MEMBURU GOLDEN SUNRISE DI TEMPAT BERSEMAYAMNYA PARA DEWA DAN DEWI

by - 20.01.00



     Siapa diantara kalian yang belum pernah ke Dieng atau belum pernah mendengar nama tempat tersebut, kalau belum pernah kesana maka teman-teman harus bergegas dan angkat ransel kalian buat mengexplore daerah Dieng. Dataran tinggi Dieng merupakan daerah populer tertinggi yang sering dikunjungi wisatawan lokal maupun dari luar negeri, jadi patutlah dataran tinggi Dieng mendapat julukan sebagai negeri diatas awan karena terletak diketinggian sekitar 2000mdpl bahkan didataran tinggi Dieng pernah mencapai suhu 0º bahkan sampai minus disekitar bulan Agustus.

    Tidak ada kata bosan bagi saya untuk mengunjungi dataran tinggi Dieng yang selalu membuat rindu akan suasananya, saya pribadi sudah 4 kali ini mengunjungi dataran tinggi Dieng. Malah saya ingin sekali untuk tinggal lebih lama didaerah ini. Banyak sekali tempat wisata yang harus dikunjungi di dataran tinggi Dieng misalnya gunung Prau, Sikunir, Batu ratapan pandang, kawah sikidang, telaga warna, dan masih banyak tempat wisata lainnya. Beberapa tempat wisata Dieng yang sudah pernah saya kunjungi sebelumnya sudah pernah saya bahas (disini). Disamping tempat wisata yang harus dikunjungi teman-teman juga harus mencoba beberapa makanan khas seperti mie onglok, manisan carica, purwaceng, kacang Dieng dan masih banyak lagi. Belum lengkap rasanya kalau lagi berwisata ketempat baru tanpa dengan kuliner asli setempat.

     Kunjungan keempat saya ke dataran tinggi Dieng ini berawal dari Muzaki yang lagi pulang ke Gresik menyuruh teman saya yang bernama Ajib untuk main ke Solo, kemudian topik pembicaraan yang saya dengar mulai membahas wisata disekitar kawasan Dieng soalnya Muzaki lagi ambil cuti waktu itu dan kebetulan Ajib ingin mengunjungi wisata Batu ratapan pandang dengan jembatan merah putihnya. Setelah beberapa lama membahas wisata di kawasan Dieng munculah sebuah kesepakatan yaitu saya dan Ajib memutuskan untuk pergi ke Dieng tetapi singgah ke Solo terlebih dahulu untuk istirahat sebentar di kos Muzaki dan barulah kami berangkat ke Dieng dari Solo bersama.

    Waktu itu saya, Ajib dan 1 temannya berangkat malam hari tidak seperti biasanya yang selalu berangkat pagi hari saat pergi liburan, karena saat itu kami hanya mempunyai sedikit waktu untuk pergi ke Dieng. Rencana yang kami susun rapi yaitu hari Jum’at malam berangkat dari Gresik dan Minggu malam harus sudah ada di Gresik karena hari Senin Ajib harus kembali bekerja, oleh sebab itu kami harus menyusun rencana seefektif mungkin. Perjalanan berawal dari Gresik pukul 20:00 yang harusnya berangkat pukul 19:00 sesuai rencana awal. Perjalanan menuju Solo seperti biasa saya melewati Bunder, Lamongan, Babat, Bojonegoro, Cepu, Ngawi, Sragen, Karanganyar, dan terakhir Solo. Perjalanan liburan ke Dieng seperti biasa saya tetap membawa motor andalan yaitu si Mio J yang selalu saya bawa touring kemanapun perginya karena sudah nyaman dan pastinya irit bahan bakar. Waktu itu Ajib berbonceng dengan temannya membawa motor sendiri jadi kondisinya kami membawa 2 motor saja. Start dari Gresik kondisi bensin motor kami hanya setengah tangki dan bertahan sampai Bojonegoro, disana kami mengisi bensin Rp. 20.000 setelah itu lanjut perjalanan lagi seperti biasa. Perjalanan malam itu terasa dingin karena angin malam yang berhembus kencang sehingga membuat mata saya mulai sedikit mengantuk. Ditengah perjalanan kami memutuskan untuk berhenti sejenak di spot andalan saya yaitu perbatasan provinsi Jawa Timur – Jawa Tengah sambil meminum sedikit air segar ataupun kopi hasil membeli di indomaret perbatasan sembari menghilangkan kantuk yang melanda.

     Sedikit pesan buat kalian yang suka touring atau sedang berkendara ketika kantuk menyerang sebaiknya menepikan kendaraan atau mencari tempat peristirahatan yang nyaman demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan waktu dijalan. Tempat istirahat yang dipilih biasanya kebanyakan di supermarket karena bisa juga sambil beli kopi untuk mengusir rasa kantuk dan tempat lainnya yaitu pom bensin karena disana teman-teman bisa merebahkan badan sejenak di mushola sekalian untuk sholat juga bagi yang muslim.

    Selesai dari istirahat di perbatasan provinsi sekitar pukul 23:00 kami melanjutkan perjalanan kembali hingga tiba di kota Solo tepatnya di kos Muzaki, sesampainya di kos Muzaki sekitar pukul 02:00 kami langsung memilih istirahat untuk mengumpulkan energi kembali karena rencana awal berangkat ke Dieng dari Solo sekitar pukul 05:00 pagi. Selang beberapa jam dari tidur pulas kami alarm handphone berbunyi saling bergantian yang menandakan untuk persiapan berangkat, tetapi kami semua masih terjaga dalam tidur yang lelap dikarenakan masih kelelahan perjalanan sebelumnya memakan waktu sekitar 6 jam untuk sampai di kota Solo. Mata saya terbuka pertama kali sekitar pukul 06:00 dan langsung bergegas membangunkan yang lain untuk bersiap-siap. Waktu itu kami semua berangkat dengan kondisi belum mandi hanya cuci muka dan gosok gigi saja. Selesai mempersiapkan semuanya sekitar pukul 07:00 barulah kami berangkat dengan terlebih dahulu mengisi bahan bakar di salah satu pom bensin di dekat kos Muzaki Rp. 20.000, setelah itu melanjutkan perjalanan lagi hingga sesampainya di daerah Boyolali kami berhenti sebentar untuk mencari warung makan karena kami semua sudah kelaparan. Selesai sarapan pagi kami langsung melanjutkan perjalanan dengan suasana pagi yang masih segar, sekeliling jalan bewarna hijau, dan ditambah sedikit kabut tipis yang menyelimuti. Sesampainya di daerah Parakan atau sudah dekat dengan Wonosobo kami memilih untuk istirahat di salah satu pom bensin karena semua sudah merasa lelah. Selesai dari istirahat kami melanjutkan perjalanan kembali hingga sampai gapura pintu masuk kawasan dataran tinggi Dieng sekitar pukul 11:00, disana kami berhenti sebentar untuk foto di gapura tersebut dan lanjut lagi sampai di kawasan wisatanya. Masuk kawasan wisatanya terlebih dahulu harus membayar retribusi Rp. 15.000/ orang +  motor. Selesai mengurus administrasi kami langsung menuju destinasi pertama yaitu Batu ratapan pandang untuk mengabulkan permintaan teman saya Ajib.

Lagi istirahat di daerah Parakan

Bukan jembatan Suramadu

Didepan gapura Dieng 

Mio J ikut foto di gapura masuk Dieng

Tiket masuk kawasan wisata Dieng

    Sebelum masuk ke Batu ratapan pandang harus membayar tiket masuk terlebih dahulu Rp. 10.000/orang dan parkir Rp. 5.000/motor. Sesudah membeli tiket masuk kami langsung menuju spot Batu ratapan pandang dan berfoto di bongkahan batu dengan view telaga warna dibelakangnya. Waktu itu pengunjung Batu ratapan pandang tidak terlalu ramai, jadi untuk antri di spot bongkahan batu tersebut tidak terlalu lama. Selesai mengabulkan permintaan Ajib untuk foto di spot favorit batu ratapan pandang dengan view yang ditawarkan telaga warna kami melanjutkan perjalanan menuju jembatan merah putih yang tidak jauh dari spot sebelumnya. Disini Ajib mencoba menyebrangi jembatan merah putih dengan tiket masuk sebesar Rp. 15.000/orang. Kebetulan dia waktu itu mendapat antrian paling akhir dan tidak ada pengunjung lagi yang menyebrangi jembatan tersebut, jadi dia bisa foto sepuasnya sampai bosan dengan berbagai gaya dari yang biasa sampai paliang alay.
Selesai dari jembatan merah putih kami langsung turun dan menuju depan terminal Dieng untuk foto di tulisan “welcome to Dieng” itu merupakan keinginan saya selama bertahun-tahun mengunjungi Dieng belum pernah kesampaian foto si Mio J disana, seteah itu barulah menuju rumah kediaman mas Dedi yang pernah saya singgahi bersama Muzaki di acara Dieng Culture Festival tahun 2016. Sesampai di kediaman mas Dedi kami mengobrol dengan orang rumah untuk mencairkan suasana kembali yang dulu sempat saya rasakan sebelumnya. Selesai mengobrol kami disuruh masuk kedalam ruangan untuk istirahat karena pukul 04:00 pagi kami harus menuju bukit Sikunir yang terkenal dengan Golden Sunrisenya.  

Beli tiket masuk di Batu ratapan pandang

Spot favourite Batu ratapan pandang

Ternyata ada spot baru di bawah sana

Menuju spot selanjutnya yaitu Jembatan Merah-Putih

View belakang Jembatan Merah-Putih

Akhirnya tersampaikan si Mio J foto disini

     Alarm handphone di pagi buta sudah berdering menunjukan pukul 03.30, saya beranjak dari tempat tidur dan membangunkan yang lain. Dengan susah payah membangunkan mereka akhirnya kami semua siap dan berangkat dari rumah mas Dedi sekitar pukul 04:15 menggunakan motor. Waktu itu saya merasa kedinginan karena memang udara pagi hari disana sangat dingin ditambah kami harus memacu motor menuju bukit Sikunir menambah  rasa dingin dari angin yang berhembus kencang rasanya sampai menusuk tulang. Perjalanan dari rumah mas Dedi menuju bukit Sikunir sangat sepi hanya waktu itu kami sempat bertemu dengan 2 mobil yang juga mengarah menuju ke bukit Sikunir juga, setibanya di kawasan pintu masuk bukit Sikunir barulah keadaan berubah menjadi sangat ramai dengan ditunjukan antrian kendaraan yang begitu panjang. Langsung saja kami di suruh bayar tiket masuk Rp. 10.000/orang dan menuju ke parkiran motor dikenakan tarif Rp. 5.000/motor.

Mempersiapkan stamina untuk memburu Golden Sunrise

    Setelah memarkir motor kami langsung saja treking menuju bukit Sikunir tanpa ada streaching terlebih dahulu, start dari parkiran sekitar pukul 04:40 dan langsung hajar sampai puncak Sikunir. Keadaan awal perjalanan dari parkiran motor banyak beberapa warung yang menjual makanan, minuman, syal, sarung tangan, dan masih banyak yang lainnya. Saya menemukan beberapa orang yang masih singgah diwarung untuk menghangatkan badan. Dipertengahan jalan tiba-tiba nafas saya sudah mulai tidak teratur, kaki mulai lemas, kepala sedikit pusing, dan jantung berdetak sangat cepat. Mungkin karena kami yang terlalu terburu-buru mengejar sunrise tanpa melakukan streching terlebih dahulu ditambah kondisi jalan menuju bukit yang terus menanjak dari start awal sampai puncak. Melihat kondisi seperti ini saya memutuskan untuk istirahat sebentar sekitar 5 kali dengan jeda istirahat sekitar 2-3 menit saja dan teman saya yang lain masih terus berjalan dengan perlahan.

    Setelah melewati jalan tanjakan cukup lama akhirnya kami tiba di puncak sekitar pukul 05:10 dengan kondisi awan yang sudah mulai berubah sedikit menguning karena tersibak dengan cahaya matahari yang perlahan mulai menampakan kemegahannya di dataran tinggi Dieng. Momen yang di tunggu-tunggu oleh semua orang di bukit Sikunir akhirnya tercapai yaitu mengamati dan menunggu proses muncul sampai terbentuknya sang surya di bukit Sikunir yang sangat menakjubkan itu. Waktu itu saya sangat bersyukur bisa melihat golden sunrise untuk kedua kalinya di bukit Sikunir. Ketika matahari sudah mulai menyinari kawasan Dieng kami langsung mengabadikan momen dengan berfoto dan membuat video sepuasnya. Sekedar informasi untuk kalian yang muslim apabila tidak ingin meninggalkan ibadahnya tidak perlu khawatir karena di puncak sudah disediakan tempat untuk beribadah, jadi untuk para pendaki tetap bisa beribadah diatas puncak bukit Sikunir dengan tenang tanpa meninggalkan ibadahnya.

The Most Beautiful Golden Sunrise from Sikunir

     Puas setelah melihat golden sunrise dan indahnya bukit Sikunir kami langsung turun dari bukit Sikunir menuju parkiran untuk menikmati hangatnya kopi dan gorengan dengan view pemandangan telaga dan bukit-bukit. Kapan lagi menikmati kopi sambil makan gorengan yang masih hangat di pagi hari dengan view yang sangat menakjubkan seperti ini. Selesai menikmati hidangan di area parkiran kami kembali menuju rumah mas Dedi untuk berkemas dan melanjutkan perjalanan ke kota Solo. Waktu itu kami meninggalkan dataran tinggi Dieng sekitar pukul 10:00 dan sesampainya di kota Solo pukul 16:00. Didaerah Magelang kami sempat mengisi bensin Rp. 25.000 sekalian untuk istirahat sebentar, dan kebetulan dari daerah Magelang sampai kota Solo kami kehujanan sepanjang jalan. Sekitar pukul 17:00 Ajib dan temannya terlebih dahulu pulang ke Gresik karena besoknya harus kerja, sebenarnya saya juga berniat untuk kembali ke Gresik bersama mereka berhubung kepala sedikit pusing dan badan drop dikarenakan perjalanan dari Magelang sampai Solo diterpa hujan terus-menerus akhirnya saya memutuskan untuk kembali ke Gresik keesokan harinya.

Biar tidak bosan waktu menuruni bukit Sikunir

Sampainya dibawah disambut oleh seniman musik warga setempat

Breakfast with amazing view

     Keesokan harinya sekitar pukul 07:00 saya pamit untuk kembali ke Gresik dengan disambut cuaca kota Solo pagi itu yang masih sedikit berkabut dan mendung, tak heran diperjalanan masih di daerah Karanganyar mata saya masih terasa berat ditambah dengan semilir angin yang berhembus pagi itu. Sesampai di daerah Bojonegoro saya berhenti sejenak di salah satu pom untuk mengisi bensin Rp. 25.000 dan langsung saja saya meneruskan perjalanan hingga sampai di rumah sekitar pukul 13:00. Sesampainya dirumah saya langsung mencari kasur untuk kembali istirahat karena masih merasa lelah.

    Begitulah akhir cerita memburu golden sunrise di bukit Sikunir dimana bersemayamnya para dewa dan dewi, jangan lupa untuk terus mengikuti perjalanan wisata saya selanjutnya mengexplore alam Indonesia yang sangat indah ini.

Rincian Biaya :

Isi bensin di Bojonegoro Rp. 20.000
Isi bensin di Solo Rp.20.000
Tiket masuk kawasan wisata Dieng Rp. 15.000/orang + motor
Tiket masuk Batu ratapan pandang Rp. 10.000/orang
Biaya parkir di Batu ratapan pandang Rp. 5.000/motor
Tiket Jembatan merah putih Rp. 15.000/orang
Tiket masuk bukit Sikunir Rp. 10.000/orang
Biaya parkir kendaraan di Sikunir Rp. 5.000/motor
Isi Bensin di Magelang Rp. 25.000
Isi Bensin di Bojonegoro Rp. 25.000

Total biaya : Rp. 150.000



You May Also Like

1 komentar

  1. schick quattro titanium - Titanium Art
    schick quattro titanium SKU: 154590. Description: SKU: 154590. SKU: 154590. SKU: 154590. SKU: 154590. SKU: 174590. SKU: 154590. SKU: 154590. 토토 사이트 추천 SKU: 174590. SKU: 124590. SKU: 154590. SKU: westcott titanium scissors 164590. SKU: 164590. SKU: 154590. SKU: babyliss titanium flat iron 154590. SKU: 154590. SKU: 154590. SKU: 154590. titanium watch SKU: 154590. SKU: citizen titanium watch 154590. SKU: 154590. SKU: 154590. SKU: 154590

    BalasHapus