Berawal
dari rasa bosan tiap hari dirumah dengan kegiatan yang gitu-gitu saja, saya
kemudian berniat untuk main ke kos Muzaki yang ada di Solo. Seperti biasanya
saya berangkat ke Solo menggunakan motor andalan saya yaitu Mio J karena selain
motor matic enak buat perjalanan jauh, di samping itu juga Mio J tidak boros
bahan bakar. Untuk perjalanan dari Gresik ke Solo saya hanya mengisi bensin
hanya sekali saja disekitar perbatasan provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah atau
lebih tepatnya di daerah Sragen.
Perjalanan
saya mulai seperti biasanya, saya mengambil waktu pagi hari atau lebih tepatnya
sehabis sholat subuh sekitar pukul 05:00 dengan alasan suasana pagi yang sangat
segar. Perjalanan menuju Solo saya mengambil jalur seperti dulu yaitu melewati
daerah Lamongan, Babat, Bojonegoro, mengambil arah Cepu, kemudian ikuti plang
jalan yang menunjukan arah ke Ngawi dan di teruskan menuju Sragen, Setelah itu
ikuti jalur yang menunjukan arah Solo. Waktu itu saya sempat berhenti sejenak
di indomaret perbatasan provinsi untuk merebahkan punggung sambil beli minum
air es karena suhu udara sudah mulai panas. Setelah cukup istirahat saya lihat
ban motor nampaknya mengalami kebocoran dan dengan terpaksa mencari tambal ban
yang ada disekitar perbatasan, untung saja waktu itu menemukan tambal ban
disekitar situ dengan bantuan orang sekitar. Waktu itu menunjukan pukul 11:00
dan saya masih menunggu ban motor selesai ditambal, setelah ban selesai
ditambal saya sempat mengobrol-ngobrol dengan pemilik tambal ban yang kebetulan
beliau dulu sempat kuliah di tempat saya kuliah juga yaitu di UNESA. Jadi saya
agak lama ngobrol dengan beliau cerita tentang sejarah kampus dan lain-lain
hingga waktu tak terasa menunjukan pukul 12:00 dan saya terpaksa harus berpamitan
dengan beliau karena saya sudah ditunggu Muzaki di kos waktu itu.
Spot andalan untuk rest area |
Perjalanan dilanjutkan kembali setelah menambal ban motor, ketika memasuki daerah Sragen saya menyempatkan untuk mengisi bensin Rp. 25.000 karena bensin motor sudah mulai habis. Perjalanan saya lanjutkan kembali hingga sampailah di kota Solo. Sesampainya di dekat kos Muzaki saya berhenti dulu di warung untuk mengabari bahwa saya sudah berada didekat kos. Ternyata Muzaki lagi nganterin kuliner temannya dari Gresik yang kebetulan main juga di Solo, terpaksa saya harus menunggu sampai selesai mereka kuliner. Tak berapalama akhirnya Muzaki datang dan menyuruh saya untuk mengikuti dia menuju kos temannya.
Sesampai
di kos temannya saya diberitahu kalau kami semua akan diajak camp di Bukit
Skipan atau lebih detailnya di bumi perkemahan yang letaknya di lereng gunung
Lawu, mendapat kabar seperti itu saya kaget dongggg...soalnya saya baru saja
menempuh perjalanan 7jam an dan abis ini langsung lanjut lagi
perjalanan...wihhhhhh....sungguh perjalanan yang melelahkan. Tanpa pikir
panjang saya ikutin saja ajakannya, karena saya juga membutuhkan acara seperti
ini juga biar rasa bosan saya hilang sejenak. Okelah waktu itu saya diajak
untuk mengambil perlengkapan camp di persewaan kemudian menuju kos Muzaki sebentar
untuk mandi dan sholat ashar. Setelah itu kami semua menuju ke kosan temannya tadi
untuk packing dan siap untuk berangkat, kami berangkat menuju Bukit Skipan
terdiri dari 6 orang dengan detail personil 4 cowok dan 2 cewek.
Start
dimulai dari kos sekitar pukul 16:00 dan waktu itu kami sempat mampir di
indomaret beberapa menit untuk membeli ransum buat camp nanti. Sesampai di
Bukit Skipan waktu itu malam hari sekitar pukul 19:00, suhu udara disana tidak
seberapa dingin karena waktu itu banyak sekali wisatawan yang camp disana jadi
suasananya lumayan ramai. Untuk memasuki Bukit Skipan kita diharuskan membayar
kontribusi Rp. 10.000/orang dan Rp. 2.000/motor. Selesai mengurus administrasi
kami langsung mencari lokasi yang cocok untuk mendirikan tenda, dan setelah
mencari-cari akhirnya kami menemukan lokasi yang dikira cukup pas buat
mendirikan tenda yang letaknya sedikit jauh dari keramaian. Selesai mendirikan
tenda dan memasukan semua perlengkapan kedalam tenda kami langsung menikmati
suasana camp di Bukit Skipan malam itu.
Kamar kami waktu itu |
Bumi perkemahan Skipan merupakan tempat yang dijadikan sebagai tempat piknik wisata alam, tracking dan untuk kegiatan perkemahan. Jadi untuk para wisatawan yang ingin melakukan kegiatan alam tempat ini bisa jadi solusinya, wisatawan bisa camping sekaligus outbound dalam satu wilayah.Tempat ini dikelola oleh Perhutani dan menyediakan beberapa fasilitas memadahi seperti terdapat beberapa warung, toilet, mushola, gazebo, dan spot air terjun. Aktivitas kami di malam hari waktu itu hanya masak-masak sebentar diluar tenda, jalan-jalan melihat suasana area camp yang ramai, nongkrong diwarung, dan sebelum tidur kami sempatkan untuk main kartu didalam tenda biar suasana lebih akrab.
Waktu
berjalan dengan cepat dan menunjukan pukul 07:00, pada waktu itu tumben-tumbennya
saya bisa tidur nyenyak didalam tenda. Padahal biasanya saya tidak bisa tidur
lama-lama didalam tenda, mungkin karena waktu itu saya kecapekan dan udara di
area camp tidak terlalu dingin sehingga membuat saya tidur dengan nyenyak. Bangun
dari tidur saya melihat keadaan sekitar ternyata teman-teman semuanya sudah
pada bangun, hanya saya saja bangun
paling akhir...hahahahaha.
Pagi yang cerah di Skipan |
Aktivitas pagi itu kami akan menuju ke air terjun, kami berangkat dari tenda sekitar pukul 08:00 dan memakan waktu sekitar 50 menit untuk menuju air terjun dengan medan naik turun yang lumayan buat olahraga pagi sekalian...hehehehehe. Sesampainya di air terjun kami langsung bermain air ada yang langsung merasakan dinginnya air terjun, ada yang nontonin aja, ada yang foto-foto, pokoknya acara kami bebas tapi teratur. Setelah puas main-main disekitar air terjun kami memutuskan kembali ke tenda sekitar pukul 10:30. Sesampainya di tenda kami langsung mengemasi barang masing-masing dan mengemasi perlengkapan camp karena destinasi selanjutnya yaitu ke Candi Cetho yang letaknya lumayan jauh dari Bukit Skipan sekitar 2jam perjalanan kalau lancar.
Wisatawan yang ikut camp di Skipan |
Air terjun yang ada di Bukit Skipan |
Fasilitas jalan-jalan dengan kuda juga ada kok |
Waktu itu kami meninggalkan Bukit Skipan sekitar pukul 13:00 dan langsung menuju Candi Cetho. Candi Cetho merupakan candi peninggalan kerajaan beragama Hindu, bahkan sampai sekarang di waktu-waktu tertentu umat Hindu masih sering melakukan aktivitas keagamaan di Candi Cetho. Jadi disekitar candi masih banyak sesajen bekas ritual keagamaan, sangat beruntung bagi para pengunjung yang kesana bebarengan dengan ritual keagamaan. Selain itu juga Candi Cetho sering digunakan para pendaki untuk start treking menuju gunung Lawu. Kemudian untuk medan menuju kesana letaknya dikemiringan 45derajat meurut Muzaki. Perjalanan menuju Candi Cetho waktu itu memakan waktu sekitar 3jam perjalanan karena medannya berupa tanjakan yang curam ditambah waktu itu adalah weekend jadi banyak sekali kendaraan yang lalu-lalang melewati jalur tersebut untuk berlibur. Memang pemandangan yang ditawarkan di daerah sekitar Candi Cetho sangat menarik dan hijau karena melewati perkebunan teh yang sangat luas dan ditambah kita bisa melihat bukit teletubies. Waktu itu banyak sekali kendaraan yang mogok karena tidak kuat untuk melewati tanjakan jalan menuju Candi Cetho.
Foto yang saya ambil dari warung dengan view seperti ini |
Setelah
melewati jalanan yang sangat ekstrim sampailah kami di parkiran Candi Cetho
waktu itu sekitar pukul 15:00 dan kami istirahat sebentar di warung yang berada
di dekat area parkir kendaraan untuk menyantap sate kelinci. Selesai sarapan
kami lanjutkan perjalanan untuk memasuki area Candi Cetho. Ketika akan memasuki
area Candi Cetho kami diharuskan untuk membeli tiket masuk sekitar Rp.
7.000/orang dan Rp. 2.000/motor. Apabila kita akan memasuki kompleks Candi
Cetho kita diharuskan untuk memakai kain seperti di uluwatu (Bali) karena area
candi yang dianggap suci, Setelah memakai kain kami diharuskan untuk mengisi
data rombongan dan mengisi kotak amal seikhlasnya untuk persewaan kainnya.
Area parkir Candi Cetho |
Disekitar area Candi Cetho ada juga yang menjual Burung |
Ada juga yang menjual kelinci, dan itu kain yang harus dipakai ketika memasuki area Candi Cetho |
Jalur pendakian Gunung Lawu Gapura menuju Candi Cetho |
Ini dia Candi utama yang ada di Cetho |
Waktu itu kami hanya 1 jam saja di area Candi Cetho karena teman-teman Muzaki yang dari Gresik akan pulang pada hari itu juga, jadi kami benar-benar membagi waktu untuk perjalanan balik ke Solo dan memberikan waktu istirahat untuk teman-teman Muzaki yang akan pulang ke Gresik. Pada waktu itu kami meninggalkan area Candi Cetho sekitar pukul 16:00 dan memutuskan untuk balik ke Solo. Setibanya di Solo kami langsung mengisi bensin lagi Rp. 25.000 dan menuju kos teman Muzaki untuk istirahat. Keesokan harinya saya melanjutkan trip selanjutnya ke kota gudeg yaitu kota Yogyakarta.
Rincian
Biaya :
- Bensin Sragen-Solo Rp. 25.000
- Tiket masuk camp Bukit Skipan Rp.
10.000/orang
- Parkir di Bukit Skipan Rp.
2.000/motor
- Tiket masuk Candi Cetho Rp.
7.000/orang
- Parkir di Candi Cetho Rp.
2.000/motor
- Biaya kain (Seikhlasnya)
- Bensin di Solo Rp. 25.000
Total
Biaya : Rp. 71.000
(Hari berikutnya Wisata Historis kerajaan Yogyakarta)