Dapet bule di Thailand

by - 06.26.00


Halooo gaes berjumpa lagi dengan saya setelah sekian lama tidak upload perjalanan berlibur tentunya, saya muncul sekarang pasti ada apa-apanya...yah kali ini saya akan share liburan saya yang agak telat seperti biasa kendala blogger yaitu mengumpulkan mood untuk mengetik seluruh isi liburan saya kemarin ke Thailand. Thailand lagi...Thailand lagi...hahahahaha. Mohon maap yeee, soalnya saya suka ke Thailand pas ada acara Songkran. Untuk temen-temen yang belum membaca artikel saya ke Thailand sebelumnya silahkan dibaca yah..sama kerennya kok dijamin. Jadi ini merupakan kali ke2 saya ke Thailand mengikuti festival Songkran, Sedikit informasi buat teman-teman yang tidak mengerti dan bertanya-tanya apa sih festival Songkran itu? Festival Songkran adalah upacara yang dilakukan oleh warga Thailand untuk menghormati agama yang dipeluknya yaitu kebanyakan beragama Budha salah satunya dengan cara membersihkan patung-patung Budha kurang lebihnya seperti itu. Tetapi dengan seiring berkembangnya jaman dan untuk menarik para wisatawan dari luar negeri pemerintah Thailand mengadakan festival Songkran ini dengan cara perang air. Perang air? Apa yang ada dipikiran kalian saat ini, pasti seru kan...semua orang yang ada di Thailand pasti akan basah kuyup di hari itu, dengan catatan semua orang di Thailand baik warga lokal atau asing tidak boleh marah ketika ada orang yang menyiram dirinya dengan air karena tujuan festival ini adalah untuk bersenang-senang. Biasanya festival Songkran berlangsung sekitar 3-4 hari di seluruh penjuru Thailand.

Untuk kalian yang ingin mengikuti festival Songkran ada baiknya memesan tiket pesawat, transportasi dan penginapan jauh-jauh hari sebelum festival dimulai. Karena tiket pesawat, transportasi, dan penginapan akan sangat mahal. Waktu itu saya memesan tiket pesawat dan penginapan sekitar 6 bulan sebelum festival dimulai. Persiapan lainnya yaitu siapkan juga perlengkapan waterproof semisal cover handphone ketika kalian ingin membuat dokumentasi, kacamata, raincover ketika menggunakan tas, dan jas hujan ketika kalian melakukan aktivitas penting misalnya ingin pergi ke kota lain di Thailand.

Perjalanan kali ini saya hanya bersama teman saya 1 orang namanya Ainul yang kebetulan tinggalnya sama dengan saya yaitu di kota Gresik tetapi untuk keberangkatan kami berbeda, Ainul berangkat dari Jakarta dan saya dari Surabaya dan nanti akan bertemu di Bangkok. Waktu itu saya berangkat dari rumah menuju terminal Bunder terlebih dahulu untuk menggunakan bus damri menuju Bandara Juanda di Surabaya. Setibanya di Juanda saya langsung menggunakan Shuttle bus untuk pindah ke terminal 2 karena saya menggunakan maskapai Air Asia. Waktu itu jam keberangkatan pesawat saya pukul 05:00 sedangkan saya sudah tiba di bandara Juanda sekitar pukul 17:00 karena pukul 17:00 bus damri dari terminal bunder sudah tidak beroperasi lagi, oleh sebab itu saya tiba dibandara jauh lebih cepat dari jadwal keberangkatan.

Banyak sekali jam kosong saya ketika di bandara Juanda, sebelumnya saya menggunakan waktu kosong ini untuk bermain game saja di bandara. Setelah bosan dan perut sudah mulai lapar pukul 21:00 saya menuju KFC yang ada di seberang ruang tunggu bandara. Pukul 22:00 saya keluar dari KFC karena disini tidak 24jam, jadi saya pindah lagi ke mushola sebelah KFC untuk menunggu jam keberangkatan dan sekalian untuk sholat isya. Selesai sholat isya saya bertemu dengan seseorang di mushola dan cerita banyak disitu.

Awalnya orang tersebut sudah lama menunggu di Mushola sebelum saya keluar dari KFC sampai saya selesai sholat isya, saya mengira orang tersebut sedang menunggu jemputan untuk kembali kerumahnya dan dia juga mengira saya demikian. Ternyata kami salah menduga, saya yang barusaja akan berangkat ke luar negeri sedangkan dia bingung pulang kerumah menggunakan apa. Jadi sedikit cerita mengenai orang tersebut yang saya lupa namanya yaitu bapak-bapak dengan usia sekitar 35an yang rumahnya tinggal di Banyuwangi. Beliau lagi kurang beruntung yaitu di deportasi dari Malaysia, beliau cerita panjang lebar menjadi TKI ilegal di negeri jiran tersebut. Awalnya beliau ikut seseorang yang dipercayainya untuk bisa menguruskan berkas-berkas atau dokumen kerja ketika berada di Malaysia, singkat ceritanya beliau ditipu dan orang yang dipercayainya tidak mau bertanggung jawab. Awal mulanya beliau stay 4 bulan di Malaysia dan bekerja seperti biasa tanpa ada kendala, tetapi setelah itu beliau tertangkap polisi di Malaysia yang tidak tahu detail ceritanya dan dipenjara disana karena tidak bisa melihatkan surat keterangan kerja dan lain-lain. Beliau dipenjara selama 4 bulan disana sampai bulan desember beliau baru tiba di bandara Juanda itupun karena ada yang menebusnya yaitu mantan mandornya ketika berada di Indonesia. Bayangkan kalau tidak ada orang yang menebusnya, beliau pasti akan dipenjara disana dengan waktu yang cukup lama.

Mendengar cerita beliau saya merasa kasihan di Juanda tidak ada keluarga yang menjemput. Handphone juga sudah tidak ada karena sudah dijual untuk biaya hidup selama di Malaysia. Sampai-sampai beliau meminjam handphone saya untuk mencoba menelepon istrinya tetapi nomornya sudah tidak aktif, kemungkinan istrinya marah atau apa saya tidak tahu masalahnya. Lagi enak ngobrol waktu tak terasa sudah menunjukan pukul 02:00 pagi, saya langsung memberikan sedikit rejeki untuk beliau agar bisa pulang lagi ke Banyuwangi dan bertemu dengan keluarganya kembali apalagi beliau juga mempunyai 2 orang anak. Pasti anaknya sangat rindu akan hadirnya seorang ayah di hidupnya setelah sekian lama sudah tidak bisa saling berkabar akibat kurang beruntung ayahnya yang mencoba untuk bekerja mencari nafkah di luar negeri dengan resiko yang sangat besar.

Setelah itu saya pamit dengan beliau untuk masuk ke bandara dan menyuruh beliau untuk langsung membeli tiket bus agar cepat sampai kerumahnya. Pukul 04:30 saya langsung boarding dan menuju pesawat untuk transit terlebih dulu di Malaysia selama 1 hari. Setibanya di Malaysia waktu itu imigrasinya sangat ramai sampai-sampai saya menunggu kurang lebih 1jam baru lolos dari imigrasi. Langkah selanjutnya selesai dari Imigrasi saya langsung menuju ke money changer, setelah saya sweeping ternyata harganya sangat mahal. Saya lihat di google RM1 = Rp. 3.400 pas saya ke money changer harganya Rp. 4.000 bahkan ada yang Rp. 4.800. Dengan keadaan yang seperti ini akhirnya saya hanya menukur uang Rp. 300.000 saja dan hanya mendapatkan sekitar RM 73. Selesai dari money changer saya langsung saja memesan tiket bus untuk menuju KL Central seharga RM 12 dengan waktu perjalanan dari KLIA2 ke KL Central memakan waktu sekitar 40-60 menit.


Survey Money Changer di dalam bandara KLIA 2
Berikut kurs di dalam bandara KLIA 2


Harga tiket bus dari KLIA 2 - KL Central

Sesampainya di KL Central saya langsung mencari tempat makan yang ada di NU Mall dan mendapat nasi goreng seharga RM 4.90, Selesai makan saya lanjut perjalanan lagi iseng-iseng untuk mencari money changer. Setelah menelusuri money changer yang ada di NU Mall saya menemukan money changer dengan harga yang fantastis murah sama dengan google tanpa ada pajak apapun, tanpa pikir panjang saya langsung saja menukarkan uang Rp. 300.000. Selesai dari money changer perjalanan selanjutnya yaitu ke Bukit Bintang karena disana tempat saya akan menginap semalam. Untuk menuju bukit bintang saya harus menggunakan alat transportasi MRT dengan tiketnya seharga RM 2.50. Sesampai di Station Bukit Bintang pukul 13:30 dan waktu check in masih pukul 14:00 saya gunakan untuk duduk saja diluar penginapan sambil merokok. Setelah pukul 14:00 saya langsung check in ke penginapan. Sekedar informasi ketika kamu berada di Malaysia dan ingin menginap di penginapan baik itu hotel/hostel akan dikenakan biaya tambahan inap untuk turis sekitar RM 10 jadi jangan kaget kalau ada biaya lebih ketika akan menginap di Malysia dan itu berbeda dengan deposit.

Money Changer di Nu Mall kurs cukup bagus
Tukar uang beberapa Ringgit saja


lanjut perjalanan dari Nu Mall
ke Bukit Bintang
Lobi penginapan di GoldBrick


Nunggu Check in kamar
Kamar saya selama semalam


Kamar mandi shared room

Setelah Check in saya langsung drop bawaan saya dikamar dan kebetulan saya tiap traveling selalu memesan kamar dormitory, you know lah....biar nggak over budget. Nama penginapan yang saya tempati yaitu “Golden Brick” saya pesan melalui app Traveloka seharga Rp. 74.000/malam. Awalnya saya sulit mencari penginapan ini karena tempatnya yang masih kurang paham dan saya masih tidak tahu lokasi sama sekali. Sempat juga saya bertanya kepada orang lokal waktu itu, sebenarnya dari tempat saya bertanya hanya sekitar 2 meter saja. Berhubung saya masih bingung dan ragu akhirnya muter-muter sendiri mencari tempat itu dengan insting. Tibalah ketika saya berdiri di samping lorong bangunan bertingkat seperti rusun dengan beberapa lantai dan mengamati seperti ada petunjuk arah dari kertas dan benar saja ada tulisan Golden Brick hostel......astagaaaa....setelah sekian menit muter-muter akhirnya baru sadar kalau kebanyakan penginapan seperti model dormitory berada di satu bangunan dengan beberapa lantai atau bentuknya seperti rusun. Jadi buat temen-temen yang sekiranya ingin mencari penginapan dormitory mungkin kebanyakan tempatnya akan seperti saya, tidak seperti biasanya yang ada di satu tempat dengan alamat yang jelas dan bisa ditemukan langsung dengan mudah. Kebetulan tempat saya menginap ini berada di daerah Bukit Bintang dekat dengan jalan Alor. Kenapa saya memilih menginap di daerah Bukit Bintang? Dari pengalaman travel sebelumnya dengan teman saya eko waktu diajak ke Bukit Bintang malam hari saya langsung tertarik, karena disini tempatnya ramai dan banyak sekali aktivitas yang bisa dilakukan disini. Apalagi di jalan Alor, untuk pecinta wisata kuliner pasti akan menjadi tempat yang cocok untuk mencicipi makanan dari berbagai macam harga dan rasa. Karena di sepanjang jalan Alor adalah tempatnya para PKL untuk berjualan, jadi untuk kalian yang ingin menghabiskan uang untuk kuliner bisa banget kalian mengunjungi tempat ini. Selain tempat untuk kuliner di Bukit Bintang saya suka dengan musisi jalanan disini, kalau diibaratkan seperti Malioboro yang ada di Jogja dan pas banget untuk menghabiskan malam kalian duduk dipinggir jalan sambil menikmati alunan musik dari musisi jalanan dengan mengobrol bareng temen. Hanya saja saya sendirian waktu itu...ngenesssss banget..wkwkwkwk.

Selesai puas menikmati malam di Bukit Bintang saya kembali lagi ke penginapan untuk tidur karena besok siang saya harus Check out dan melanjutkan perjalanan lagi ke Bangkok. Keesokan harinya sekitar pukul 10:00 saya terbangun dan menyiapkan segala barang bawaan saya kemudian langsung mandi dan prepare untuk check out. Setelah selesai check out saya langsung menuju MRT untuk menuju pemberhentian di KL central dengan biaya RM 2.50 dan dilanjutkan menuju bandara KLIA2 menggunakan bus dengan tiket RM 12. Sesampainya di bandara sekitar pukul 14:30 sedangkan pesawat saya berangkat masih pukul 18:00 jadi masih ada sedikit waktu luang saya gunakan untuk main game di HP. Waktu berjalan cepat, sekitar pukul 17:30 saya sempatkan untuk boarding dan sholat ashar sebelumnya dan langsung menuju pesawat.


Suasana KLIA 2 sambil nunggu jam keberangkatan


DAY 1
Setibanya di Bangkok waktu itu sekitar pukul 20:00 disana saya mendapatkan teman baru dari Chile namanya Viany, Gimana bisa kenal dengan bule nih ceritanya? bahasa inggris aja saya pas-pas an. Jadi begini ceritanya, waktu pesawat berhenti saya mengambil tas saya di kabin sambil antri untuk keluar dari pintu pesawat. Waktu itu Viany ingin mengambil tas yang ada di kabin juga, berhubung postur tubuhnya agak kecil jadi saya waktu itu langsung inisiatif aja (bukan modus) bantuin ambil tasnya. Dari sinilah awal saya kenal dengan Viany sampai sekarang. Jadi Viany waktu itu mencoba untuk mengobrol dengan saya ketika keluar dari pesawat dengan bahasa Spanyol, saya hanya terdiam dan bengong saja karena saya bener-bener nggak paham apa yang dia ucapkan waktu itu. Saya mencoba untuk balas perkataanya dengan bahasa inggris...ehhh...dianya tetep ngomong menggunakan bahasa Spanyol. Pinternya dia langsung buka google translate, aku kok nggak kepikiran yah waktu itu. Akhirnya dari Google translate inilah yang membuat kami menjadi sedikit nyambung ngobrolnya...(terimakasih google translate) sungguh primitif sekali waktu kami ngobrol sebelum menggunakan google translate...wkwkwkwkwk. Sebelum keluar dari bandara kami terus mengobrol dan saya basa-basi untuk bertanya apakah dia berangkat sendirian ke Bangkok (memperjelas keadaan) bisa berabe kalau dia ada cowoknya kan. Untungnya dia sendirian berangkat ke Bangkok, saya langsung menunjukan senyum kemenangan...bahahahahaha. Dia juga berkata demikian dengan saya, yah saya langsung balas saya sudah lama sendirian mbak..wkwkwkwkwk, eh dia malah ketawa.

Lanjut keluar dari pesawat dia meminta tolong untuk menunjukan saya dimana tempat untuk mengambil uang, karena saya juga butuh tuker uang akhirnya saya berjalan menuju money changer dan menyuruhnya untuk menunggu. Biar saya saja yang mencoba untuk mengecek harga kursnya bagus atau tidak, Ternyata setelah saya cek kursnya masih kurang bagus menurut saya. Kemudian saya mencoba pindah lagi ke money changer lainnya dan ternyata sama saja. Pada saat di money changer ketiga saya baru dikasih tahu sama yang jaga kalau rate money changer di dalam bandara semuanya sama saja, percuma juga untuk keliling untuk mencari kurs yang saya inginkan. Akhirnya saya menukar beberapa uang saja dibandara untuk melakukan perjalanan ke penginapan, sedangkan Viany memilih untuk mengambil uang di mesin ATM kemungkinan dia tidak membawa cash waktu itu. Sesudah mendapatkan uang semua, kami harus berpisah waktu itu juga karena kami sudah tidak sejalan lagi. Emang tidak sejalan lagi karena tujuannya beda, saya harus pergi ke penginapan yang ada di Khaosan road sedangkan dia harus pergi ke temannya yang dia kenal melalui aplikasi Couchsurfing yang saya tidak tahu alamatnya. Akhirnya dia pergi menggunakan grab menuju temannya sedangkan saya melanjutkan perjalanan kembali keluar dari wilayah bandara dan seharusnya menunggu bus disekitar bandara. Tetapi waktu itu jarang sekali ada bus yang beroperasi mungkin saya terlalu lama dibandara untuk membantu Viany mengurus ini itu dan malam semakin larut. Akhirnya saya mencoba untuk bertanya dengan seseorang yang sedang menunggu transportasi di salah satu halte dekat dengan bandara. Dia mengarahkan saya untuk menaiki mobil seperti van dengan nomor tertentu karena bus sepertinya sudah tidak beroperasi malam itu.


Majalahnya bikin nggak sabar buat ikut
       Songkran.
Waktu itu lagi check kurs mata uang sama Viany


Kalau ke Thailand selalu pakai SIM Card ini
Berikut beberapa bundling
              dari SIM Card tru move.


Sebelum pisah sempetin foto
           kali aja gak ketemu lagi.
Saya langsung nurut saja mengikuti instruksi yang telah disampaikan oleh orang tersebut dan saya langsung masuk kedalam mobil van. Pertama kali saya masuk agak bingung sih ini transportasinya lebih mengarah kemana yah, ke taxi atau angkot..kalau angkot sih nggak mungkin karena fasilitasnya cukup ok. Mungkin kalau menurut saya ini lebih ke taxi cuman bisa dimasuki beberapa orang. Fasilitasnya bagus mulai dari kursinya yang empuk dan ada Ac nya juga. Kali ini perjalanan saya dari bandara menuju Cathuchak dengan tarif THB 30, saya rasa cukup mahal sih karena memang fasilitasnya juga cukup baik...yaudah deh daripada nggak dapet transportasi ke penginapan dan malam semakin larut akhirnya saya memilih van tersebut. Sesampai di Cathucak saya turun dari van dan menunggu bus nomor line 503 untuk menuju ke Khaosan road dengan tarif THB 15. Setibanya di Khaosan road sekitar pukul 22:30 dan suasananya masih sangat ramai sekali disini. Inilah mengapa alasan saya untuk memilih penginapan di Khaosan road.


Suasana Bus Line 503 Cathucak - Khaosan Road
Minuman saat haus di perjalanan


Khaosan Road sekitar jam 22:30


Nama penginapan saya di Khaosan road adalah The Mixx hostel yang berada di satu bangunan berlantai 4 dengan kamar dormitory yang saya pesan include AC dan breakfast melalui app Traveloka Rp. 72.000/malam include breakfast, waktu itu saya menginap 2 malam. Untuk menuju hostel saya harus menaiki anak tangga hingga menuju ke lantai 4. Setibanya di resepsionis saya langsung check in, saya kira resepsionisnya lagi tidur dan di lobby pasti sepi karena saya datang terlalu larut. Ternyata suasananya terbalik dengan apa yang saya pikirkan, lobi masih ramai dan staffnya masih On fire bahkan ada juga beberapa turis asing yang baru tiba dan check in seperti saya. Resepsionis dan staffnya sangat ramah dan mudah membaur dengan wisatawan asing, jadi saya rasa memang pas untuk menginap beberapa hari disini dengan tarif yang cukup murah dan sebelum masuk kamar saya harus memberikan deposit sebesar THB 100 pastinya. Ketika saya memasuki kamar...wahhhhh...berantakan sekali kamarnya, saya kebagian bersama turis-turis yang saya rasa kurang menjaga kebersihan dan kerapian. Tetapi yasudahlah dengan harga yang murah saya tidak bisa mengekspektasikan apa yang saya pikirkan, toh kalau memang sama dengan apa yang saya ekspektasikan berarti itu bonus buat saya. Lokasinya cukup strategis karena berada di tengah jalan Khaosan road, tiap malam pasti ramai dan malah menjadi waktu bermain buat turis asing pastinya. Waktu itu saya langsung bergegas mandi dan tidur karena sudah terlalu lelah untuk hari ini, sebelum tidur saya sempat chat dengan Viany bahwa dia besok ingin bertemu saya dan jalan-jalan disekitar penginapan.


Tempat tidur saya untuk beberapa hari
Kondisi kamar saya yang memprihatinkan

DAY 2
Keesokan harinya saya terbangun pukul 07:00 menuju kamar mandi untuk cuci muka dan gosok gigi, setelah itu saya menuju ruang santai untuk para wisatawan yang ingin mengobrol, mengerjakan kerjaannya mungkin, berkenalan dengan turis lain, dan menikmati sarapan sambil menikmati pemandangan jalanan Khaosan road dari atas. Waktu itu saya hanya minum kopi dan makan cemilan buah + roti saja. Jadi ada beberapa makanan dan minuman yang disediakan dari pihak hostel. Minumannya ada kopi, es jeruk, sama air putih. Sedangkan untuk makanannya ada buah-buahan sama roti. Kalau mau tambah es tinggal ambil di ice box yang sudah disediakan dan kalau mau bikin mie instan tinggal kasih air panas dan juga sudah tersedia piring maupun sendok. Kekurangan dari hostel ini yaitu masih ada kutu di kasur yang membuat tidur tidak nyaman, kemudian AC terkadang suka trouble itu saja sih yang sangat disayangkan dan perlu diperhatikan lagi untuk menambah kesempurnaan di hostel ini. Memang semalam saya tidak bisa tidur dengan nyenyak, saya kira hanya saya saja yang mengalaminya ternyata beberapa turis lain juga sama seperti saya ketika mereka saling mengobrol dan terlihat dari gestur tubuhnya.


Ngopi sambil liatin gambar di majalah
            karena saya sadar saya gak paham bahasa Thailand
di majalahnya.

Perkataan tersebut dilontarkan dari turis Spanyol yang ketika saya duduk santai sambil merokok Dji Sam Soe yang super premium turis tersebut merasa kaget. Saya sempet bingung nih bule ngapa yakkk...Ekspresinya liat saya merokok kok gini amat kayak nemuin harta karun. Kemudian dia berkata “apakah ini Dji Sam Soe”? saya langsung balas dong, iye mbak ini Dji Sam Soe (heran kok bisa tau). Dia balas lagi “ini rokok terenak” (lha saya tambah bingung dong), dan akhirnya kami mengobrol kesana kemari. Usut punya usut ternyata dia itu sempat berkunjung di Indonesia diantaranya Bali, Jogja, dan Lombok. Bahkan dia sempat mendaki Gunung Rinjani dan Merapi, Gileee saya saja orang indonesia belom kesampaian buat naik kesana. Hal itu yang membuat dia tahu soal sensasi rokok Dji Sam Soe dan Surya, terkadang dia juga mengucapkan kalimat berbahasa Indonesia dan menyebutkan beberapa tempat lokasi wisata di Jogja. Waktu itu dia sempat mengajak barter rokok saya dengan rokok yang dia miliki, Yaudah sih karena saya bawa stok yang cukup akhirnya dia minta rokok saya 1 batang ehhhhh....dia ngasihnya 2 batang dalam hati (lumayan buat stock) dia bilang sudah lama tidak merasakan rokok kretek. Sayangnya saya tidak membawa rokok ini banyakan, kalau bawa banyak lumayan nih bisa dijual disini...wkwkwkwkwk.


Nyobain tembakau lokal dari turis yang barter
               rokok tadi, kebetulan dia punya ini barang.

Agak siangan sekitar pukul 13:00 Viany ngechat bilang kalau dia sudah deket penginapan saya, karena memang semalem saya suruh dia main ke penginapan sambil nanti saya ajak jalan-jalan sekitaran Khaosan road. Yaudah langsung saya jemput deh dan saya ajak ke penginapan dulu buat ngobrol-ngobrol di ruang santai, kali aja dia dapet temen baru disini sambil nungguin saya selesai mandi. Selesai mandi saya ngajak dia cari makan, karena dia bilang lagi laper..okelah akhirnya muter-muter cari tempat makan yang sekiranya agak murahan biar nggak overbudget..aku sih apa adanya, kalau emang niat kesini mau hemat yang makan ditempat yang sekiranya harga masuk akal. Kami berhenti di salah satu kedai gitu masih deket penginapan pesen Pad Thai sama air mineral aja total harganya sekitar THB 350an, yaudah saya bayarinlah gapapa sekalian buat awal pertemanan gitu sih mikirnya.


Nyobain Pad Thai bareng doi, masih disekitar
          penginapan di Khaosan Road.

Abis makan bingung nih ceritanya saya mau ajakin kemana, karena udah sore juga. Akhirnya kepikiran buat ke Asiatique aja deh biar nggak ribet sekalian bisa liat sunset disana sambil nongkrong sampai malem. Berangkatlah kami menuju Asiatique pakai app Grab, dari Khaosan road ke Asiatique tarifnya THB 280 waktu itu dengan waktu tempuh sekitar 30menit aja kalau nggak macet. Ok saya bayarin naik grabnya kali ini, tapi baliknya gantian dia yang bayarin. Pada saat di grab kami ngobrol-ngobrol seperti biasa menggunakan google translate, sumpah deh ini pengalaman terbaru saya terkocak pengen ngobrol aja gunain google translate dulu. Lha karena dia juga nggak paham bahasa inggris sama sekali sih, kalau ngerti dikit-dikit kan enak..jadi sama-sama paham meskipun nggak terlalu. Lha ini ngobrol tapi full dari Google translate..wkwkwkwkwk. Jadi dia waktu itu cerita kalau dia dapat musibah di teman Couchsurfingnya, handphone dan beberapa uangnya diambil sama orang tersebut. Inti cerita yang saya tangkap seperti itu, gimana gak prihatin sama keadaan Viany saat itu. Dia ke Bangkok sendirian,cewek pula...ditambah dia nggak bisa bahasa inggris. Semalem aja katanya sempet nyasar-nyasar waktu pakai grab dan harus ngeluarin uang sekitar THB 500an. Duhhhhh.....nasibmu jelek amat mbak kali ini, akhirnya saya memperingatkan Viany kalau jangan menggunakan aplikasi tersebut, karena kita tidak tahu sama sekali orang yang bersedia memberikan tumpangan tempat untuk menginap seperti apa. Sekedar info aja buat temen-temen yang belom tau apa itu Couchsurfing, jadi Couchsurfing itu bisa dikatakan semacam komunitas orang-orang di sebuah aplikasi yang menawarkan/membantu wisatawan asing khususnya untuk tumpangan tempat tinggal. Jadi kita bisa menginap gratis tanpa ada biaya apapun, tetapi tempat tinggalnya yang seadanya ditambah kita juga tidak tahu orang yang memberikan tumpangan tempat tinggalnya memiliki sifat baik atau buruk. Kebetulan teman saya Viany ini mendapatkan orang yang bersifat buruk, jadi hasilnya seperti itu.

Disaat itu juga dia bercerita merasa sedih, tetapi saya sangat bersyukur karena dia tidak luka apapun hanya kehilangan handphone dan beberapa uangnya saja. Perasaan saya benar untuk mengajak dia ikut menginap di tempat saya waktu itu (bukan modus). Karena ketika dia berada di tempat saya pastinya akan jauh lebih baik dan aman pastinya, ditambah lagi dia bisa berinteraksi dengan turis lainnya dan syukur-syukur kalau dia dapat temen yang satu bahasa dengannya. Saat itu dia langsung nurut dan manggut-manggut kepada saya dalam hati saya (dari kemarin kan enak mbak) tapi musibah siapa juga yang tahu dan siapa juga yang mau sih. Dari pembicaraan ini sampai kami tidak terasa kalau telah tiba di Asiatique, kami langsung turun dan keliling sekitar Asiatique sambil singgah di beberapa toko dan menunggu matahari terbenam tiba.

Memang senja di Asiatique mempunyai daya tarik sendiri terutama buat saya pribadi, meskipun seharusnya Asiatique buka malam hari banyak juga orang yang tiba di sore hari yang hanya sekedar untuk melihat sunset dan menghabiskan waktu baik itu dengan keluarga, pacar, ataupun dengan teman baru seperti saya ini. Kebetulan juga Viany belum pernah mengunjungi negara Thailand, jadi saya rasa Asiatique tempat yang cocok untuk tempat pertama kali dikunjungi mengingat waktu itu sudah sore juga sih. Benar saja, Viany waktu itu merasa sangat senang saya ajak ke Asiatique karena bisa menikmati sunset sambil melihat boat yang mengitari sungai Chao phraya.


Landmark di Asiatique
Nungguin Sunset


Senja kala itu
Enak kan kalau jalan bareng sama saya,
            dapat tukang foto gratis..hahaha
Suasana saat naik free shuttle boat dan melewati
          sungai Chao Phraya. 


Ketika hari mulai gelap saya mengajak Viany menaiki free shuttle boat yang disediakan oleh pihak Asiatique untuk pengunjung tanpa ada biaya apapun alias gratis, tetapi ada juga yang berbayar dengan destinasi tertentu. Banyak juga wisatawan asing yang mengantri untuk mencoba menaiki free shuttle boat ini sekedar menambah pengalaman mereka melewati sungai Chao Phraya sambil menikmati sunset. Sebenarnya shuttle boat ini bisa digunakan oleh wisatawan asing menjadi alat transportasi alternatif ketika bosan dengan alat transportasi di Bangkok seperti MRT, Grab, Bus, dan lainnya. Untuk free shuttle boat sendiri jaraknya tidak bisa jauh dari Asiatique dan berlabuh di dermaga sekitar Asiatique saja, berbeda dengan shuttle boat berbayar dengan jarak tempuh yang lumayan jauh. Ketika sudah tiba di salah satu dermaga kami langsung turun dan berjalan keluar dari dermaga untuk menunggu grab yang akan kami pesan menuju penginapan nantinya. Biaya Grab dari Asiatique ke penginapan yang ada di Khaosan road THB 280 dengan waku tempuh sekitar 40menit, di malam itu disekitar Khaosan road sudah banyak orang yang sudah membawa senapan air untuk merayakan Songkran. Padahal Songkran masih besok tetapi sudah banyak orang yang berjalan-jalan sambil membawa senapan air, sebegitu excitednya wisatawan asing merayakan Songkran di Thailand khususnya di Bangkok.


Keadaan Khaosan Road waktu itu.
               Beberapa jalan sudah mulai ditutup.

Setibanya di penginapan saya menyuruh Viany untuk istirahat di ruang santai dekat lobi sedangkan saya memesan kamar untuk dia semalam karena gak tega juga liat kondisinya yang habis kena musibah, maklum orang Indonesia orangnya kebanyakan gak tegaan seperti saya ini (bukan pencitraan). Sambil menunggu kamar Viany di persiapkan saya tinggal untuk mandi sebentar setelah itu Viany menuju kamarnya untuk membereskan semua barang bawaannya dan kebetulan tempat tidurnya dekat saya dengan maksud dan tujuan kalau dia butuh apa-apa bisa lebih mudah. Jadi satu ruangan kamar di penginapan yang saya tempati ini berisi 10 ranjang susun tempat tidur dan diisi perempuan dan laki-laki/mixed dormitory. Selesai dengan semua barang bawaannya Viany saya suruh untuk mandi dan kemudian kami mengobrol di ruang santai yang pasti masih tetap dengan bantuan Google translate yah....wkwkkwkwk. Pada saat mengobrol Viany menyodorkan HP nya dan melihatkan terjemahan text kepada saya bahwa di samping kami mengobrol ada sepasang remaja dia menduga bahwa mereka juga Spanish, pada saat itu juga saya menyuruh Viany untuk mencoba bergabung dengan mereka mungkin saja itu benar dan nantinya Viany bisa mendapat teman baru yang kalau diajak ngobrol bisa nyambung nggak seperti saya...wkwkwkwkwk. Ketika Viany sudah bergabung dan benar saja bahwa mereka Spanish, dalam hati syukur deh dia jadi punya temen disini.


Ngobrol sambil curi pandang sama remaja yang katanya
       Viany orang Spanish.

Setelah mereka ngobrol cukup lama Viany mengajak saya dan teman barunya untuk makan malam disekitar penginapan, Nama teman baru Viany adalah Bruno dan Javia mereka sebelumnya sudah travelling di beberapa negara seperti China, Vietnam, dan tiba di Thailand kemarin. Untungnya mereka bisa sedikit menggunakan baha inggris seperti saya, jadi kalau diajak ngobrol bisa sedikit nyambung dengan orang Spanish ini tetapi kalau ber 3 ngomongin saya dengan bahasa mereka yang pasti saya nggak ngerti dan hanya ketawa saja..wkwkwkwk. Semakin malam suasana Khaosan road semakin ramai dan menggila, selesai makan kami melanjutkan lagi memutari beberapa gang di Khaosan road dan terlihat beberapa Bar baru saja buka dengan musiknya yang cukup keras. Banyak dari Bar tersebut dipadati wisatawan asing terutama yang memainkan musik paling keras dan enak buat dinikmati.

Kebanyakan Bar disana yang pasti menawarkan full minuman keras dan juga ada yang menawarkan seperti balon gitu, awalnya saya nggak paham balon itu buat apa fungsinya karena ukuran balon tidak dikembangkan sebesar seperti biasanya kemudian di tambah orang-orang malah menghirup gas yang ada di dalam balon tersebut melalui mulutnya. Saya langsung mikir ini pasti benda gak bener, dan benar saja pada saat mengamati beberapa remaja Thailand yang sudah menghirup balon tersebut langsung jalan sempoyongan dan ketawa-ketawa gak jelas sama teman-temannya. Saya rasa didalam balon tersebut di isi seperti gas yang bisa buat teler orang ketika sudah menghirupnya, kalau tidak salah ingat namanya “Smile baloon” harganya cukup murah kok sekitar THB 20-50 jadi waktu itu banyak beberapa wisatawan asing dan remaja Thailand membeli balon tersebut. Denger nama benda itu seperti lucu gitu yah, tapi bisa buat orang teler sih....Setelah menduga seperti itu Bruno bercerita memang benar itu bisa membuat teler karena didalam balon tersebut ditambahkan gas yang bikin orang jadi gila sementara...wkwkwkwkwk. Lha Viany orangnya memang suka penasaran dan ngajak untuk beli balon itu, langsung deh saya tolak mentah-mentah. Teler dijalan bisa berabe urusannya, karena saya juga melihat ada seseorang yang sampai dibawa mobil ambulans waktu itu kemungkinan mengkonsumsi terlalu over atau tidak tahu cara menggunakannya. Waktu berjalan terus hari itu hingga kami tak sadar kalau waktu sudah menunjukan pukul 02:00 dan kami langsung memutuskan untuk mengakhiri wisata malam ini. Kami kembali ke penginapan berjalan kaki dan sesampainya di penginapan malah ada live musik di lantai bawah. Gilaaa memang ini Khaosan road udah pagi gini jalanan masih ramai orang aja, nggak heran memang Khaosan road tempat yang nggak ada matinya. Waktu itu kami langsung menuju tempat tidur masing-masing dan tidak menghiraukan keramaian yang ada diluar.


Malam ini makan Tom Yam
Viany nyobain local food di Khaosan Road


Semakin malam semakin ramai Khaosan Road
Malan ini jalan-jalan sampai gempor
            di Khaosan Road.

DAY 3
Keesokan harinya saya dan Viany bangun pukul 09:00 bertemu di lobby untuk sarapan pagi sambil sedikit mengbrol agar kami cepat akrab. Setelah itu saya ajak Viany untuk keluar menuju salah satu Wat disekitar penginapan, kami mencoba untuk jalan kaki saja menuju tempat tersebut sekalian untuk berolahraga dan melihat lebih dekat lagi aktivitas penduduk lokal. Sesampai ditempat tujuan kami langsung masuk tanpa ada pungutan biaya apapun dan tempatnya sangat sepi dan tenang, mungkin hanya beberapa wisatawan saja yang berkunjung kesana. Waktu itu kami hanya mencoba mengitari wilayah Wat tersebut dan foto-foto pastinya, setelah itu kami memutuskan untuk kembali ke penginapan karena ada Ainul baru saja tiba di Bangkok. Langsung saja saya menyuruhnya untuk menginap bersama ditempat kami agar koordinasi kedepannya lancar.


Monument Democracy


Setibanya di penginapan saya langsung membantu Ainul untuk booking ditempat saya menginap karena memang sebelumnya dia belum booking kamar dan untung saja masih ada stock kamar yang kosong. Ketika Ainul tiba saya menyuruhnya untuk langsung check in agar barang bawaannya bisa langsung disimpan. Ketika Ainul masih sibuk mengurus barang bawaannya, saya memilih untuk istirahat saja di ruang santai dengan Viany sambil minum air es. Siang itu udara Bangkok sangat panas sekali, pada saat menuju Wat saja sudah terasa menyengat sinar mataharinya. Tidak heran kalau pihak penginapan menyediakan ice box untuk wisatawan yang menginap secara gratis. Tak lama kami mengobrol datanglah Bruno dan Javia ikut nimbrung sambil menanyakan plan destinasi yang akan dikunjungi hari ini. Kami ber3 ( Saya, Viany, dan Ainul ) memilih untuk mengunjungi Wat Arun saja, sebenarnya kami ingin mengunjungi Wat Pho, Grand Palace, dan Wat Arun. Berhubung waktu itu sudah sore dan tidak mungkin untuk mengunjungi semua tempat itu oleh karena itu saya menyarankan untuk ke Wat Arun saja kepada Ainul dan Viany salah satunya dengan alasan waktu ditambah lagi kalau mengunjungi Grand Palace harganya yang cukup mahal dan areanya yang sangat luas (menurut pengalaman saya dulu memasuki wilayah Grand Palace) takutnya nanti menyesal karena memang jika ingin ke Grand Palace harus pagi hari dikarenakan wilayahnya yang luas dan yang pasti membutuhkan waktu lama untuk mengelilingi kompleks Grand Palace. Sedangkan untuk alasan Wat Pho memang tutup pukul 17:00 ditambah harga tiket Wat Pho yang semakin mahal sekitar THB 200 dan Wat Arun pukul tutup pukul 18:00. Akhirnya mereka juga setuju untuk mengunjungi Wat Arun saja lebih amannya. Sedangkan Bruno dan Javia hari itu ingin mengunjungi beberapa mall di Bangkok untuk membeli beberapa souvenir khas Thailand.

Selesai dari perundingan tadi kami memutuskan untuk berangkat ke Wat Arun agar tidak kesorean dengan berjalan kaki saja, sedangkan Bruno dan Javia langsung pergi ke mall waktu itu juga. Perjalanan dari penginapan ke Wat Arun sekitar 1,5 jam itu sudah termasuk kami berfoto-foto didepan Grand Palace dan Wat Pho. Ini merupakan pengalaman pertamakali bagi kami semua mengunjungi Wat Arun, setibanya di dermaga yang digunakan untuk menyebrang ke Wat Arun kami harus membayar sewa kapal THB 4/orang. Bagi kami Wat Arun merupakan wisata yang cukup murah dan sangat bisa kami nikmati waktu itu. Setibanya di Wat Arun kami langsung memasuki kompleks dengan membayar THB 50/orang. Oh iyah....ketika ingin masuk kedalam kompleks Wat Arun pengunjung harus menggunakan pakain yang sopan, setidaknya harus menggunakan celana atau kain yang menutupi sampai mata kaki. Jika temen-temen lupa membawa celana bisa menyewa kain yang ada disana dengan biaya yang telah ditetapkan dari pihak Wat Arun. Waktu itu kami hanya 1jam saja berada di Wat Arun untuk berfoto-foto sambil menikmati sunset dari Wat Arun dan setelah itu kami langsung kembali ke penginapan.


Foto dulu mbak, biar capeknya
             tidak kerasa.
Seneng amat mbak


Foto depan Grand Palace aja.
              Tiket masuknya mahal.
 



Naik boat menuju Wat Arun
Wat Arun senja itu

Tiba di penginapan sekitar pukul 19:00 kemudian kami beristirahat sebentar di ruang santai setelah itu bergantian untuk pergi mandi, malam ini Viany mengajak saya dan Ainul untuk mencoba Thai massage disekitar penginapan. Kebetulan saya juga belum pernah nih ngerasain gimana rasanya Thai massage, waktu itu Ainul tidak dipijit hanya menunggu saya dan Viany dipijat saja. Saya memilih paket 30menit dengan harga THB 150, sedangkan Viany memilih paket yang 1 jam harganya THB 280. Memang sih saya akui pijatannya sangat enak apalagi kami habis berjalan kaki sekitar 2jam jadi enak-enak aja di pijit..hehehehe. Sebenarnya pijatannya biasa saja sama seperti di Indonesia cuman di Thailand bedanya pemijat menggunakan media siku tangan untuk menambah kesan yang berbeda dan pemijatnya lawan dari konsumennya, jadi kalau saya yang mijit cewek dan Viany yang mijit cowok tetapi di satu ruangan tanpa ada sekat sama sekali. Waktu dipijat saya sampai ketiduran beberapa menit, mungkin saking capeknya kali yah.. Selesai dari massage kami mulai lapar dan mencari tempat makan disekitar penginapan, selesai makan Ainul balik ke penginapan mungkin masih capek dan baru datang ke Bangkok hari ini juga terus langsung saya ajak untuk jalan-jalan sedangkan saya dan Viany lanjut mengitari area Khaosan road menikmati malam terakhir di Bangkok karena besok sore kami melanjutkan tour kami ke Chiang Mai menggunakan bus yang sudah kami pesan sebelumnya di penginapan. Untungnya penginapan ini menyediakan jasa travel juga, jadi kalau ingin pergi ke suatu kota atau tempat wisata sekitar Thailand bisa membelinya disini. Karena menurut pengalaman saya Bangkok akan semakin ramai ketika acara Songkran dimulai dan banyak dari transportasi umum yang sudah full booked H-5 ditambah harganya yang semakin melonjak. Untung saja kami masih mendapatkan jatah kursi untuk pergi ke Chiang Mai menggunakan bus open trip dan bercampur dengan wisatawan asing lainnya. Sekitar pukul 02:00 saya mengajak Viany untuk kembali ke penginapan karena saya sudah merasa lelah dan mengantuk akibat selesai dipijat tadi.


Habis jalan sehat langsung pijat..Mantap

Malam terakhir di Bangkok sebelum lanjut Chiang Mai

DAY 4
Keesokan harinya saya bangun siang sekitar pukul 12:30 dan mengajak Ainul untuk pergi ke MBK menggunakan bus dengan nomor 15 dekat dari penginapan seharga THB 6.5/orang. Cara yang sangat praktis dan ekonomis untuk kalian para backpacker low budget bisa menggunakan cara seperti saya. MBK merupakan salah satu mall terbesar dan banyak dikunjungi baik itu wisatawan asing maupun lokal karena harga produk yang dijual di MBK cukup murah dan tidak membuat kantong dompet jebol terlalu dalam. Jadi mall MBK sangat cocok bagi kalian yang ingin membeli beberapa souvenir untuk orang terdekat kalian. Selesai mendapatkan beberapa souvenir seperti baju, gantungan kunci, magnet, tas, dan beberapa snack khas thailand kami langsung bergegas menuju penginapan lagi karena keberangkatan bus ke Chiang Mai menjelang maghrib. Waktu itu kami belum sempat untuk packing barang ditambah untuk jaga-jaga traffic di Bangkok waktu Songkran pasti akan padat oleh sebab itu kami dari MBK langsung ke penginapan. Setibanya di penginapan Viany mendapatkan teman baru lagi dari Chile namanya Letisha dan dia ikut bergabung juga pergi ke Chiang Mai kemungkinan diajak oleh Viany sedangkan Bruno dan Javia tidak ikut karena mereka keesokan harinya kembali ke New Zealand untuk bekerja disana. Kami mendapatkan tiket bus dari Bangkok ke Chiang Mai lewat penginapan seharga THB 800/orang saya rasa cukup mahal karena kami juga membeli tiket bus pas ada acara Songkran, Untungnya kami semua masih kebagian tiket ke Chiang Mai. Ini merupakan open trip pertama kali saya menggunakan bus bersama rombongan turis asing lainnya karena terakhir kali saya ke Chiang Mai dari dari Bangkok menggunakan bus pada umumnya dan berangkat dari terminal bus di Cathuchak dengan tiket seharga THB 600.


Masih suasana Songkrang pagi itu
Kalau lihat ginian pengen nyebur juga dek
        cuaca panas banget hari ini.


Berikut price list agen tour di penginapan

Foto terakhir sebelum pisah sama Bruno & Javia

Squad Chiang Mai ready to go

Selesai dari packing barang-barang kami langsung keluar dari hostel untuk di cek siapa saja yang akan pergi ke Chiang Mai oleh guide dari travel bus yang kami pesan. Selesai pengecekan kami langsung menuju bus yang sudah siap di salah satu tempat yang tidak jauh dari Khaosan road. Bus berangkat pukul 18:00 dari Khaosan road menuju Chiang mai, didalam bus saya memberikan penjelasan beberapa destinasi yang akan dikunjungi kepada Letisha yang merupakan anggota baru lagi yang ikut perjalanan saya selama di Chiang Mai nanti. Untungnya Letisha masih bisa sedikit-sedikit berbahasa Inggris jadi tidak memerlukan google translate lagi berbicara kepadanya, berbeda ketika mengobrol dengan Viany...hahahahaha. Ketika didalam bus saya hanya istirahat sambil tiduran saja karena perjalanan yang cukup lama, diperkirakan kami tiba di Chiang Mai sekitar pukul 06:00 pagi. Sekitar pukul 02:00 pagi kami berhenti dulu di salah satu tempat peristirahatan yang saya tidak tahu namanya dan ada dimana karena saya juga baru bangun tidur waktu itu, di tempat peristirahatan rombongan turun untuk makan yang sudah termasuk include saat membeli tiket bus di penginapan sebelumnya. Tetapi saya dan Ainul tidak ikut makan karena takut lauknya berbahan babi. Jadi saat itu saya turun hanya ke toilet untuk cuci muka dan buang air kecil setelah itu kembali lagi kedalam bus, untung saja Letisha baik hati memberikan roti yang dia beli di tempat peristirahatan tersebut.  Perjalanan kami lanjutkan beberapa jam lagi untuk sampai di Chiang Mai, selama didalam bus saya sudah tidak bisa tidur lagi hanya bermain HP saja sambil mencari beberapa tempat wisata lain yang sekiranya cocok untuk dibuat referensi selama di Chiang Mai. Waktu berjalan sangat cepat ketika didalam bus dan tidak terasa matahari sudah mulai melihatkan sinarnya, tidak lama kemudian bus berhenti di salah satu pom bensin di Chiang Mai dan ternyata itu adalah tempat tujuan pemberhentian bus di Chiang Mai.

DAY 5
Dari tempat pemberhentian terakhir travel bus yang kami naiki sudah Songhatew/mobil carter yang sudah siap menjemput rombongan turis wisatawan asing yang naik bus travel untuk di antarkan menuju tempat penginapan masing-masing. Berbeda dengan saya, Viany, Ainul dan Letisha waktu itu. Kami hanya memikirkan bagaimana cara menuju untuk sampai ke penginapan yang sudah kami booking sebelumnya, kalau jalan kaki sih lumayan jauh. Akhirnya kami semua sepakat untuk menggunakan grab menuju penginapan, kami menggunakan cara ini agar biaya transportasi dapat lebih murah. Biaya yang kami keluarkan menggunakan grab THB 80 untuk sampai ke penginapan dan itu dibagi ber 4, jadi tiap orang hanya mengeluarkan uang THB 20. Sesampainya di penginapan masih pagi dan masih belum buka, kami tiba dipenginapan pukul 06:30. Seharusnya saya sudah booking penginapan ini kemarin dan bisa ditempati pagi ini juga, cuman jadwal yang kami rencanakan mundur untuk menuju ke Chiang Mai dan sedangkan penginapan baru buka sekitar pukul 08:00. Akhirnya saya menelepon pihak hostel untuk Check in pagi itu juga. Untungnya pihak hostel merespon dengan cepat dan membolehkan kami untuk Check in. Viany dan Letisha hari ini tidak ikut menginap di penginapan kami, mereka mempunyai kenalan teman di Chiang Mai dan memilih untuk tinggal bersama temannya. Selesai Check in Saya melihat beberapa brosur persewaan motor di hostel yang saya tempati ini, jadi beruntunglah saya tidak perlu untuk mencari tempat persewaan motor lagi. Langsung saja saya sekalian untuk mengurus sewa motor yang akan kami gunakan hari ini juga. Waktu itu saya menyewa 2 motor dan haraganya THB 250/motor ditambah deposit THB 1000 sekali pinjam. Uang saya waktu itu hampir habis karena harus digunakan membayar deposit motor dan penginapan, akhirnya saya memutuskan untuk patungan dengan ainul mengurus deposit ini yang cukup mahal. Saran saya ketika teman-teman ingin menyewa motor di Thaland untuk berkeliling kota sendiri harus menyiapkan uang lebih sebagai jaminan deposit, karena menurut saya deposit di Thailand lebih mahal daripada Vietnam.


Sesampainya di Chiang Mai
Lobi penginapan



Deposit THB 500 sekali boking kamar
Beberapa pilihan motor untuk explore
                 Chiang Mai


 Kamar cukup bersih dan nyaman
Space cukup besar untuk menyimpan barang


Cukup bersih hanya saja
             air kurang bersih
Ketika sewa motor jangan lupa di cek secara detail
Selesai mengurus sewa motor saya dan Ainul cepat-cepat membereskan segala perlengkapan dan mandi kemudian menjemput Letisha dan Viany di tempat menginap temannya yang lumayan jauh dari tempat menginap kami. Plan hari ini adalah menuju Doi Inthanon yang cukup jauh dari pusat kota Chiang Mai, kalau melihat di google map hanya sekitar 2 jam perjalanan tetapi ketika dijalan estimasi tersebut meleset sangat jauh. Waktu yang kami tempuh ternyata hampir 3-4 jam perjalanan mengendarai motor karena banyak beberapa kondisi yang tidak terduga. Seperti yang saya jelaskan sebelumnya bahwa udara di Chiang Mai sangat panas apalagi sambil mengendari motor. Cuaca panas di Chiang Mai sangat kejam hingga bisa membakar kulit. Oleh karena itu saya sudah memberitahukan kepada teman-teman lain untuk mempersiapkan segala perlengkapan menghadapi cuaca ekstrim di Chiang Mai. Selama perjalanan menuju Doi Inthanon kami beberapa kali berhenti untuk berteduh sambil menikmati air dingin yang sudah kami beli sebelumnya di mini market. Ada beberapa hal menarik jika teman-teman berkendara di Thailand terutama waktu festival Songkran berlangsung, kami selalu disiram air oleh warga lokal saat mengendarai motor yang kami naiki. Inilah salah satu momen yang bikin saya tidak bisa move on ketika merayakan festival Songkran di Thailand, mengendarai motor dengan cuaca panas yang ekstrim kemudian tuhan mengirimkan warga lokal untuk memberikan kesegaran dijalan dengan cara menyiram kami air es...hahahahaha....terkadang warga lokal menyiram kami menggunakan gayung dan ada juga yang menggunakan selang. Enak lagi ketika kami diberhentikan ditengah jalan kemudian warga lokal bergantian menyiram kami secara bergantian dengan air es yang sangat dingin. Pokoknya momen ini yang paling saya tunggu ketika ingin pergi ke Thailand dan dijamin nagih..nggak bohong..wkwkwkwkwk.


Ini nih panas-panas pakai jas ujan, berasa sauna demi gak basah kuyup

Lanjut lagi ke topik sebelumnya, setelah melewati beberapa rintangan yang saya jelaskan diatas sampailah kami di kawasan taman nasional Doi Inthanon atau masih dalam hutan Doi Inthanon sekitar pukul 13:00 siang dengan mata saya yang mulai memerah akibat udara panas di Chiang Mai, padahal waktu itu saya juga menggunakan kacamata. Sebelum memasuki taman nasional Doi Inthanon kami harus membayar tiket masuk kawasan Doi Inthanon THB 300/orang ditambah THB 200/motor dengan total biaya masuk taman nasional Doi Inthanon THB 1240. Memang bagi saya cukup mahal untuk memasuki wilayah ini, tetapi jika kalian berangkat lebih pagi lagi kalian bisa menikmati beberapa tempat wisata di kawasan Doi Inthanon seperti beberapa air terjun yang ada di kawasan taman nasional Doi Inthanon. Berhubung saya kesiangan berangkatnya kami hanya menuju ke Twin Pagoda saja dan memang itu tujuan utama saya sih...jadi tidak terlewatkan plan hari ini.


Check point memasuki kawasan Doi Inthanon National Park

Sebelum masuk Twin Pagoda kami harus membayar tiket masuk lagi sebesar THB 40/orang jadi total THB 160 untuk 4 orang. Sebenarnya Twin Pagoda ini mempunyai nama lain yaitu kuil raja dan ratu, kuilnya cukup besar dan megah ditambah didirikan diatas ketinggian yang menambah daya tarik tersendiri khususnya saya yang sangat suka dengan wisata alam ketinggian, selain udaranya yang masih bersih kami juga bisa melihat view landscape ciptaan tuhan yang sangat indah dari atas kuil ini. Pada saat di Doi Inthanon kami menghabiskan waktu sekitar 3-4 jam untuk menikmati tempat ini sambil membuat dokumentasi, selain itu sebenarnya saya juga ingin mengajak teman-teman saya pergi ke top viewnya Thailand di dekat kuil ini dengan berjalan kaki. Berhubung waktu yang sudah tidak memungkinkan dan bensin motor yang sangat menipis kami berhenti di tengah perjalanan ketika akan menuju ke top view. Dengan trek jalan yang cukup terjal menuju top view teman-teman merasa kelelahan dan disini kami mendapat pengalaman baru yaitu mencari tumpangan kendaran untuk menuju tempat parkiran Twin Pagoda. Ainul dan Letisha kembali dulu ke tempat parkiran karena waktu itu mereka sangat kelelahan dan dia mendapat tumpangan mobil Sedan. Sedangkan saya dan Viany mendapatkan tumpangan mobil bak tapi seperti pajero. Sesampai di parkiran Twin Pagoda kami langsung menancap gas untuk kembali ke kota sebelum kawasan taman nasional Doi Inthanon menjadi gelap. Kawasan taman nasional Doi Inthanon tidak memiliki lampu penerangan jalan, jadi takutnya nanti akan membahayakan bagi kami mengendarai motor. Oleh sebab itu sebelum hari mulai gelap kami harus keluar dari kawasan Taman Nasional Doi Inthanon terlebih dahulu. Sesampainya di penginapan waktu itu sekitar pukul 18:00, sebelum sampai penginapan kami menyempatkan untuk mengisi bensin full THB 100/motor. Ketika sampai penginapan saya dan Ainul langsung mandi sedangkan Viany dan Letisha mununggu kami di kamar sambil beristirahat sebentar, setelah itu kami semua makan disekitar penginapan dan selesai dari makan malam saya dan Ainul mengantarkan Viany dan Letisha ke tempat penginapan temannya untuk beristirahat dan bertemu lagi keesokan harinya.




Sebelum menuju pagoda
              harus melewati beberapa anak tangga
Tempat yang instagramable


Parkiran motor sebelum masuk
         kawasan Twin Pagoda
Banyak sekali macam bunga disini


Letisha with pagoda
Ainul with Pagoda



           
Kelakuan kita cari tumpangan buat ke parkir
motor.

Twin pagoda, satunya ada di belakang ini










DAY 6
Pagi itu saya dan Ainul bangun agak pagi sekitar jam 7an dengan badan yang masih terasa lelah akibat perjalanan kami kemarin ke Doi Inthanon. Pagi itu saya dan Ainul menjemput Viany dan Letisha di penginapan temannya sebelum motor rentalnya akan kami kembalikan nantinya, kemudian membawa mereka untuk menginap ditempat saya dengan tarif Rp. 141.000/malam nama hostel kami yaitu B and B house yang letaknya tidak begitu jauh dari Tha Phae Gate atau old townnya Chiang Mai. Sebenarnya Plan yang saya rencanakan sebelumnya hari ini adalah menuju Chiang Rai untuk menuju ke Wat Rong Khun dan Golden Triangle berhubung uang kami mulai menipis akhirnya kami mengubah plan hari ini hanya mengikuti festival Songkran di Tha Phae Gate saja seharian. Sebelum ke Tha Phae Gate kami semua mencari tiket bus masing-masing di terminal bus yang tidak jauh dari Tha Phae Gate, saya dan Ainul mencari tiket bus kembali ke Bangkok sedangkan Viany dan Letisha katanya ingin meneruskan perjalanan ke negara Laos. Kenapa saya harus membeli tiket hari ini juga ? karena jika membeli tiket di hari H takutnya tidak akan kebagian dan benar saja ketika saya survey di beberapa loket terminal bus banyak tiket yang sudah sold out tujuan Bangkok. Adapun beberapa tiket yang harganya cukup mahal bagi saya, untungnya disaat kami putus asa kami menemukan salah satu loket yang menjual tiket kembali yang harganya cukup murah yaitu THB 488. Selesai mendapatkan tiket semua kami menuju Tha Phae Gate menggunakan grab seharga THB 140 sekali jalan, per orang jadinya THB 35.

Tiket balik ke Bangkok tampilan depan
Tampilan belakang


Ketika sudah sampai Tha Phae Gate suasananya sangat ramai dan yang pasti orang-orang saling menyemprotkan air ke semua orang yang ditemuinya. Waktu di Tha Phae Gate kami hanya berkeliling di sekitar jalan umum yang sudah ditutup untuk kepentingan festival Songkran. Semua turis mancanegara dan lokal berkumpul menjadi satu untuk menikmati festival ini. Kami bermain air disana hingga tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul 17:00 dan kami semua setuju memilih untuk menjauh dari keramaian. Saat itu kami agak bingung untuk kembali ke penginapan menggunakan transportasi apa, karena kami mikirnya jika kami order grab pasti tidak akan mau dikarenakan Tha Phae Gate masih ramai dan dengan keadaan kami yang basah kuyup. Akhirnya kami sepakat untuk menggunakan Songhatew atau angkotnya Thailand menuju penginapan dengan tarif THB 50/orang. Setibanya di penginapan langsung saja mandi dengan air hangat karena badan kami yang sudah kedinginan akibat main air seharian diluar. Setelah itu kami makan malam disekitar penginapan seperti biasa dengan berjalan kaki karena letaknya yang memang tidak jauh dari penginapan. Setelah itu kami kembali ke kamar sesekali untuk mengobrol satu sama lain dan bagaimana pendapat Letisha dan Viany ketika ikut tour dadakan dengan saya di Chiang Mai sebelum esok hari mereka berangkat ke Laos, untungnya Letisha sangat antusias dan senang dengan perjalanan kami di Chiang Mai, jadi saya juga ikut merasa senang mendengar hal itu. Karena ini juga pengalaman pertama kali saya open trip dadakan bersama turis asing yang baru saya kenal waku itu. Selesai mengobrol kesana-kemari kami memutuskan untuk istirahat terutama Viany dan Letisha karena besok dia harus melanjutkan perjalanan ke Laos menggunakan Bus.

Tha Phae Gate
Yang belakang Cosplay sailormoon


dos latinos Viany & Letisha
Kemeriahan Songkran di sekitar Tha Phae Gate 


Isi energi habis kegiatan Songkran seharian.
Ini hanya porsi saya.

DAY 7
Pagi ini saya bangun sekitar pukul 09:00 lalu pergi ke kamar Letisha dan Viany untuk mengecek mereka ber2, ketika saya masuk mereka sudah prepare semua barang bawaannya untuk siap Check out siang ini. Sebelum mereka pergi ke terminal bus untuk lanjut ke Laos kami ber4 makan siang perpisahan ditempat biasanya. Pepatah mengatakan ada pertemuan pasti ada perpisahan, meskipun saya sempat kenal beberapa hari saja dengan mereka tetapi saya rasa mereka adalah teman baru yang baik dan tidak begitu rewel ketika diajak kesana-kemari apalagi mereka cewek. Saya akuin mereka ber2 sangat bertanggung jawab dengan dirinya sendiri tanpa mau merepotkan temannya.



Setelah berpisah dengan Viany dan Letisha yang tersisa hanya saya dan Ainul saja, keadaan menjadi biasa saja maklum cowok-cowok..wkwkwkwkwk...kalau ada cewek pasti ada yang bikin berbeda. Plan hari ini saya dan Ainul adalah belanja menuju Chiang Mai Night Bazar untuk membeli beberapa souvenir seperti biasanya. Transportasi yang kami gunakan selama di Chiang Mai kebanyakan menggunakan grab tetapi tergantung situasi dan kondisi masing-masing, karena waktu itu grab adalah transportasi yang cocok dengan keuangan kami. Untuk menuju Chiang Mai Night Bazar kami menggunakan jasa grab sekali jalan total THB 120, jadi per orang membayar THB 60 semakin mahal jika hanya kami ber2 yang menaiki grab dan pulang dari Chiang Mai Night Bazar kami mencoba untuk berjalan kaki...sebenarnya ini bukan mencoba tetapi mensiasati keuangan kami yang semakin habis..wkwkwkwkwk. Sesampai di hostel kami langsung makan dan menuju tempat tidur untuk istirahat saja.

Suasana Night Market Chiang Mai


Bang..tuk tuk Bang



DAY 8
Hari ini merupakan hari terakhir kami di Chiang Mai, Check out dari penginapan pukul 11:00 dan lansung menuju terminal bus hanya berjalan kaki, mengapa jalan kaki? Tidak perlu saya jelaskan lagi alasannya...wwkwkwkwkwk. Sebenarnya bus kami berangkat masih pukul 21:00 sedangkan pukul 12:00 kami sudah tiba diterminal bus, jadi kami masih mempunyai waktu yang sangat lama diterminal. Akhirnya kami memilih untuk mencari tempat yang sekiranya cocok untuk berisitrahat sambil menghabiskan waktu. Setelah berputar-putar kami menemukan MCD dan memilih untuk istirahat disana sampai pukul 20:00. Pada saat di MCD kami hanya memesan 2 kopi saja dan bisa awet sampai jam 20:00...gileeee...saking miskinnya ini mah..wkwkwkwk. Momen seperti inilah yang saya dapatkan ketika memang benar-benar berhemat ketika saya sudah miskin di luar negeri..hahahaha. Waktu cepat berlalu dan kami memasuki bus yang siap berangkat menuju Bangkok, didalam bus saya hanya tiduran saja tanpa menghiraukan yang lain.

Untung bawa komik biar gak gabut amat


DAY 9
 Matahari pagi itu membangunnkan saya yang masih tertidur pulas dalam bus, ketika membuka mata ternyata kami sudahs tiba di Bangkok tepatnya terminal Mochit. Langsung saja perjalanan kami lanjutkan ke BTS Chatuchak menuju Bandara Don mueang tanpa ke kota karena uang kami sudah benar-benar hampir habis, oleh karena itu kami tanpa mampir-mampir lagi biar kami masih bisa hidup di Thailand...wkwkwkwkwk. Pada saat di terminal Mochit ke BTS Chatuchak kami menggunakan bus nomor 136 seharga THB 11/orang kemudian di lanjut dari BTS Chatuchak ke bandara Don Mueang menggunakan bus nomor A2 THB 30/orang. Setibanya di Don Mueang Ainul langsung boarding dan saya menunggu didalam saja karena keberangkatan kami berbeda dan saya juga nanti transit dulu di Krabi. Uang sudah habis kenapa saya malah transit di krabi? Jawabannya karena rute tersebut lebih murah daripada langsung ke Kuala Lumpur pada saat itu. Jadi ceritanya nanti dari Thailand sebenarnya kami bertemu lagi di Kuala Lumpur dan kemudian lanjut ke Surabaya. Tetapi saat itu saya dan Ainul tidak bisa bertemu di Kuala Lumpur karena Ainul transit di Penang, sedangkan bus dari Penang ke Kuala Lumpur harganya cukup mahal dan itu saya dikasih kabar Ainul tiba-tiba.

Melanjutkan cerita ketika saya masih di bandara Don Mueang yang menunggu cukup lama dikarenakan keberangkatan pesawat masih malam hari. Sedangkan siang itu sekitar pukul 09:00 saya sudah tiba di bandara. Ketika siang tiba tiba-tiba perut sudah mulai meronta-ronta minta diisi akibat dari kemarin malam saya belum makan nasi sedangkan saya hanya memiliki uang THB 200 saja, ini seperti chalenge yang ada di program TV yang saya rasakan. Bagaiaman saya bisa bertahan sampai besok dengan uang THB 200. Di keadaan inilah memang manusia menjadi smart secara tiba-tiba ...wkwkwkwkwk, saya memilih untuk keluar dari bandara Don Mueang berjalan kaki mencari wartek yang menjual makanan dengan harga murah, untung tuhan masih sayang dan pengertian terhadap umatnya yang kelaparan ini. Saya menemukan wartek yang cukup murah untuk biaya sekali makan dan minum, kalau tidak salah harganya sekali makan dan minum THB 50. Selesai makan saya kembali ke bandara untuk menunggu jam keberangkatan pesawat saya menuju Krabi.

Waktu berlalu dengan cepat seiring badan yang sudah lemas akhirnya saya flight menuju Krabi malam itu, sesampai di bandara Krabi saya pikir nanti diluar ada beberapa wartek yang masih buka ternyata setelah saya lihat di map tempat kehidupan/kota masih jauh dari bandara sedangkan sekarang pukul 00:00 dini hari. Ok akhirnya saya mencoba bertahan untuk tetap tidak kelaparan dan saya mensiasati untuk tidur saja di bandara karena pesawat saya dari Krabi menuju Kuala Lumpur pukul 08:00 pagi, oleh karena itu saya tidak menginap di kota karena saya mempunyai flight pagi. Keputusan ini yang sering saya gunakan ketika saya mempunyai flight pagi, mending saya tidur di bandara daripada menghabiskan uang dikota.

Setibanya di Krabi
Sepi sekali kayak hati ini


Berasa uji nyali gessss
Pagi hari di bandara Krabi
             dari kejauhan kelihatan bukit-bukit sih itu


Maybe next mau explore Krabi sih..sepertinya keren pulaunya


DAY 10
Keesokan harinya pukul 07:00 saya terbangun menuju boarding dan masih mempunyai sisa uang THB 150, saya malah lebih memilih membeli souvenir di bandara Krabi yaitu tas ukuran kecil yang harga THB 100 karena makanan di bandara sangatlah mahal setelah itu barulah saya flight menuju KL. Setibanya di Kuala Lumpur waktu itu sekitar pukul 10:00 dan langsung saja saya menuju pintu keluar dan menuju lantai dasar untuk membeli tiket bus tujuan KL central seharga RM 12/one way, ketika sampai KL Central lebih tepatnya NU mall saya ke money changer yang sebelumnya saya kunjungi karena harganya yang sangat bagus. Waktu itu saya hanya menukar uang Rp. 300.000 saja dikarenakan saya hanya mempunyai waktu semalam saja di Kuala Lumpur. Setelah mendapat uang beberapa Ringgit saya langsung makan enak di KL central, banyak sekali pilihan makanan disini mulai dari snack sampai makanan berat. Jadi untuk teman-teman tidak usah bingung mencari makanan atau money changer ketika ada di KL central dan malah saya lebih menyarankan untuk teman-teman ketika akan tukar uang sebaiknya di KL Central saja, karena memang waktu itu ratenya cukup bagus daripada di bandara KLIA.

Selesai makan saya kembali menuju penginapan yang ada di Bukit Bintang yang sebelumnya saya sudah pesan namanya GoldBrick menggunakan transportasi MRT dari KL central seharga RM 2.50. Ketika sampai hostel tersebut Waktu Check in orangnya sampai hafal muka saya dan akhirnya saya tidak dikenakan biaya inap turis yang seharusnya ada disetiap penginapan di Malaysia, mungkin dikarenakan saya kemarin sudah menginap disana sebelumnya dan pihak hostel masih menyimpan rapi data saya disana. Malam harinya saya hanya menghabiskan waktu di jalan Alor yang merupakan tempat favorit saya selama ada di Kuala Lumpur dengan duduk di pinggir jalan sambil menikmati alunan musik dari seniman musik yang lagi tampil di pinggir jalan sampai larut malam dan setelah itu kembali lagi ke hostel untuk tidur.

Kedai andalan saat di KL Central
Nasi lemak with telor + Ayam


Selalu menjadi malam syahdu di Alor


DAY 11
Keesokan harinya saya bangun sekitar pukul 10:00 agak siang memang saya sengaja untuk enakin tidur di hostel sebelum check out nanti siang. Kemudian selesai dari check out saya harus kembali ke KL central menggunakan MRT dari Bukit Tinggi untuk mampir sarapan dulu di salah satu kedai dekat dengan stasiun MRT KL Central, kemudian selesai kenyang mengisi perut barulah saya lanjutkan perjalanan menuju bandara KLIA2 menggunakan bus dengan harga yang sama dengan sebelumnya. Seperti biasa tidak banyak kegiatan yang saya lakukan di bandara paling hanya main Hp dan merokok saja setelah itu saya melajutkan perjalanan pulang menuju Surabaya sore harinya.

Begitulah akhir cerita saya mengikuti festival Songkran di Thailand ke 2 kalinya dan yang pasti dengan pengalaman baru seperti kenal dengan turis asing dan mengajak mereka untuk ikut open trip yang sudah saya rencanakan sebelumnya hingga sampai sekarang saya masih aktif berkabar dengan mereka. Jujur saja ini merupakan liburan keluar negeri saya yang cukup lama hampir 2 minggu dan yang pasti pengeluaran yang jauh lebih banyak dari trip-trip saya ke luar negeri sebelumnya. Saya teringat kalimat sesorang yaitu “Muda berkelana, Tua bercerita” kalimat ini yang membuat saya lebih semangat lagi untuk eksplor wisata alam yang sangat indah ini. Tinggal kita sebagai generasi penerus yang harus bisa menjaganya agar anak cucu kita nanti bisa menikmatinya juga. Jangan lupa untuk terus mengikuti cerita perjalanan saya selanjutnya, semoga tulisan ini bisa memotivasi dan mempunyai pengaruh baik bagi teman-teman yang membaca. “Do it now or nothing”

You May Also Like

0 komentar