bisa melihat view kota Da Nang dari atas jembatan ini. Setelah puas berfoto di Golden Bridge kami melanjutkan spot selanjutnya yaitu ke Le Jardin
D’Amour Garden, dan benar saja tidak berapa lama kabut mulai turun menutupi Ba
Na Hills dan turunlah hujan yang cukup lama. Sambil menunggu hujan reda kami
langsung mencari tempat berteduh cukup lama di sekitar taman.
Pintu masuk menuju Wahana Sun World |
Ini dia si kecil Sakti dari Tangerang |
Salah satu Cable Car terpanjang di Asia yah ada di Da Nang ini |
Tahun kemarin belum kesampaian dan akhirnya bisa menginjakan kaki disini |
Ini dia keluarga Mbak Aeni yang keliatan seneng banget akhirnya kesampean juga yah mbak |
Seneng deh akhirnya bisa sampai ke Golden Bridge |
Le Jardin Park |
Epic sih ini waktu kabut mulai turun |
Tidak terasa hujan sudah mulai
berhenti dan kami langsung saja menuju spot
selanjutnya yaitu ke French Village karena jam sudah menunjukan pukul 15:00 dan
kami takut nantinya akan kemalaman saat kembali ke penginapan. Untuk menuju
French Village dari Le Jardin D’Amour Garden kami harus menaiki sebuah kereta
lagi yang menghubungkan langsung ke French Village secara gratis. Namanya juga
French Village jadi banyak sekali bangunan dengan gaya eropa khususnya bangunan
Perancis. Saat di French Village banyak sekali restoran-restoran yang
menawarkan buffet dengan masakan khas
Vietnam maupun western, Sedangkan
harganya masih normal sih saya rasa untuk di tempat wisata kisaran VND 200.000-300.000/orang.
Kami hanya berfoto-foto saja di French Village dan langsung melanjutkan ke
wahana Fantasy Park untuk mengantarkan suami mbak Aeni menaiki seperti roller coster. Jujur saja saya agak
penakut kalau menaiki wahana yang lumayan ekstrim dari dulu, jadi saya hanya
menjadi penonton saja sama mbak Aeni dan anaknya. Selesai dari Fantasy Park
kami langsung memutuskan untuk kembali ke penginapan karena matahari sudah
mulai tenggelam dan malam akan datang. Langsung saja kami menuju parkiran untuk
mengambil motor dan langsung kembali ke penginapan untuk beristirahat karena
besok pagi kami harus tiba di bandara sekitar pukul 05:00 karena kami akan
bertolak ke ibu kota yaitu Ho Chi Minh.
Meski hujan French Village nggak kalah ramai dengan Golden Bridge |
Bagi pecinta Starbucks kalian masih bisa menikmati di Ba Na Hills |
Banyak sekali spot Instagramable di French Village |
berasa kayak di Disney Land sih emang |
Sepertinya seru, cuman takut dan habis ujan juga jadinya mikir yang enggak-enggak |
DAY
6
Pagi-pagi sekali kami bangun pukul
04:00 dan kami check out dari WinWin hostel untuk ke bandara, saat itu kami ke
bandara menggunakan grab dengan tarif VND 50.000 dengan waktu tempuh sekitar 10
menit saja. Jika kalian ingin ke bandara pagi-pagi tidak perlu khawatir karena
Grab disini sepertinya 24jam. Setibanya di bandara keadaan masih sepi hanya
terlihat beberapa petugas saja yang sedang membersihkan lantai. Sekitar pukul
05:00 barulah bandara sudah mulai ramai oleh wisatawan asing yang ingin
meneruskan perjalanannya lagi. Kali ini mbak Aeni sekeluarga berangkat lebih
dulu pukul 06:00 sedangkan saya masih nanti pukul 09:00, jadi saya masih ada
waktu untuk beristirahat lebih di bandara.
Pagi Buta bandara masih sepi banget |
saya masih penasaran pulau bentuk love itu |
Ketika saya sudah sampai di bandara
Ho Chi Minh mbak Aeni sekeluarga menunggu saya di MCD seberang sedangkan saya
masih mencoba untuk melihat-lihat money
changer mungkin saja masih ada yang mau menerima uang Rupiah dengan rate yang bagus tetapi tetap saja nihil,
langsung saja kami bertemu dan menaiki bus bandara dengan nomor 108 tujuan Ben
Tanh Market dengan biaya VND 5.000 saja. Kebetulan kami waktu itu sebelum ke
Vietnam mencari penginapan yang dekat dengan Ben Tanh Market karena letaknya
yang cukup strategis untuk shoping
ataupun masalah transportasinya. Perjalanan dari bandara menuju Ben Tanh Market
sekitar 30 menit saja dengan kondisi lalu lintas yang cukup ramai lancar. Saat
di Ho Chi Minh saya sudah bilang kepada mbak Aeni nanti kita hanya berwisata
kota saja tanpa menyewa kendaraan lagi. Karena menurut pengalaman saya
sebelumnya Ho Chi Minh merupakan kota yang cukup padat pengguna transportasi
terutama motor dan benar saja saat kami menaiki bus menuju Ben Tanh Market
kondisi lalu lintas cukup ramai padat dan klakson terdengar setiap saat.
kembali lagi ke ibu kota yang cukup bising kalau lagi dijalan |
Setibanya di Ben Tanh Market
langsung saja kami mencari hostel yang akan kami singgahi yaitu Himalaya
Phoenix yang sebelumnya saya juga belum pernah menginap disana, jadi kami masih
kebingungan mencari penginapan tersebut. Setelah sekian lama mencari dan
sedikit kebingungan akhirnya kami menemukan penginapan tersebut yang ada
didalam gang yang tidak cukup terlihat bagi orang awam seperti kami. Setelah
sampai penginapan kami mencoba Check in, tetapi waktu itu ada sedikit kendala
yang di alami mbak Aeni sekeluarga karena kamar yang sudah di booking sebelumnya sudah terisi oleh
orang lain dan singkat ceritanya ada kesalahan komunikasi antara pihak hostel
dan traveloka.
Akhirnya keluarga mbak Aeni di rekomendasikan untuk ke Backpacker hostel yang
masih sama satu manajemen dengan Himalaya Phoenix hostel tanpa ada fee tambahan apapun dan kata dari staff
Himalaya Phoenix malah lebih bagus di Backpacker hostel untuk fasilitas dan
kamarnya. Langsung saja waktu itu keluarga mbak Aeni diantarkan ke Backpacker
hostel yang jaraknya tidak jauh dari penginapan Himalaya Phoenix tempat saya
menginap. Saya di Himalaya Phoenix memesan kamar dormitory dan mbak Aeni seperti biasa memesan kamar standart untuk keluarga. Waktu itu saya
memesan melalui Traveloka
karena memang menggunakan traveloka merupakan cara yang sering saya pakai ketika memesan
penginapan karena banyak diskon dan pembayarannya cukup mudah bagi saya yang
tidak mempunyai credit card. Untuk
biaya dormitory yang saya pesan waktu
itu sekitar VND 70.000/malam include sarapan.
Beginilah kondisi dormitory yang saya tempati |
Selesai dari masalah tadi kami
langsung bersih-bersih dan menuju ke Ben Tanh Market untuk mncoba mencari
beberapa souvenir yang mungkin cocok. Sebelum ke Ben Tanh Market kami sempat
mampir di minimarket dekat dengan
penginapan. Disana saya mengalami scam yang dilakukan oleh seseorang yang
menawarkan jasa membersihkan sepatu keliling. Awal cerita saya menunggu
keluarga mbak Aeni yang sedang belanja didalam, sedangkan saya menunggu di luar
minimarket. Kemudian selang beberapa
menit ada pemuda tersebut yang awalnya menunjuk sepatu saya yang dia rasa kotor
dan intinya dia ingin membersihkan sepatu saya. Waktu itu saya sudah menolak
berkali-kali namun dia masih saja memaksa untuk membersihkan sepatu saya hingga
dia mengeluarkan beberapa peralatannya dan langsung memaksa melepaskan sepatu
saya. Selang sekitar 5 menit akhirnya mbak Aeni keluar dan saya langsung
mengambil sepatu saya yang masih di bersihkan sambil memberikan dia uang VND
5.000 sebagai jasa dia membersihkan sepatu saya. Tetapi dia malah menolak uang
tersebut karena dianggap terlalu murah. Lhaaaaa.....saya tambah bingung, dia
terus saja mengomel dengan bahasa Vietnam yang tidak saya mengerti. Akhirnya
saya kasih penegasan kalau mau upah ini ambil uang saya atau kalau tidak mau
yasudah saya tinggal. Dia kemudian tidak menerima uang saya dan saya langsung
meninggalkan orang tersebut tanpa banyak bacot, karena kalau terus diladeni
malah tidak akan selesai. Ini merupakan scam
baru yang saya temui ketika di Vietnam kali ini, Jadi untuk kalian ketika
berada di Ho Chi Minh khususnya sekitar Ben Tanh Market ketika ada orang yang
ingin membersihkan sepatu anda sebaiknya langsung tolak saja tanpa basa-basi
karena jika diteruskan/dikasih hati malah ingin berbuat yang seperti saya alami
tadi.
Terlepas dari scam tadi saya melanjutkan perjalanan
menuju Ben Tanh Market, waktu itu saya masih belum tertarik dengan barang yang
ada disana, mbak Aeni waktu itu hanya membeli kopi saja di Ben Tanh Market seharga
VND 80.000 setelah penawaran yang cukup sengit. Buat kalian yang ingin membeli souvenir di Ben Tanh Market jangan lupa
untuk menawar serendah-rendahnya karena para penjual sudah tahu bahwa
kebanyakan orang pasti akan menawar dagangannya setengah harga maka penjual
menaikan harga lagi yang tidak wajar. Waktu itu mbak Aeni sempat iseng bertanya
untuk souvenir yang ditawarkan dengan
buka harga sekitar VND 200.000 kemudian terjadi tawar menawar yang sengit dan
akhirnya penjual memberi harga VND 80.000 tetapi mbak Aeni masih tidak mau
karena mbak Aeni meyakini kalau masih ada yang jual dibawah harga tersebut. Puas
tawar menawar di Ben Tanh Market kami kembali ke penginapan sekitar pukul 15:00
dan kami ke penginapan masing-masing untuk beristirahat karena nanti malam kami
akan ke Night Market Ben Tanh Market.
Sekitar pukul 19:00 kami keluar dari
penginapan masing-masing dan jalan bersama menuju Night Market untuk menikmati malam hari pertama di Ho Chi Minh,
banyak sekali penjual makanan lokal, gelang, baju, tas, dan masih banyak yang
lain dengan harga yang berbeda-beda. Malam itu saya hanya membeli baju dry fit seharga VND 70.000 dan topi VND
80.000, kalau saran saya jika kalian membeli baju untuk diri sendiri sih saya
sarankan untuk membeli baju dry fit seperti saya. Karena harganya yang murah
dengan bahan yang cukup bagus daripada membeli baju-baju wisata seperti
biasanya dengan bahan yang tidak terlalu bagus dan harganya yang hampir sama.
Setelah puas berkeliling di Night Market
kami berhenti sejenak untuk membeli Es Tebu dan ketan di pinggir jalan sambil
menikmati malam hari di Night market.
Puas berada di Night Market kami
memutuskan untuk kembali ke penginapan untuk beristirahat kembali.
Suasana Night Market di Ben Tanh |
Duduk pinggir jalan sambil bergunjing enak kali yah |
DAY
7
Keesokan harinya sekitar pukul 08:00
kami sarapan di peginapan masing-masing kemudian sekalian prepare untuk checkout,
sekitar pukul 10:00 barulah kami checkout dan memutuskan untuk kembali ke
daerah Ben Tanh Market lagi untuk membeli beberapa souvenir mungkin saja ada yang murah. Setelah menelusuri jalan di
area Ben Tanh Market benar saja kami menemukan beberapa souvenir murah tetapi kebanyakan yaitu model gantungan kunci dan
magnet seharga VND 30.000/10pcs. Kami sempat menawar tetapi kata penjualnya itu
sudah fix price dan juga kami
diperlihatkan ada kertas bertuliskan obral, tanpa mikir panjang kami langsung
saja membeli beberapa souvenir disana
karena memang kami rasa harganya cukup murah dibanding kunjungan kami
sebelumnya di Ben Tanh Market.
Beginilah tempat saya menginap berada di gang yang cukup kecil |
Di Ho Chi Minh sudah bisa menggunakan Go Viet, tinggal download app nya saja |
Suasana didalam Ben Tanh Market yang belum cukup ramai pagi itu |
Selesai memborong beberapa souvenir murah perjalanan kami lanjutkan
untuk masuk kedalam Ben Tanh Market, saya ingin membeli kopi sachet yang dibeli oleh mbak Aeni
sebelumnya. Sekedar informasi kalau di Ben Tanh Market bagi kalian yang ingin
membeli kopi-kopian banyak sekali pilihannya terutama untuk kopi dalam bentuk
bubuk/biji. Disini menjadi tempat yang tepat untuk kalian yang ingin mebeli
kopi-kopian dan jangan lupa untuk ditawar kalau bisa ¼ mereka buka harga awal karena penjual sudah
tahu bahwa calon pembeli akan menawar setengah harga aslinya maka dari itu
penjual mempunyai strategi markup
lebih untuk barang dagangannya demi mendapat keuntungan lebih. Waktu itu produk
kopi sachet yang terkenal di Ben Tanh
Market sih namanya G8 yaitu kopi hitam saja dengan harga tawar menawar mentok
VND 120.000 dapat 50 sachet. Sedangkan untuk kopi yang saya beli waktu itu
bermerk G7 seperti kopi susu dengan harga tawar -menawar VND 90.000/50 sachet.
Setelah mendapatkan apa yang saya
cari perjalanan berlanjut menuju Northerdam Cathedral yang berada di jantung
pusat kota Ho Chi Minh yang letaknya tidak terlalu jauh dari Ben Tanh Market
hanya sekitar 30 menit dengan berjalan kaki. Oh iyah sebelum di Cathedral kami
sempat mampir didepan gedung kemerdekaan Vietnam terlebih dahulu untuk berfoto
sebentar. Saat di Cathedral kami berfoto didepannya saja karena bangunannya
masih direnovasi dan belum selesai sejak tahun lalu saya kesini, saya kira
renovasi tahun lalu sudah selesai tetapi masih sama saja.
Ini merupakan gedung kemerdekaan yang letaknya tidak jauh dari Cathedral |
Diseberang gedung kemerdekaan terdapat taman yang lumayan asri sampai nenek itu bobok disana |
Northerdam Cathedral yang berada di jantung kota Ho Chi Minh |
Puas berfoto di Cathedral destinasi
selanjutnya yaitu ke kantor pos untuk melihat beberapa pernak-pernik souvenir yang banyak modelnya, disini
juga jika kalian ingin mengirim surat ke teman kalian juga bisa kok. Waktu
berjalan-jalan di kantor pos kami akhirnya bertemu dengan warga Indonesia juga
dia solo backpacker. Karena dari Da
Nang kemarin kami belum pernah menemukan turis dari Indonesia dan ternyata
bertemunya disini. Kami mengobrol cukup lama dan saling sharing pengalaman selama berlibur di Vietnam. Akhirnya anggota
kami tambah satu dan melanjutkan perjalanan bersama ketika berada di Ho Chi
Minh. Untuk wisata kota di Ho Chi Minh yang letaknya berdekatan yaitu Ben Tanh
Market, Gedung kemerdekaan, Northerdam Cathedral,kantor pos, dan book street cafe. Oleh sebab itu saya
menyarankan mbak Aeni untuk berkunjung di tempat tersebut agar tidak terlalu jauh
dari pusat kota. Ini merupakan hari terakhir saya menghabiskan waktu di Ho Chi
Minh karena saya ada penerbangan jam 21:00 untuk menuju ke KL dan menginap
semalam disana serta keesokan harinya saya melanjutkan penerbangan ke Surabaya
dari KL. Sedangkan mbak Aeni penerbangan masih besok pagi jadi mbak Aeni dan
keluarga menginap semalam lagi di Ho Chi Minh cuman mereka menginap di sekitar
bandara agar aksesnya lebih cepat dan lebih irit akomodasi. Waktu dari kantor
pos kami langsung menuju penginapan mbak Aeni untuk istirahat beberapa jam saja
kemudian malamnya sekitar pukul 19:00 saya menuju bandara untuk berpisah dengan
keluarga mbak Aeni dan teman baru kami.
Bangunan vintage yang masih terjaga keawetannya |
suasana didalam Post office |
sebelah kantor pos terdapat kafe unik yang dimana pengunjnungnya bisa membaca buku sepuasnya yang telah disediakan |
Ada pertemuan pasti ada perpisahan |
Begitulah akhir liburan saya selama
7 hari di Vietnam dengan teman baru yang saya bawa ke Vietnam dan overall
sangat menyenangkan, karena saya tidak sendirian lagi ketika liburan di Vietnam
kali ini. Banyak sekali pengalaman baru yang saya dapatkan kali ini, semoga
cerita liburan saya kali ini dapat menginspirasi dan bermanfaat dengan segala
informasi yang saya share kepada
teman-teman. Sedikit masukan buat kalian yang baru akan melakukan perjalanan
keluar negeri pertama kali baik itu solo/group jangan takut akan hal-hal yang
terjadi pada diri kalian nanti, jadikan itu sebagai pengalaman baru yang patut
kalian ingat seumur hidup kalian dan nikmati saja perjalanan itu dengan cara
kalian sendiri. Sampai bertemu di cerita selanjutnya...jangan lupa bagikan
cerita ini untuk teman-teman kalian yang mungkin bisa bermanfaat kedepannya.
“Do it now or nothing”