Dapet bule di Thailand
Halooo gaes berjumpa lagi dengan saya setelah sekian lama tidak upload perjalanan berlibur tentunya, saya muncul sekarang pasti ada apa-apanya...yah kali ini saya akan share liburan saya yang agak telat seperti biasa kendala blogger yaitu mengumpulkan mood untuk mengetik seluruh isi liburan saya kemarin ke Thailand. Thailand lagi...Thailand lagi...hahahahaha. Mohon maap yeee, soalnya saya suka ke Thailand pas ada acara Songkran. Untuk temen-temen yang belum membaca artikel saya ke Thailand sebelumnya silahkan dibaca yah..sama kerennya kok dijamin. Jadi ini merupakan kali ke2 saya ke Thailand mengikuti festival Songkran, Sedikit informasi buat teman-teman yang tidak mengerti dan bertanya-tanya apa sih festival Songkran itu? Festival Songkran adalah upacara yang dilakukan oleh warga Thailand untuk menghormati agama yang dipeluknya yaitu kebanyakan beragama Budha salah satunya dengan cara membersihkan patung-patung Budha kurang lebihnya seperti itu. Tetapi dengan seiring berkembangnya jaman dan untuk menarik para wisatawan dari luar negeri pemerintah Thailand mengadakan festival Songkran ini dengan cara perang air. Perang air? Apa yang ada dipikiran kalian saat ini, pasti seru kan...semua orang yang ada di Thailand pasti akan basah kuyup di hari itu, dengan catatan semua orang di Thailand baik warga lokal atau asing tidak boleh marah ketika ada orang yang menyiram dirinya dengan air karena tujuan festival ini adalah untuk bersenang-senang. Biasanya festival Songkran berlangsung sekitar 3-4 hari di seluruh penjuru Thailand.
Untuk kalian yang ingin mengikuti
festival Songkran ada baiknya memesan tiket pesawat, transportasi dan
penginapan jauh-jauh hari sebelum festival dimulai. Karena tiket pesawat,
transportasi, dan penginapan akan sangat mahal. Waktu itu saya memesan tiket
pesawat dan penginapan sekitar 6 bulan sebelum festival dimulai. Persiapan
lainnya yaitu siapkan juga perlengkapan waterproof
semisal cover handphone ketika kalian
ingin membuat dokumentasi, kacamata, raincover
ketika menggunakan tas, dan jas hujan ketika kalian melakukan aktivitas penting
misalnya ingin pergi ke kota lain di Thailand.
Perjalanan kali ini saya hanya
bersama teman saya 1 orang namanya Ainul yang kebetulan tinggalnya sama dengan
saya yaitu di kota Gresik tetapi untuk keberangkatan kami berbeda, Ainul
berangkat dari Jakarta dan saya dari Surabaya dan nanti akan bertemu di
Bangkok. Waktu itu saya berangkat dari rumah menuju terminal Bunder terlebih
dahulu untuk menggunakan bus damri menuju Bandara Juanda di Surabaya. Setibanya
di Juanda saya langsung menggunakan Shuttle bus untuk pindah ke terminal 2
karena saya menggunakan maskapai Air Asia. Waktu itu jam keberangkatan pesawat saya
pukul 05:00 sedangkan saya sudah tiba di bandara Juanda sekitar pukul 17:00
karena pukul 17:00 bus damri dari terminal bunder sudah tidak beroperasi lagi,
oleh sebab itu saya tiba dibandara jauh lebih cepat dari jadwal keberangkatan.
Banyak sekali jam kosong saya
ketika di bandara Juanda, sebelumnya saya menggunakan waktu kosong ini untuk
bermain game saja di bandara. Setelah bosan dan perut sudah mulai lapar pukul
21:00 saya menuju KFC yang ada di seberang ruang tunggu bandara. Pukul 22:00
saya keluar dari KFC karena disini tidak 24jam, jadi saya pindah lagi ke
mushola sebelah KFC untuk menunggu jam keberangkatan dan sekalian untuk sholat
isya. Selesai sholat isya saya bertemu dengan seseorang di mushola dan cerita
banyak disitu.
Awalnya orang tersebut sudah lama
menunggu di Mushola sebelum saya keluar dari KFC sampai saya selesai sholat
isya, saya mengira orang tersebut sedang menunggu jemputan untuk kembali
kerumahnya dan dia juga mengira saya demikian. Ternyata kami salah menduga,
saya yang barusaja akan berangkat ke luar negeri sedangkan dia bingung pulang
kerumah menggunakan apa. Jadi sedikit cerita mengenai orang tersebut yang saya
lupa namanya yaitu bapak-bapak dengan usia sekitar 35an yang rumahnya tinggal
di Banyuwangi. Beliau lagi kurang beruntung yaitu di deportasi dari Malaysia,
beliau cerita panjang lebar menjadi TKI ilegal di negeri jiran tersebut. Awalnya
beliau ikut seseorang yang dipercayainya untuk bisa menguruskan berkas-berkas
atau dokumen kerja ketika berada di Malaysia, singkat ceritanya beliau ditipu
dan orang yang dipercayainya tidak mau bertanggung jawab. Awal mulanya beliau stay 4 bulan di Malaysia dan bekerja
seperti biasa tanpa ada kendala, tetapi setelah itu beliau tertangkap polisi di
Malaysia yang tidak tahu detail
ceritanya dan dipenjara disana karena tidak bisa melihatkan surat keterangan
kerja dan lain-lain. Beliau dipenjara selama 4 bulan disana sampai bulan
desember beliau baru tiba di bandara Juanda itupun karena ada yang menebusnya
yaitu mantan mandornya ketika berada di Indonesia. Bayangkan kalau tidak ada
orang yang menebusnya, beliau pasti akan dipenjara disana dengan waktu yang
cukup lama.
Mendengar cerita beliau saya
merasa kasihan di Juanda tidak ada keluarga yang menjemput. Handphone juga
sudah tidak ada karena sudah dijual untuk biaya hidup selama di Malaysia.
Sampai-sampai beliau meminjam handphone saya untuk mencoba menelepon istrinya
tetapi nomornya sudah tidak aktif, kemungkinan istrinya marah atau apa saya
tidak tahu masalahnya. Lagi enak ngobrol waktu tak terasa sudah menunjukan
pukul 02:00 pagi, saya langsung memberikan sedikit rejeki untuk beliau agar
bisa pulang lagi ke Banyuwangi dan bertemu dengan keluarganya kembali apalagi
beliau juga mempunyai 2 orang anak. Pasti anaknya sangat rindu akan hadirnya
seorang ayah di hidupnya setelah sekian lama sudah tidak bisa saling berkabar
akibat kurang beruntung ayahnya yang mencoba untuk bekerja mencari nafkah di
luar negeri dengan resiko yang sangat besar.
Setelah itu saya pamit dengan
beliau untuk masuk ke bandara dan menyuruh beliau untuk langsung membeli tiket
bus agar cepat sampai kerumahnya. Pukul 04:30 saya langsung boarding dan menuju pesawat untuk transit terlebih dulu di Malaysia selama
1 hari. Setibanya di Malaysia waktu itu imigrasinya sangat ramai sampai-sampai
saya menunggu kurang lebih 1jam baru lolos dari imigrasi. Langkah selanjutnya
selesai dari Imigrasi saya langsung menuju ke money changer, setelah saya sweeping
ternyata harganya sangat mahal. Saya lihat di google RM1 = Rp. 3.400 pas saya
ke money changer harganya Rp. 4.000
bahkan ada yang Rp. 4.800. Dengan keadaan yang seperti ini akhirnya saya hanya
menukur uang Rp. 300.000 saja dan hanya mendapatkan sekitar RM 73. Selesai dari
money changer saya langsung saja
memesan tiket bus untuk menuju KL Central seharga RM 12 dengan waktu perjalanan
dari KLIA2 ke KL Central memakan waktu sekitar 40-60 menit.
Survey Money Changer di dalam bandara KLIA 2 |
Berikut kurs di dalam bandara KLIA 2 |
Harga tiket bus dari KLIA 2 - KL Central |
Sesampainya di KL Central saya
langsung mencari tempat makan yang ada di NU Mall dan mendapat nasi goreng
seharga RM 4.90, Selesai makan saya lanjut perjalanan lagi iseng-iseng untuk
mencari money changer. Setelah
menelusuri money changer yang ada di
NU Mall saya menemukan money changer
dengan harga yang fantastis murah sama dengan google tanpa ada pajak apapun,
tanpa pikir panjang saya langsung saja menukarkan uang Rp. 300.000. Selesai
dari money changer perjalanan
selanjutnya yaitu ke Bukit Bintang karena disana tempat saya akan menginap
semalam. Untuk menuju bukit bintang saya harus menggunakan alat transportasi
MRT dengan tiketnya seharga RM 2.50. Sesampai di Station Bukit Bintang pukul 13:30 dan waktu check in masih pukul
14:00 saya gunakan untuk duduk saja diluar penginapan sambil merokok. Setelah
pukul 14:00 saya langsung check in ke
penginapan. Sekedar informasi ketika kamu berada di Malaysia dan ingin menginap
di penginapan baik itu hotel/hostel akan dikenakan biaya tambahan inap untuk
turis sekitar RM 10 jadi jangan kaget kalau ada biaya lebih ketika akan
menginap di Malysia dan itu berbeda dengan deposit.
Money Changer di Nu Mall kurs cukup bagus |
Tukar uang beberapa Ringgit saja |
lanjut perjalanan dari Nu Mall ke Bukit Bintang |
Lobi penginapan di GoldBrick |
Nunggu Check in kamar |
Kamar saya selama semalam |
Kamar mandi shared room |
Setelah Check in saya langsung drop
bawaan saya dikamar dan kebetulan saya tiap traveling
selalu memesan kamar dormitory, you know lah....biar nggak over budget. Nama penginapan yang saya
tempati yaitu “Golden Brick” saya pesan melalui app Traveloka seharga Rp. 74.000/malam.
Awalnya saya sulit mencari penginapan ini karena tempatnya yang masih kurang
paham dan saya masih tidak tahu lokasi sama sekali. Sempat juga saya bertanya
kepada orang lokal waktu itu, sebenarnya dari tempat saya bertanya hanya
sekitar 2 meter saja. Berhubung saya masih bingung dan ragu akhirnya
muter-muter sendiri mencari tempat itu dengan insting. Tibalah ketika saya berdiri di samping lorong bangunan
bertingkat seperti rusun dengan beberapa lantai dan mengamati seperti ada petunjuk
arah dari kertas dan benar saja ada tulisan Golden Brick
hostel......astagaaaa....setelah sekian menit muter-muter akhirnya baru sadar
kalau kebanyakan penginapan seperti model dormitory
berada di satu bangunan dengan beberapa lantai atau bentuknya seperti rusun.
Jadi buat temen-temen yang sekiranya ingin mencari penginapan dormitory mungkin kebanyakan tempatnya
akan seperti saya, tidak seperti biasanya yang ada di satu tempat dengan alamat
yang jelas dan bisa ditemukan langsung dengan mudah. Kebetulan tempat saya
menginap ini berada di daerah Bukit Bintang dekat dengan jalan Alor. Kenapa
saya memilih menginap di daerah Bukit Bintang? Dari pengalaman travel sebelumnya
dengan teman saya eko waktu diajak ke Bukit Bintang malam hari saya langsung
tertarik, karena disini tempatnya ramai dan banyak sekali aktivitas yang bisa
dilakukan disini. Apalagi di jalan Alor, untuk pecinta wisata kuliner pasti
akan menjadi tempat yang cocok untuk mencicipi makanan dari berbagai macam
harga dan rasa. Karena di sepanjang jalan Alor adalah tempatnya para PKL untuk
berjualan, jadi untuk kalian yang ingin menghabiskan uang untuk kuliner bisa
banget kalian mengunjungi tempat ini. Selain tempat untuk kuliner di Bukit
Bintang saya suka dengan musisi jalanan disini, kalau diibaratkan seperti
Malioboro yang ada di Jogja dan pas banget untuk menghabiskan malam kalian
duduk dipinggir jalan sambil menikmati alunan musik dari musisi jalanan dengan
mengobrol bareng temen. Hanya saja saya sendirian waktu itu...ngenesssss
banget..wkwkwkwk.
Selesai puas menikmati malam di
Bukit Bintang saya kembali lagi ke penginapan untuk tidur karena besok siang
saya harus Check out dan melanjutkan
perjalanan lagi ke Bangkok. Keesokan harinya sekitar pukul 10:00 saya terbangun
dan menyiapkan segala barang bawaan saya kemudian langsung mandi dan prepare
untuk check out. Setelah selesai check out saya langsung menuju MRT untuk
menuju pemberhentian di KL central dengan biaya RM 2.50 dan dilanjutkan menuju
bandara KLIA2 menggunakan bus dengan tiket RM 12. Sesampainya di bandara
sekitar pukul 14:30 sedangkan pesawat saya berangkat masih pukul 18:00 jadi
masih ada sedikit waktu luang saya gunakan untuk main game di HP. Waktu
berjalan cepat, sekitar pukul 17:30 saya sempatkan untuk boarding dan sholat ashar sebelumnya dan langsung menuju pesawat.
Suasana KLIA 2 sambil nunggu jam keberangkatan |
DAY
1
Setibanya di Bangkok waktu itu
sekitar pukul 20:00 disana saya mendapatkan teman baru dari Chile namanya
Viany, Gimana bisa kenal dengan bule nih ceritanya? bahasa inggris aja saya
pas-pas an. Jadi begini ceritanya, waktu pesawat berhenti saya mengambil tas
saya di kabin sambil antri untuk keluar dari pintu pesawat. Waktu itu Viany
ingin mengambil tas yang ada di kabin juga, berhubung postur tubuhnya agak
kecil jadi saya waktu itu langsung inisiatif aja (bukan modus) bantuin ambil
tasnya. Dari sinilah awal saya kenal dengan Viany sampai sekarang. Jadi Viany
waktu itu mencoba untuk mengobrol dengan saya ketika keluar dari pesawat dengan
bahasa Spanyol, saya hanya terdiam dan bengong saja karena saya bener-bener
nggak paham apa yang dia ucapkan waktu itu. Saya mencoba untuk balas
perkataanya dengan bahasa inggris...ehhh...dianya tetep ngomong menggunakan
bahasa Spanyol. Pinternya dia langsung buka google translate, aku kok nggak
kepikiran yah waktu itu. Akhirnya dari Google translate inilah yang membuat
kami menjadi sedikit nyambung ngobrolnya...(terimakasih google translate) sungguh
primitif sekali waktu kami ngobrol sebelum menggunakan google
translate...wkwkwkwkwk. Sebelum keluar dari bandara kami terus mengobrol dan
saya basa-basi untuk bertanya apakah dia berangkat sendirian ke Bangkok
(memperjelas keadaan) bisa berabe kalau dia ada cowoknya kan. Untungnya dia
sendirian berangkat ke Bangkok, saya langsung menunjukan senyum
kemenangan...bahahahahaha. Dia juga berkata demikian dengan saya, yah saya
langsung balas saya sudah lama sendirian mbak..wkwkwkwkwk, eh dia malah ketawa.
Lanjut keluar dari pesawat dia
meminta tolong untuk menunjukan saya dimana tempat untuk mengambil uang, karena
saya juga butuh tuker uang akhirnya saya berjalan menuju money changer dan menyuruhnya untuk menunggu. Biar saya saja yang
mencoba untuk mengecek harga kursnya
bagus atau tidak, Ternyata setelah saya cek kursnya
masih kurang bagus menurut saya. Kemudian saya mencoba pindah lagi ke money changer lainnya dan ternyata sama
saja. Pada saat di money changer
ketiga saya baru dikasih tahu sama yang jaga kalau rate money changer di dalam bandara semuanya sama saja, percuma juga
untuk keliling untuk mencari kurs yang
saya inginkan. Akhirnya saya menukar beberapa uang saja dibandara untuk
melakukan perjalanan ke penginapan, sedangkan Viany memilih untuk mengambil
uang di mesin ATM kemungkinan dia tidak membawa cash waktu itu. Sesudah mendapatkan uang semua, kami harus berpisah
waktu itu juga karena kami sudah tidak sejalan lagi. Emang tidak sejalan lagi
karena tujuannya beda, saya harus pergi ke penginapan yang ada di Khaosan road
sedangkan dia harus pergi ke temannya yang dia kenal melalui aplikasi
Couchsurfing yang saya tidak tahu alamatnya. Akhirnya dia pergi menggunakan
grab menuju temannya sedangkan saya melanjutkan perjalanan kembali keluar dari
wilayah bandara dan seharusnya menunggu bus disekitar bandara. Tetapi waktu itu
jarang sekali ada bus yang beroperasi mungkin saya terlalu lama dibandara untuk
membantu Viany mengurus ini itu dan malam semakin larut. Akhirnya saya mencoba
untuk bertanya dengan seseorang yang sedang menunggu transportasi di salah satu
halte dekat dengan bandara. Dia mengarahkan saya untuk menaiki mobil seperti
van dengan nomor tertentu karena bus sepertinya sudah tidak beroperasi malam
itu.
Majalahnya bikin nggak sabar buat ikut Songkran. |
Waktu itu lagi check kurs mata uang sama Viany |
Kalau ke Thailand selalu pakai SIM Card ini |
Berikut beberapa bundling dari SIM Card tru move. |
Sebelum pisah sempetin foto kali aja gak ketemu lagi. |
Saya langsung nurut saja
mengikuti instruksi yang telah disampaikan oleh orang tersebut dan saya
langsung masuk kedalam mobil van. Pertama kali saya masuk agak bingung sih ini
transportasinya lebih mengarah kemana yah, ke taxi atau angkot..kalau angkot
sih nggak mungkin karena fasilitasnya cukup ok. Mungkin kalau menurut saya ini
lebih ke taxi cuman bisa dimasuki beberapa orang. Fasilitasnya bagus mulai dari
kursinya yang empuk dan ada Ac nya juga. Kali ini perjalanan saya dari bandara
menuju Cathuchak dengan tarif THB 30, saya rasa cukup mahal sih karena memang
fasilitasnya juga cukup baik...yaudah deh daripada nggak dapet transportasi ke
penginapan dan malam semakin larut akhirnya saya memilih van tersebut. Sesampai
di Cathucak saya turun dari van dan menunggu bus nomor line 503 untuk menuju ke
Khaosan road dengan tarif THB 15. Setibanya di Khaosan road sekitar pukul 22:30
dan suasananya masih sangat ramai sekali disini. Inilah mengapa alasan saya
untuk memilih penginapan di Khaosan road.
Suasana Bus Line 503 Cathucak - Khaosan Road |
Minuman saat haus di perjalanan |
Khaosan Road sekitar jam 22:30 |
Nama penginapan saya di Khaosan
road adalah The Mixx hostel yang berada di satu bangunan berlantai 4 dengan kamar
dormitory yang saya pesan include AC dan breakfast melalui app Traveloka Rp.
72.000/malam include breakfast, waktu
itu saya menginap 2 malam. Untuk menuju hostel saya harus menaiki anak tangga
hingga menuju ke lantai 4. Setibanya di resepsionis saya langsung check in, saya kira resepsionisnya lagi
tidur dan di lobby pasti sepi karena
saya datang terlalu larut. Ternyata suasananya terbalik dengan apa yang saya
pikirkan, lobi masih ramai dan staffnya masih On fire bahkan ada juga beberapa turis asing yang baru tiba dan check in seperti saya. Resepsionis dan
staffnya sangat ramah dan mudah membaur dengan wisatawan asing, jadi saya rasa
memang pas untuk menginap beberapa hari disini dengan tarif yang cukup murah
dan sebelum masuk kamar saya harus memberikan deposit sebesar THB 100 pastinya.
Ketika saya memasuki kamar...wahhhhh...berantakan sekali kamarnya, saya
kebagian bersama turis-turis yang saya rasa kurang menjaga kebersihan dan
kerapian. Tetapi yasudahlah dengan harga yang murah saya tidak bisa mengekspektasikan
apa yang saya pikirkan, toh kalau memang sama dengan apa yang saya
ekspektasikan berarti itu bonus buat saya. Lokasinya cukup strategis karena
berada di tengah jalan Khaosan road, tiap malam pasti ramai dan malah menjadi
waktu bermain buat turis asing pastinya. Waktu itu saya langsung bergegas mandi
dan tidur karena sudah terlalu lelah untuk hari ini, sebelum tidur saya sempat chat dengan Viany bahwa dia besok ingin
bertemu saya dan jalan-jalan disekitar penginapan.
Tempat tidur saya untuk beberapa hari |
Kondisi kamar saya yang memprihatinkan |
DAY
2
Keesokan harinya saya terbangun
pukul 07:00 menuju kamar mandi untuk cuci muka dan gosok gigi, setelah itu saya
menuju ruang santai untuk para wisatawan yang ingin mengobrol, mengerjakan
kerjaannya mungkin, berkenalan dengan turis lain, dan menikmati sarapan sambil
menikmati pemandangan jalanan Khaosan road dari atas. Waktu itu saya hanya
minum kopi dan makan cemilan buah + roti saja. Jadi ada beberapa makanan dan
minuman yang disediakan dari pihak hostel. Minumannya ada kopi, es jeruk, sama
air putih. Sedangkan untuk makanannya ada buah-buahan sama roti. Kalau mau
tambah es tinggal ambil di ice box yang
sudah disediakan dan kalau mau bikin mie instan tinggal kasih air panas dan
juga sudah tersedia piring maupun sendok. Kekurangan dari hostel ini yaitu
masih ada kutu di kasur yang membuat tidur tidak nyaman, kemudian AC terkadang
suka trouble itu saja sih yang sangat
disayangkan dan perlu diperhatikan lagi untuk menambah kesempurnaan di hostel
ini. Memang semalam saya tidak bisa tidur dengan nyenyak, saya kira hanya saya
saja yang mengalaminya ternyata beberapa turis lain juga sama seperti saya
ketika mereka saling mengobrol dan terlihat dari gestur tubuhnya.
Ngopi sambil liatin gambar di majalah karena saya sadar saya gak paham bahasa Thailand di majalahnya. |
Perkataan tersebut dilontarkan
dari turis Spanyol yang ketika saya duduk santai sambil merokok Dji Sam Soe
yang super premium turis tersebut merasa kaget. Saya sempet bingung nih bule
ngapa yakkk...Ekspresinya liat saya merokok kok gini amat kayak nemuin harta
karun. Kemudian dia berkata “apakah ini Dji Sam Soe”? saya langsung balas dong,
iye mbak ini Dji Sam Soe (heran kok bisa tau). Dia balas lagi “ini rokok
terenak” (lha saya tambah bingung dong), dan akhirnya kami mengobrol kesana
kemari. Usut punya usut ternyata dia itu sempat berkunjung di Indonesia
diantaranya Bali, Jogja, dan Lombok. Bahkan dia sempat mendaki Gunung Rinjani dan
Merapi, Gileee saya saja orang indonesia belom kesampaian buat naik kesana. Hal
itu yang membuat dia tahu soal sensasi rokok Dji Sam Soe dan Surya, terkadang
dia juga mengucapkan kalimat berbahasa Indonesia dan menyebutkan beberapa
tempat lokasi wisata di Jogja. Waktu itu dia sempat mengajak barter rokok saya
dengan rokok yang dia miliki, Yaudah sih karena saya bawa stok yang cukup
akhirnya dia minta rokok saya 1 batang ehhhhh....dia ngasihnya 2 batang dalam
hati (lumayan buat stock) dia bilang sudah lama tidak merasakan rokok kretek.
Sayangnya saya tidak membawa rokok ini banyakan, kalau bawa banyak lumayan nih
bisa dijual disini...wkwkwkwkwk.
Nyobain tembakau lokal dari turis yang barter rokok tadi, kebetulan dia punya ini barang. |
Agak siangan sekitar pukul 13:00
Viany ngechat bilang kalau dia sudah deket penginapan saya, karena memang semalem
saya suruh dia main ke penginapan sambil nanti saya ajak jalan-jalan sekitaran
Khaosan road. Yaudah langsung saya jemput deh dan saya ajak ke penginapan dulu
buat ngobrol-ngobrol di ruang santai, kali aja dia dapet temen baru disini
sambil nungguin saya selesai mandi. Selesai mandi saya ngajak dia cari makan,
karena dia bilang lagi laper..okelah akhirnya muter-muter cari tempat makan
yang sekiranya agak murahan biar nggak overbudget..aku
sih apa adanya, kalau emang niat kesini mau hemat yang makan ditempat yang
sekiranya harga masuk akal. Kami berhenti di salah satu kedai gitu masih deket
penginapan pesen Pad Thai sama air mineral aja total harganya sekitar THB
350an, yaudah saya bayarinlah gapapa sekalian buat awal pertemanan gitu sih
mikirnya.
Nyobain Pad Thai bareng doi, masih disekitar penginapan di Khaosan Road. |
Abis makan bingung nih ceritanya
saya mau ajakin kemana, karena udah sore juga. Akhirnya kepikiran buat ke
Asiatique aja deh biar nggak ribet sekalian bisa liat sunset disana sambil
nongkrong sampai malem. Berangkatlah kami menuju Asiatique pakai app Grab, dari
Khaosan road ke Asiatique tarifnya THB 280 waktu itu dengan waktu tempuh
sekitar 30menit aja kalau nggak macet. Ok saya bayarin naik grabnya kali ini,
tapi baliknya gantian dia yang bayarin. Pada saat di grab kami ngobrol-ngobrol
seperti biasa menggunakan google translate, sumpah deh ini pengalaman terbaru
saya terkocak pengen ngobrol aja gunain google translate dulu. Lha karena dia
juga nggak paham bahasa inggris sama sekali sih, kalau ngerti dikit-dikit kan
enak..jadi sama-sama paham meskipun nggak terlalu. Lha ini ngobrol tapi full
dari Google translate..wkwkwkwkwk. Jadi dia waktu itu cerita kalau dia dapat
musibah di teman Couchsurfingnya, handphone dan beberapa uangnya diambil sama
orang tersebut. Inti cerita yang saya tangkap seperti itu, gimana gak prihatin
sama keadaan Viany saat itu. Dia ke Bangkok sendirian,cewek pula...ditambah dia
nggak bisa bahasa inggris. Semalem aja katanya sempet nyasar-nyasar waktu pakai
grab dan harus ngeluarin uang sekitar THB 500an. Duhhhhh.....nasibmu jelek amat
mbak kali ini, akhirnya saya memperingatkan Viany kalau jangan menggunakan
aplikasi tersebut, karena kita tidak tahu sama sekali orang yang bersedia
memberikan tumpangan tempat untuk menginap seperti apa. Sekedar info aja buat
temen-temen yang belom tau apa itu Couchsurfing, jadi Couchsurfing itu bisa
dikatakan semacam komunitas orang-orang di sebuah aplikasi yang
menawarkan/membantu wisatawan asing khususnya untuk tumpangan tempat tinggal.
Jadi kita bisa menginap gratis tanpa ada biaya apapun, tetapi tempat tinggalnya
yang seadanya ditambah kita juga tidak tahu orang yang memberikan tumpangan
tempat tinggalnya memiliki sifat baik atau buruk. Kebetulan teman saya Viany
ini mendapatkan orang yang bersifat buruk, jadi hasilnya seperti itu.
Disaat itu juga dia bercerita merasa
sedih, tetapi saya sangat bersyukur karena dia tidak luka apapun hanya
kehilangan handphone dan beberapa uangnya saja. Perasaan saya benar untuk
mengajak dia ikut menginap di tempat saya waktu itu (bukan modus). Karena
ketika dia berada di tempat saya pastinya akan jauh lebih baik dan aman pastinya,
ditambah lagi dia bisa berinteraksi dengan turis lainnya dan syukur-syukur
kalau dia dapat temen yang satu bahasa dengannya. Saat itu dia langsung nurut
dan manggut-manggut kepada saya dalam hati saya (dari kemarin kan enak mbak)
tapi musibah siapa juga yang tahu dan siapa juga yang mau sih. Dari pembicaraan
ini sampai kami tidak terasa kalau telah tiba di Asiatique, kami langsung turun
dan keliling sekitar Asiatique sambil singgah di beberapa toko dan menunggu matahari
terbenam tiba.
Memang senja di Asiatique
mempunyai daya tarik sendiri terutama buat saya pribadi, meskipun seharusnya
Asiatique buka malam hari banyak juga orang yang tiba di sore hari yang hanya
sekedar untuk melihat sunset dan
menghabiskan waktu baik itu dengan keluarga, pacar, ataupun dengan teman baru
seperti saya ini. Kebetulan juga Viany belum pernah mengunjungi negara
Thailand, jadi saya rasa Asiatique tempat yang cocok untuk tempat pertama kali
dikunjungi mengingat waktu itu sudah sore juga sih. Benar saja, Viany waktu itu
merasa sangat senang saya ajak ke Asiatique karena bisa menikmati sunset sambil melihat boat yang mengitari sungai Chao phraya.
Landmark di Asiatique |
Nungguin Sunset |
Senja kala itu |
Enak kan kalau jalan bareng sama saya, dapat tukang foto gratis..hahaha |
Suasana saat naik free shuttle boat dan melewati sungai Chao Phraya. |
Ketika hari mulai gelap saya
mengajak Viany menaiki free shuttle boat
yang disediakan oleh pihak Asiatique untuk pengunjung tanpa ada biaya apapun
alias gratis, tetapi ada juga yang berbayar dengan destinasi tertentu. Banyak
juga wisatawan asing yang mengantri untuk mencoba menaiki free shuttle boat ini sekedar menambah pengalaman mereka melewati
sungai Chao Phraya sambil menikmati sunset.
Sebenarnya shuttle boat ini bisa
digunakan oleh wisatawan asing menjadi alat transportasi alternatif ketika
bosan dengan alat transportasi di Bangkok seperti MRT, Grab, Bus, dan lainnya.
Untuk free shuttle boat sendiri
jaraknya tidak bisa jauh dari Asiatique dan berlabuh di dermaga sekitar
Asiatique saja, berbeda dengan shuttle
boat berbayar dengan jarak tempuh yang lumayan jauh. Ketika sudah tiba di
salah satu dermaga kami langsung turun dan berjalan keluar dari dermaga untuk
menunggu grab yang akan kami pesan menuju penginapan nantinya. Biaya Grab dari
Asiatique ke penginapan yang ada di Khaosan road THB 280 dengan waku tempuh
sekitar 40menit, di malam itu disekitar Khaosan road sudah banyak orang yang
sudah membawa senapan air untuk merayakan Songkran. Padahal Songkran masih
besok tetapi sudah banyak orang yang berjalan-jalan sambil membawa senapan air,
sebegitu excitednya wisatawan asing
merayakan Songkran di Thailand khususnya di Bangkok.
Setibanya di penginapan saya
menyuruh Viany untuk istirahat di ruang santai dekat lobi sedangkan saya memesan
kamar untuk dia semalam karena gak tega juga liat kondisinya yang habis kena
musibah, maklum orang Indonesia orangnya kebanyakan gak tegaan seperti saya ini
(bukan pencitraan). Sambil menunggu kamar Viany di persiapkan saya tinggal
untuk mandi sebentar setelah itu Viany menuju kamarnya untuk membereskan semua
barang bawaannya dan kebetulan tempat tidurnya dekat saya dengan maksud dan
tujuan kalau dia butuh apa-apa bisa lebih mudah. Jadi satu ruangan kamar di
penginapan yang saya tempati ini berisi 10 ranjang susun tempat tidur dan diisi
perempuan dan laki-laki/mixed dormitory.
Selesai dengan semua barang bawaannya Viany saya suruh untuk mandi dan kemudian
kami mengobrol di ruang santai yang pasti masih tetap dengan bantuan Google
translate yah....wkwkkwkwk. Pada saat mengobrol Viany menyodorkan HP nya dan
melihatkan terjemahan text kepada saya bahwa di samping kami mengobrol ada
sepasang remaja dia menduga bahwa mereka juga Spanish, pada saat itu juga
saya menyuruh Viany untuk mencoba bergabung dengan mereka mungkin saja itu
benar dan nantinya Viany bisa mendapat teman baru yang kalau diajak ngobrol
bisa nyambung nggak seperti saya...wkwkwkwkwk. Ketika Viany sudah bergabung dan
benar saja bahwa mereka Spanish, dalam hati syukur deh dia jadi punya temen
disini.
Setelah mereka ngobrol cukup lama
Viany mengajak saya dan teman barunya untuk makan malam disekitar penginapan,
Nama teman baru Viany adalah Bruno dan Javia mereka sebelumnya sudah travelling
di beberapa negara seperti China, Vietnam, dan tiba di Thailand kemarin.
Untungnya mereka bisa sedikit menggunakan baha inggris seperti saya, jadi kalau
diajak ngobrol bisa sedikit nyambung dengan orang Spanish ini tetapi kalau ber
3 ngomongin saya dengan bahasa mereka yang pasti saya nggak ngerti dan hanya
ketawa saja..wkwkwkwk. Semakin malam suasana Khaosan road semakin ramai dan
menggila, selesai makan kami melanjutkan lagi memutari beberapa gang di Khaosan
road dan terlihat beberapa Bar baru saja buka dengan musiknya yang cukup keras.
Banyak dari Bar tersebut dipadati wisatawan asing terutama yang memainkan musik
paling keras dan enak buat dinikmati.
Kebanyakan Bar disana yang pasti
menawarkan full minuman keras dan juga ada yang menawarkan seperti balon gitu,
awalnya saya nggak paham balon itu buat apa fungsinya karena ukuran balon tidak
dikembangkan sebesar seperti biasanya kemudian di tambah orang-orang malah
menghirup gas yang ada di dalam balon tersebut melalui mulutnya. Saya langsung
mikir ini pasti benda gak bener, dan benar saja pada saat mengamati beberapa
remaja Thailand yang sudah menghirup balon tersebut langsung jalan sempoyongan
dan ketawa-ketawa gak jelas sama teman-temannya. Saya rasa didalam balon
tersebut di isi seperti gas yang bisa buat teler orang ketika sudah menghirupnya,
kalau tidak salah ingat namanya “Smile baloon” harganya cukup murah kok sekitar
THB 20-50 jadi waktu itu banyak beberapa wisatawan asing dan remaja Thailand
membeli balon tersebut. Denger nama benda itu seperti lucu gitu yah, tapi bisa
buat orang teler sih....Setelah menduga seperti itu Bruno bercerita memang
benar itu bisa membuat teler karena didalam balon tersebut ditambahkan gas yang
bikin orang jadi gila sementara...wkwkwkwkwk. Lha Viany orangnya memang suka
penasaran dan ngajak untuk beli balon itu, langsung deh saya tolak
mentah-mentah. Teler dijalan bisa berabe urusannya, karena saya juga melihat
ada seseorang yang sampai dibawa mobil ambulans waktu itu kemungkinan
mengkonsumsi terlalu over atau tidak
tahu cara menggunakannya. Waktu berjalan terus hari itu hingga kami tak sadar
kalau waktu sudah menunjukan pukul 02:00 dan kami langsung memutuskan untuk
mengakhiri wisata malam ini. Kami kembali ke penginapan berjalan kaki dan
sesampainya di penginapan malah ada live
musik di lantai bawah. Gilaaa memang ini Khaosan road udah pagi gini jalanan
masih ramai orang aja, nggak heran memang Khaosan road tempat yang nggak ada
matinya. Waktu itu kami langsung menuju tempat tidur masing-masing dan tidak
menghiraukan keramaian yang ada diluar.
Malam ini makan Tom Yam |
Viany nyobain local food di Khaosan Road |
Semakin malam semakin ramai Khaosan Road |
Malan ini jalan-jalan sampai gempor di Khaosan Road. |
DAY
3
Keesokan harinya saya dan Viany
bangun pukul 09:00 bertemu di lobby
untuk sarapan pagi sambil sedikit mengbrol agar kami cepat akrab. Setelah itu
saya ajak Viany untuk keluar menuju salah satu Wat disekitar penginapan, kami
mencoba untuk jalan kaki saja menuju tempat tersebut sekalian untuk berolahraga
dan melihat lebih dekat lagi aktivitas penduduk lokal. Sesampai ditempat tujuan
kami langsung masuk tanpa ada pungutan biaya apapun dan tempatnya sangat sepi
dan tenang, mungkin hanya beberapa wisatawan saja yang berkunjung kesana. Waktu
itu kami hanya mencoba mengitari wilayah Wat tersebut dan foto-foto pastinya,
setelah itu kami memutuskan untuk kembali ke penginapan karena ada Ainul baru
saja tiba di Bangkok. Langsung saja saya menyuruhnya untuk menginap bersama
ditempat kami agar koordinasi kedepannya lancar.
Monument Democracy |
Setibanya di penginapan saya
langsung membantu Ainul untuk booking
ditempat saya menginap karena memang sebelumnya dia belum booking kamar dan untung saja masih ada stock kamar yang kosong. Ketika Ainul tiba saya menyuruhnya untuk
langsung check in agar barang
bawaannya bisa langsung disimpan. Ketika Ainul masih sibuk mengurus barang
bawaannya, saya memilih untuk istirahat saja di ruang santai dengan Viany
sambil minum air es. Siang itu udara Bangkok sangat panas sekali, pada saat
menuju Wat saja sudah terasa menyengat sinar mataharinya. Tidak heran kalau
pihak penginapan menyediakan ice box
untuk wisatawan yang menginap secara gratis. Tak lama kami mengobrol datanglah
Bruno dan Javia ikut nimbrung sambil menanyakan plan destinasi yang akan
dikunjungi hari ini. Kami ber3 ( Saya, Viany, dan Ainul ) memilih untuk
mengunjungi Wat Arun saja, sebenarnya kami ingin mengunjungi Wat Pho, Grand
Palace, dan Wat Arun. Berhubung waktu itu sudah sore dan tidak mungkin untuk
mengunjungi semua tempat itu oleh karena itu saya menyarankan untuk ke Wat Arun
saja kepada Ainul dan Viany salah satunya dengan alasan waktu ditambah lagi kalau
mengunjungi Grand Palace harganya yang cukup mahal dan areanya yang sangat luas
(menurut pengalaman saya dulu memasuki wilayah Grand Palace) takutnya nanti
menyesal karena memang jika ingin ke Grand Palace harus pagi hari dikarenakan
wilayahnya yang luas dan yang pasti membutuhkan waktu lama untuk mengelilingi
kompleks Grand Palace. Sedangkan untuk alasan Wat Pho memang tutup pukul 17:00 ditambah
harga tiket Wat Pho yang semakin mahal sekitar THB 200 dan Wat Arun pukul tutup
pukul 18:00. Akhirnya mereka juga setuju untuk mengunjungi Wat Arun saja lebih
amannya. Sedangkan Bruno dan Javia hari itu ingin mengunjungi beberapa mall di
Bangkok untuk membeli beberapa souvenir
khas Thailand.
Selesai dari perundingan tadi
kami memutuskan untuk berangkat ke Wat Arun agar tidak kesorean dengan berjalan
kaki saja, sedangkan Bruno dan Javia langsung pergi ke mall waktu itu juga.
Perjalanan dari penginapan ke Wat Arun sekitar 1,5 jam itu sudah termasuk kami
berfoto-foto didepan Grand Palace dan Wat Pho. Ini merupakan pengalaman
pertamakali bagi kami semua mengunjungi Wat Arun, setibanya di dermaga yang
digunakan untuk menyebrang ke Wat Arun kami harus membayar sewa kapal THB
4/orang. Bagi kami Wat Arun merupakan wisata yang cukup murah dan sangat bisa
kami nikmati waktu itu. Setibanya di Wat Arun kami langsung memasuki kompleks
dengan membayar THB 50/orang. Oh iyah....ketika ingin masuk kedalam kompleks
Wat Arun pengunjung harus menggunakan pakain yang sopan, setidaknya harus
menggunakan celana atau kain yang menutupi sampai mata kaki. Jika temen-temen lupa
membawa celana bisa menyewa kain yang ada disana dengan biaya yang telah
ditetapkan dari pihak Wat Arun. Waktu itu kami hanya 1jam saja berada di Wat
Arun untuk berfoto-foto sambil menikmati sunset
dari Wat Arun dan setelah itu kami langsung kembali ke penginapan.
Foto dulu mbak, biar capeknya tidak kerasa. |
Seneng amat mbak |
Foto depan Grand Palace aja. Tiket masuknya mahal. |
Naik boat menuju Wat Arun |
Wat Arun senja itu |
Tiba di penginapan sekitar pukul
19:00 kemudian kami beristirahat sebentar di ruang santai setelah itu
bergantian untuk pergi mandi, malam ini Viany mengajak saya dan Ainul untuk
mencoba Thai massage disekitar penginapan. Kebetulan saya juga belum pernah nih
ngerasain gimana rasanya Thai massage, waktu itu Ainul tidak dipijit hanya
menunggu saya dan Viany dipijat saja. Saya memilih paket 30menit dengan harga
THB 150, sedangkan Viany memilih paket yang 1 jam harganya THB 280. Memang sih
saya akui pijatannya sangat enak apalagi kami habis berjalan kaki sekitar 2jam
jadi enak-enak aja di pijit..hehehehe. Sebenarnya pijatannya biasa saja sama
seperti di Indonesia cuman di Thailand bedanya pemijat menggunakan media siku
tangan untuk menambah kesan yang berbeda dan pemijatnya lawan dari konsumennya,
jadi kalau saya yang mijit cewek dan Viany yang mijit cowok tetapi di satu
ruangan tanpa ada sekat sama sekali. Waktu dipijat saya sampai ketiduran
beberapa menit, mungkin saking capeknya kali yah.. Selesai dari massage kami
mulai lapar dan mencari tempat makan disekitar penginapan, selesai makan Ainul
balik ke penginapan mungkin masih capek dan baru datang ke Bangkok hari ini juga
terus langsung saya ajak untuk jalan-jalan sedangkan saya dan Viany lanjut mengitari
area Khaosan road menikmati malam terakhir di Bangkok karena besok sore kami
melanjutkan tour kami ke Chiang Mai menggunakan bus yang sudah kami pesan
sebelumnya di penginapan. Untungnya penginapan ini menyediakan jasa travel
juga, jadi kalau ingin pergi ke suatu kota atau tempat wisata sekitar Thailand
bisa membelinya disini. Karena menurut pengalaman saya Bangkok akan semakin ramai
ketika acara Songkran dimulai dan banyak dari transportasi umum yang sudah full booked H-5 ditambah harganya yang
semakin melonjak. Untung saja kami masih mendapatkan jatah kursi untuk pergi ke
Chiang Mai menggunakan bus open trip
dan bercampur dengan wisatawan asing lainnya. Sekitar pukul 02:00 saya mengajak
Viany untuk kembali ke penginapan karena saya sudah merasa lelah dan mengantuk
akibat selesai dipijat tadi.
Habis jalan sehat langsung pijat..Mantap |
Malam terakhir di Bangkok sebelum lanjut Chiang Mai |
DAY
4
Keesokan harinya saya bangun
siang sekitar pukul 12:30 dan mengajak Ainul untuk pergi ke MBK menggunakan bus
dengan nomor 15 dekat dari penginapan seharga THB 6.5/orang. Cara yang sangat
praktis dan ekonomis untuk kalian para backpacker
low budget bisa menggunakan cara seperti saya. MBK merupakan salah satu
mall terbesar dan banyak dikunjungi baik itu wisatawan asing maupun lokal
karena harga produk yang dijual di MBK cukup murah dan tidak membuat kantong dompet
jebol terlalu dalam. Jadi mall MBK sangat cocok bagi kalian yang ingin membeli
beberapa souvenir untuk orang
terdekat kalian. Selesai mendapatkan beberapa souvenir seperti baju, gantungan kunci, magnet, tas, dan beberapa snack khas thailand kami langsung
bergegas menuju penginapan lagi karena keberangkatan bus ke Chiang Mai
menjelang maghrib. Waktu itu kami belum sempat untuk packing barang ditambah untuk jaga-jaga traffic di Bangkok waktu Songkran pasti akan padat oleh sebab itu
kami dari MBK langsung ke penginapan. Setibanya di penginapan Viany mendapatkan
teman baru lagi dari Chile namanya Letisha dan dia ikut bergabung juga pergi ke
Chiang Mai kemungkinan diajak oleh Viany sedangkan Bruno dan Javia tidak ikut
karena mereka keesokan harinya kembali ke New Zealand untuk bekerja disana.
Kami mendapatkan tiket bus dari Bangkok ke Chiang Mai lewat penginapan seharga
THB 800/orang saya rasa cukup mahal karena kami juga membeli tiket bus pas ada
acara Songkran, Untungnya kami semua masih kebagian tiket ke Chiang Mai. Ini
merupakan open trip pertama kali saya menggunakan bus bersama rombongan turis
asing lainnya karena terakhir kali saya ke Chiang Mai dari dari Bangkok
menggunakan bus pada umumnya dan berangkat dari terminal bus di Cathuchak
dengan tiket seharga THB 600.
Masih suasana Songkrang pagi itu |
Kalau lihat ginian pengen nyebur juga dek cuaca panas banget hari ini. |
Berikut price list agen tour di penginapan |
Foto terakhir sebelum pisah sama Bruno & Javia |
Squad Chiang Mai ready to go |
Selesai dari packing barang-barang kami langsung keluar dari hostel untuk di cek
siapa saja yang akan pergi ke Chiang Mai oleh guide dari travel bus yang kami pesan. Selesai pengecekan kami
langsung menuju bus yang sudah siap di salah satu tempat yang tidak jauh dari
Khaosan road. Bus berangkat pukul 18:00 dari Khaosan road menuju Chiang mai,
didalam bus saya memberikan penjelasan beberapa destinasi yang akan dikunjungi
kepada Letisha yang merupakan anggota baru lagi yang ikut perjalanan saya
selama di Chiang Mai nanti. Untungnya Letisha masih bisa sedikit-sedikit
berbahasa Inggris jadi tidak memerlukan google translate lagi berbicara
kepadanya, berbeda ketika mengobrol dengan Viany...hahahahaha. Ketika didalam
bus saya hanya istirahat sambil tiduran saja karena perjalanan yang cukup lama,
diperkirakan kami tiba di Chiang Mai sekitar pukul 06:00 pagi. Sekitar pukul
02:00 pagi kami berhenti dulu di salah satu tempat peristirahatan yang saya
tidak tahu namanya dan ada dimana karena saya juga baru bangun tidur waktu itu,
di tempat peristirahatan rombongan turun untuk makan yang sudah termasuk include saat membeli tiket bus di
penginapan sebelumnya. Tetapi saya dan Ainul tidak ikut makan karena takut
lauknya berbahan babi. Jadi saat itu saya turun hanya ke toilet untuk cuci muka
dan buang air kecil setelah itu kembali lagi kedalam bus, untung saja Letisha
baik hati memberikan roti yang dia beli di tempat peristirahatan tersebut. Perjalanan kami lanjutkan beberapa jam lagi
untuk sampai di Chiang Mai, selama didalam bus saya sudah tidak bisa tidur lagi
hanya bermain HP saja sambil mencari beberapa tempat wisata lain yang sekiranya
cocok untuk dibuat referensi selama di Chiang Mai. Waktu berjalan sangat cepat
ketika didalam bus dan tidak terasa matahari sudah mulai melihatkan sinarnya,
tidak lama kemudian bus berhenti di salah satu pom bensin di Chiang Mai dan
ternyata itu adalah tempat tujuan pemberhentian bus di Chiang Mai.
DAY
5
Dari tempat pemberhentian
terakhir travel bus yang kami naiki sudah Songhatew/mobil carter yang sudah
siap menjemput rombongan turis wisatawan asing yang naik bus travel untuk di
antarkan menuju tempat penginapan masing-masing. Berbeda dengan saya, Viany,
Ainul dan Letisha waktu itu. Kami hanya memikirkan bagaimana cara menuju untuk
sampai ke penginapan yang sudah kami booking
sebelumnya, kalau jalan kaki sih lumayan jauh. Akhirnya kami semua sepakat
untuk menggunakan grab menuju penginapan, kami menggunakan cara ini agar biaya
transportasi dapat lebih murah. Biaya yang kami keluarkan menggunakan grab THB
80 untuk sampai ke penginapan dan itu dibagi ber 4, jadi tiap orang hanya
mengeluarkan uang THB 20. Sesampainya di penginapan masih pagi dan masih belum
buka, kami tiba dipenginapan pukul 06:30. Seharusnya saya sudah booking penginapan ini kemarin dan bisa
ditempati pagi ini juga, cuman jadwal yang kami rencanakan mundur untuk menuju
ke Chiang Mai dan sedangkan penginapan baru buka sekitar pukul 08:00. Akhirnya
saya menelepon pihak hostel untuk Check
in pagi itu juga. Untungnya pihak hostel merespon dengan cepat dan
membolehkan kami untuk Check in.
Viany dan Letisha hari ini tidak ikut menginap di penginapan kami, mereka
mempunyai kenalan teman di Chiang Mai dan memilih untuk tinggal bersama
temannya. Selesai Check in Saya
melihat beberapa brosur persewaan motor di hostel yang saya tempati ini, jadi
beruntunglah saya tidak perlu untuk mencari tempat persewaan motor lagi.
Langsung saja saya sekalian untuk mengurus sewa motor yang akan kami gunakan
hari ini juga. Waktu itu saya menyewa 2 motor dan haraganya THB 250/motor
ditambah deposit THB 1000 sekali pinjam. Uang saya waktu itu hampir habis
karena harus digunakan membayar deposit motor dan penginapan, akhirnya saya
memutuskan untuk patungan dengan ainul mengurus deposit ini yang cukup mahal.
Saran saya ketika teman-teman ingin menyewa motor di Thaland untuk berkeliling
kota sendiri harus menyiapkan uang lebih sebagai jaminan deposit, karena
menurut saya deposit di Thailand lebih mahal daripada Vietnam.
Sesampainya di Chiang Mai |
Lobi penginapan |
Deposit THB 500 sekali boking kamar |
Beberapa pilihan motor untuk explore Chiang Mai |
Kamar cukup bersih dan nyaman |
Space cukup besar untuk menyimpan barang |
Cukup bersih hanya saja air kurang bersih |
Ketika sewa motor jangan lupa di cek secara detail |
Selesai mengurus sewa motor saya
dan Ainul cepat-cepat membereskan segala perlengkapan dan mandi kemudian
menjemput Letisha dan Viany di tempat menginap temannya yang lumayan jauh dari
tempat menginap kami. Plan hari ini adalah menuju Doi Inthanon yang cukup jauh
dari pusat kota Chiang Mai, kalau melihat di google map hanya sekitar 2 jam
perjalanan tetapi ketika dijalan estimasi tersebut meleset sangat jauh. Waktu
yang kami tempuh ternyata hampir 3-4 jam perjalanan mengendarai motor karena
banyak beberapa kondisi yang tidak terduga. Seperti yang saya jelaskan
sebelumnya bahwa udara di Chiang Mai sangat panas apalagi sambil mengendari
motor. Cuaca panas di Chiang Mai sangat kejam hingga bisa membakar kulit. Oleh
karena itu saya sudah memberitahukan kepada teman-teman lain untuk mempersiapkan
segala perlengkapan menghadapi cuaca ekstrim di Chiang Mai. Selama perjalanan
menuju Doi Inthanon kami beberapa kali berhenti untuk berteduh sambil menikmati
air dingin yang sudah kami beli sebelumnya di mini market. Ada beberapa hal
menarik jika teman-teman berkendara di Thailand terutama waktu festival
Songkran berlangsung, kami selalu disiram air oleh warga lokal saat mengendarai
motor yang kami naiki. Inilah salah satu momen yang bikin saya tidak bisa move on ketika merayakan festival
Songkran di Thailand, mengendarai motor dengan cuaca panas yang ekstrim
kemudian tuhan mengirimkan warga lokal untuk memberikan kesegaran dijalan
dengan cara menyiram kami air es...hahahahaha....terkadang warga lokal menyiram
kami menggunakan gayung dan ada juga yang menggunakan selang. Enak lagi ketika
kami diberhentikan ditengah jalan kemudian warga lokal bergantian menyiram kami
secara bergantian dengan air es yang sangat dingin. Pokoknya momen ini yang
paling saya tunggu ketika ingin pergi ke Thailand dan dijamin nagih..nggak
bohong..wkwkwkwkwk.
Ini nih panas-panas pakai jas ujan, berasa sauna demi gak basah kuyup |
Lanjut lagi ke topik sebelumnya,
setelah melewati beberapa rintangan yang saya jelaskan diatas sampailah kami di
kawasan taman nasional Doi Inthanon atau masih dalam hutan Doi Inthanon sekitar
pukul 13:00 siang dengan mata saya yang mulai memerah akibat udara panas di
Chiang Mai, padahal waktu itu saya juga menggunakan kacamata. Sebelum memasuki
taman nasional Doi Inthanon kami harus membayar tiket masuk kawasan Doi
Inthanon THB 300/orang ditambah THB 200/motor dengan total biaya masuk taman
nasional Doi Inthanon THB 1240. Memang bagi saya cukup mahal untuk memasuki
wilayah ini, tetapi jika kalian berangkat lebih pagi lagi kalian bisa menikmati
beberapa tempat wisata di kawasan Doi Inthanon seperti beberapa air terjun yang
ada di kawasan taman nasional Doi Inthanon. Berhubung saya kesiangan berangkatnya
kami hanya menuju ke Twin Pagoda saja dan memang itu tujuan utama saya
sih...jadi tidak terlewatkan plan hari ini.
Sebelum masuk Twin Pagoda kami
harus membayar tiket masuk lagi sebesar THB 40/orang jadi total THB 160 untuk 4
orang. Sebenarnya Twin Pagoda ini mempunyai nama lain yaitu kuil raja dan ratu,
kuilnya cukup besar dan megah ditambah didirikan diatas ketinggian yang
menambah daya tarik tersendiri khususnya saya yang sangat suka dengan wisata
alam ketinggian, selain udaranya yang masih bersih kami juga bisa melihat view landscape ciptaan tuhan yang sangat
indah dari atas kuil ini. Pada saat di Doi Inthanon kami menghabiskan waktu
sekitar 3-4 jam untuk menikmati tempat ini sambil membuat dokumentasi, selain
itu sebenarnya saya juga ingin mengajak teman-teman saya pergi ke top viewnya Thailand di dekat kuil
ini dengan berjalan kaki. Berhubung waktu yang sudah tidak memungkinkan dan
bensin motor yang sangat menipis kami berhenti di tengah perjalanan ketika akan
menuju ke top view. Dengan trek jalan
yang cukup terjal menuju top view
teman-teman merasa kelelahan dan disini kami mendapat pengalaman baru yaitu
mencari tumpangan kendaran untuk menuju tempat parkiran Twin Pagoda. Ainul dan
Letisha kembali dulu ke tempat parkiran karena waktu itu mereka sangat
kelelahan dan dia mendapat tumpangan mobil Sedan. Sedangkan saya dan Viany
mendapatkan tumpangan mobil bak tapi seperti pajero. Sesampai di parkiran Twin
Pagoda kami langsung menancap gas untuk kembali ke kota sebelum kawasan taman
nasional Doi Inthanon menjadi gelap. Kawasan taman nasional Doi Inthanon tidak
memiliki lampu penerangan jalan, jadi takutnya nanti akan membahayakan bagi
kami mengendarai motor. Oleh sebab itu sebelum hari mulai gelap kami harus
keluar dari kawasan Taman Nasional Doi Inthanon terlebih dahulu. Sesampainya di
penginapan waktu itu sekitar pukul 18:00, sebelum sampai penginapan kami
menyempatkan untuk mengisi bensin full THB 100/motor. Ketika sampai penginapan
saya dan Ainul langsung mandi sedangkan Viany dan Letisha mununggu kami di
kamar sambil beristirahat sebentar, setelah itu kami semua makan disekitar
penginapan dan selesai dari makan malam saya dan Ainul mengantarkan Viany dan
Letisha ke tempat penginapan temannya untuk beristirahat dan bertemu lagi
keesokan harinya.
Sebelum menuju pagoda harus melewati beberapa anak tangga |
Tempat yang instagramable |
Parkiran motor sebelum masuk kawasan Twin Pagoda |
Banyak sekali macam bunga disini |
Letisha with pagoda |
Ainul with Pagoda |
Kelakuan kita cari tumpangan buat ke parkir motor. |
Twin pagoda, satunya ada di belakang ini |
DAY 6
Pagi itu saya dan Ainul bangun
agak pagi sekitar jam 7an dengan badan yang masih terasa lelah akibat
perjalanan kami kemarin ke Doi Inthanon. Pagi itu saya dan Ainul menjemput
Viany dan Letisha di penginapan temannya sebelum motor rentalnya akan kami
kembalikan nantinya, kemudian membawa mereka untuk menginap ditempat saya
dengan tarif Rp. 141.000/malam nama hostel kami yaitu B and B house yang
letaknya tidak begitu jauh dari Tha Phae Gate atau old townnya Chiang Mai.
Sebenarnya Plan yang saya rencanakan sebelumnya hari ini adalah menuju Chiang
Rai untuk menuju ke Wat Rong Khun dan Golden Triangle berhubung uang kami mulai
menipis akhirnya kami mengubah plan hari ini hanya mengikuti festival Songkran
di Tha Phae Gate saja seharian. Sebelum ke Tha Phae Gate kami semua mencari
tiket bus masing-masing di terminal bus yang tidak jauh dari Tha Phae Gate,
saya dan Ainul mencari tiket bus kembali ke Bangkok sedangkan Viany dan Letisha
katanya ingin meneruskan perjalanan ke negara Laos. Kenapa saya harus membeli
tiket hari ini juga ? karena jika membeli tiket di hari H takutnya tidak akan
kebagian dan benar saja ketika saya survey di beberapa loket terminal bus
banyak tiket yang sudah sold out tujuan
Bangkok. Adapun beberapa tiket yang harganya cukup mahal bagi saya, untungnya
disaat kami putus asa kami menemukan salah satu loket yang menjual tiket
kembali yang harganya cukup murah yaitu THB 488. Selesai mendapatkan tiket
semua kami menuju Tha Phae Gate menggunakan grab seharga THB 140 sekali jalan,
per orang jadinya THB 35.
Ketika sudah sampai Tha Phae Gate
suasananya sangat ramai dan yang pasti orang-orang saling menyemprotkan air ke
semua orang yang ditemuinya. Waktu di Tha Phae Gate kami hanya berkeliling di
sekitar jalan umum yang sudah ditutup untuk kepentingan festival Songkran.
Semua turis mancanegara dan lokal berkumpul menjadi satu untuk menikmati
festival ini. Kami bermain air disana hingga tidak terasa waktu sudah
menunjukan pukul 17:00 dan kami semua setuju memilih untuk menjauh dari
keramaian. Saat itu kami agak bingung untuk kembali ke penginapan menggunakan
transportasi apa, karena kami mikirnya jika kami order grab pasti tidak akan
mau dikarenakan Tha Phae Gate masih ramai dan dengan keadaan kami yang basah
kuyup. Akhirnya kami sepakat untuk menggunakan Songhatew atau angkotnya
Thailand menuju penginapan dengan tarif THB 50/orang. Setibanya di penginapan
langsung saja mandi dengan air hangat karena badan kami yang sudah kedinginan akibat
main air seharian diluar. Setelah itu kami makan malam disekitar penginapan
seperti biasa dengan berjalan kaki karena letaknya yang memang tidak jauh dari
penginapan. Setelah itu kami kembali ke kamar sesekali untuk mengobrol satu
sama lain dan bagaimana pendapat Letisha dan Viany ketika ikut tour dadakan dengan saya di Chiang Mai
sebelum esok hari mereka berangkat ke Laos, untungnya Letisha sangat antusias
dan senang dengan perjalanan kami di Chiang Mai, jadi saya juga ikut merasa
senang mendengar hal itu. Karena ini juga pengalaman pertama kali saya open trip dadakan bersama turis asing
yang baru saya kenal waku itu. Selesai mengobrol kesana-kemari kami memutuskan
untuk istirahat terutama Viany dan Letisha karena besok dia harus melanjutkan
perjalanan ke Laos menggunakan Bus.
Tha Phae Gate |
Yang belakang Cosplay sailormoon |
dos latinos Viany & Letisha |
Kemeriahan Songkran di sekitar Tha Phae Gate |
Isi energi habis kegiatan Songkran seharian. Ini hanya porsi saya. |
DAY
7
Pagi ini saya bangun sekitar
pukul 09:00 lalu pergi ke kamar Letisha dan Viany untuk mengecek mereka ber2,
ketika saya masuk mereka sudah prepare
semua barang bawaannya untuk siap Check
out siang ini. Sebelum mereka pergi ke terminal bus untuk lanjut ke Laos
kami ber4 makan siang perpisahan ditempat biasanya. Pepatah mengatakan ada
pertemuan pasti ada perpisahan, meskipun saya sempat kenal beberapa hari saja dengan
mereka tetapi saya rasa mereka adalah teman baru yang baik dan tidak begitu
rewel ketika diajak kesana-kemari apalagi mereka cewek. Saya akuin mereka ber2
sangat bertanggung jawab dengan dirinya sendiri tanpa mau merepotkan temannya.
Setelah berpisah dengan Viany dan
Letisha yang tersisa hanya saya dan Ainul saja, keadaan menjadi biasa saja
maklum cowok-cowok..wkwkwkwkwk...kalau ada cewek pasti ada yang bikin berbeda.
Plan hari ini saya dan Ainul adalah belanja menuju Chiang Mai Night Bazar untuk
membeli beberapa souvenir seperti
biasanya. Transportasi yang kami gunakan selama di Chiang Mai kebanyakan
menggunakan grab tetapi tergantung situasi dan kondisi masing-masing, karena
waktu itu grab adalah transportasi yang cocok dengan keuangan kami. Untuk
menuju Chiang Mai Night Bazar kami menggunakan jasa grab sekali jalan total THB
120, jadi per orang membayar THB 60 semakin mahal jika hanya kami ber2 yang
menaiki grab dan pulang dari Chiang Mai Night Bazar kami mencoba untuk berjalan
kaki...sebenarnya ini bukan mencoba tetapi mensiasati keuangan kami yang
semakin habis..wkwkwkwkwk. Sesampai di hostel kami langsung makan dan menuju
tempat tidur untuk istirahat saja.
Suasana Night Market Chiang Mai |
Bang..tuk tuk Bang |
DAY 8
Hari ini merupakan hari terakhir
kami di Chiang Mai, Check out dari
penginapan pukul 11:00 dan lansung menuju terminal bus hanya berjalan kaki,
mengapa jalan kaki? Tidak perlu saya jelaskan lagi alasannya...wwkwkwkwkwk.
Sebenarnya bus kami berangkat masih pukul 21:00 sedangkan pukul 12:00 kami
sudah tiba diterminal bus, jadi kami masih mempunyai waktu yang sangat lama
diterminal. Akhirnya kami memilih untuk mencari tempat yang sekiranya cocok
untuk berisitrahat sambil menghabiskan waktu. Setelah berputar-putar kami
menemukan MCD dan memilih untuk istirahat disana sampai pukul 20:00. Pada saat
di MCD kami hanya memesan 2 kopi saja dan bisa awet sampai jam 20:00...gileeee...saking
miskinnya ini mah..wkwkwkwk. Momen seperti inilah yang saya dapatkan ketika
memang benar-benar berhemat ketika saya sudah miskin di luar negeri..hahahaha. Waktu
cepat berlalu dan kami memasuki bus yang siap berangkat menuju Bangkok, didalam
bus saya hanya tiduran saja tanpa menghiraukan yang lain.
Untung bawa komik biar gak gabut amat |
DAY
9
Matahari pagi itu membangunnkan saya yang
masih tertidur pulas dalam bus, ketika membuka mata ternyata kami sudahs tiba
di Bangkok tepatnya terminal Mochit. Langsung saja perjalanan kami lanjutkan ke
BTS Chatuchak menuju Bandara Don mueang tanpa ke kota karena uang kami sudah
benar-benar hampir habis, oleh karena itu kami tanpa mampir-mampir lagi biar
kami masih bisa hidup di Thailand...wkwkwkwkwk. Pada saat di terminal Mochit ke
BTS Chatuchak kami menggunakan bus nomor 136 seharga THB 11/orang kemudian di
lanjut dari BTS Chatuchak ke bandara Don Mueang menggunakan bus nomor A2 THB
30/orang. Setibanya di Don Mueang Ainul langsung boarding dan saya menunggu didalam saja karena keberangkatan kami
berbeda dan saya juga nanti transit dulu di Krabi. Uang sudah habis kenapa saya
malah transit di krabi? Jawabannya karena rute tersebut lebih murah daripada
langsung ke Kuala Lumpur pada saat itu. Jadi ceritanya nanti dari Thailand
sebenarnya kami bertemu lagi di Kuala Lumpur dan kemudian lanjut ke Surabaya.
Tetapi saat itu saya dan Ainul tidak bisa bertemu di Kuala Lumpur karena Ainul
transit di Penang, sedangkan bus dari Penang ke Kuala Lumpur harganya cukup
mahal dan itu saya dikasih kabar Ainul tiba-tiba.
Melanjutkan cerita ketika saya masih
di bandara Don Mueang yang menunggu cukup lama dikarenakan keberangkatan pesawat
masih malam hari. Sedangkan siang itu sekitar pukul 09:00 saya sudah tiba di
bandara. Ketika siang tiba tiba-tiba perut sudah mulai meronta-ronta minta
diisi akibat dari kemarin malam saya belum makan nasi sedangkan saya hanya
memiliki uang THB 200 saja, ini seperti chalenge
yang ada di program TV yang saya rasakan. Bagaiaman saya bisa bertahan sampai
besok dengan uang THB 200. Di keadaan inilah memang manusia menjadi smart secara tiba-tiba ...wkwkwkwkwk,
saya memilih untuk keluar dari bandara Don Mueang berjalan kaki mencari wartek
yang menjual makanan dengan harga murah, untung tuhan masih sayang dan
pengertian terhadap umatnya yang kelaparan ini. Saya menemukan wartek yang
cukup murah untuk biaya sekali makan dan minum, kalau tidak salah harganya
sekali makan dan minum THB 50. Selesai makan saya kembali ke bandara untuk
menunggu jam keberangkatan pesawat saya menuju Krabi.
Waktu berlalu dengan cepat
seiring badan yang sudah lemas akhirnya saya flight menuju Krabi malam itu,
sesampai di bandara Krabi saya pikir nanti diluar ada beberapa wartek yang
masih buka ternyata setelah saya lihat di map tempat kehidupan/kota masih jauh
dari bandara sedangkan sekarang pukul 00:00 dini hari. Ok akhirnya saya mencoba
bertahan untuk tetap tidak kelaparan dan saya mensiasati untuk tidur saja di
bandara karena pesawat saya dari Krabi menuju Kuala Lumpur pukul 08:00 pagi,
oleh karena itu saya tidak menginap di kota karena saya mempunyai flight pagi.
Keputusan ini yang sering saya gunakan ketika saya mempunyai flight pagi,
mending saya tidur di bandara daripada menghabiskan uang dikota.
Setibanya di Krabi |
Sepi sekali kayak hati ini |
Berasa uji nyali gessss |
Pagi hari di bandara Krabi dari kejauhan kelihatan bukit-bukit sih itu |
Maybe next mau explore Krabi sih..sepertinya keren pulaunya |
DAY
10
Keesokan harinya pukul 07:00 saya
terbangun menuju boarding dan masih
mempunyai sisa uang THB 150, saya malah lebih memilih membeli souvenir di bandara Krabi yaitu tas
ukuran kecil yang harga THB 100 karena makanan di bandara sangatlah mahal setelah
itu barulah saya flight menuju KL. Setibanya
di Kuala Lumpur waktu itu sekitar pukul 10:00 dan langsung saja saya menuju
pintu keluar dan menuju lantai dasar untuk membeli tiket bus tujuan KL central
seharga RM 12/one way, ketika sampai
KL Central lebih tepatnya NU mall saya ke money
changer yang sebelumnya saya kunjungi karena harganya yang sangat bagus. Waktu
itu saya hanya menukar uang Rp. 300.000 saja dikarenakan saya hanya mempunyai
waktu semalam saja di Kuala Lumpur. Setelah mendapat uang beberapa Ringgit saya
langsung makan enak di KL central, banyak sekali pilihan makanan disini mulai
dari snack sampai makanan berat. Jadi
untuk teman-teman tidak usah bingung mencari makanan atau money changer ketika ada di KL central dan malah saya lebih
menyarankan untuk teman-teman ketika akan tukar uang sebaiknya di KL Central
saja, karena memang waktu itu ratenya
cukup bagus daripada di bandara KLIA.
Selesai makan saya kembali menuju
penginapan yang ada di Bukit Bintang yang sebelumnya saya sudah pesan namanya
GoldBrick menggunakan transportasi MRT dari KL central seharga RM 2.50. Ketika
sampai hostel tersebut Waktu Check in
orangnya sampai hafal muka saya dan akhirnya saya tidak dikenakan biaya inap
turis yang seharusnya ada disetiap penginapan di Malaysia, mungkin dikarenakan saya
kemarin sudah menginap disana sebelumnya dan pihak hostel masih menyimpan rapi
data saya disana. Malam harinya saya hanya menghabiskan waktu di jalan Alor
yang merupakan tempat favorit saya selama ada di Kuala Lumpur dengan duduk di
pinggir jalan sambil menikmati alunan musik dari seniman musik yang lagi tampil
di pinggir jalan sampai larut malam dan setelah itu kembali lagi ke hostel
untuk tidur.
Kedai andalan saat di KL Central |
Nasi lemak with telor + Ayam |
Selalu menjadi malam syahdu di Alor |
DAY
11
Keesokan harinya saya bangun
sekitar pukul 10:00 agak siang memang saya sengaja untuk enakin tidur di hostel
sebelum check out nanti siang. Kemudian
selesai dari check out saya harus kembali
ke KL central menggunakan MRT dari Bukit Tinggi untuk mampir sarapan dulu di
salah satu kedai dekat dengan stasiun MRT KL Central, kemudian selesai kenyang
mengisi perut barulah saya lanjutkan perjalanan menuju bandara KLIA2 menggunakan
bus dengan harga yang sama dengan sebelumnya. Seperti biasa tidak banyak
kegiatan yang saya lakukan di bandara paling hanya main Hp dan merokok saja
setelah itu saya melajutkan perjalanan pulang menuju Surabaya sore harinya.
Begitulah akhir cerita saya
mengikuti festival Songkran di Thailand ke 2 kalinya dan yang pasti dengan
pengalaman baru seperti kenal dengan turis asing dan mengajak mereka untuk ikut
open trip yang sudah saya rencanakan
sebelumnya hingga sampai sekarang saya masih aktif berkabar dengan mereka.
Jujur saja ini merupakan liburan keluar negeri saya yang cukup lama hampir 2
minggu dan yang pasti pengeluaran yang jauh lebih banyak dari trip-trip saya ke
luar negeri sebelumnya. Saya teringat kalimat sesorang yaitu “Muda berkelana,
Tua bercerita” kalimat ini yang membuat saya lebih semangat lagi untuk eksplor wisata
alam yang sangat indah ini. Tinggal kita sebagai generasi penerus yang harus bisa
menjaganya agar anak cucu kita nanti bisa menikmatinya juga. Jangan lupa untuk
terus mengikuti cerita perjalanan saya selanjutnya, semoga tulisan ini bisa
memotivasi dan mempunyai pengaruh baik bagi teman-teman yang membaca. “Do it
now or nothing”
0 komentar