Siapa
diantara kalian yang belum pernah ke Dieng atau belum pernah mendengar
nama tempat tersebut, kalau belum pernah kesana maka teman-teman harus bergegas
dan angkat ransel kalian buat mengexplore daerah Dieng. Dataran tinggi Dieng
merupakan daerah populer tertinggi yang sering dikunjungi wisatawan lokal
maupun dari luar negeri, jadi patutlah dataran tinggi Dieng mendapat julukan
sebagai negeri diatas awan karena terletak diketinggian sekitar 2000mdpl bahkan
didataran tinggi Dieng pernah mencapai suhu 0º bahkan sampai minus disekitar
bulan Agustus.
Tidak
ada kata bosan bagi saya untuk mengunjungi dataran tinggi Dieng yang selalu
membuat rindu akan suasananya, saya pribadi sudah 4 kali ini mengunjungi dataran
tinggi Dieng. Malah saya ingin sekali untuk tinggal lebih lama didaerah ini.
Banyak sekali tempat wisata yang harus dikunjungi di dataran tinggi Dieng
misalnya gunung Prau, Sikunir, Batu ratapan pandang, kawah sikidang, telaga
warna, dan masih banyak tempat wisata lainnya. Beberapa tempat wisata Dieng
yang sudah pernah saya kunjungi sebelumnya sudah pernah saya bahas (disini). Disamping tempat
wisata yang harus dikunjungi teman-teman juga harus mencoba beberapa makanan khas
seperti mie onglok, manisan carica, purwaceng, kacang Dieng dan masih banyak
lagi. Belum lengkap rasanya kalau lagi berwisata ketempat baru tanpa dengan
kuliner asli setempat.
Kunjungan
keempat saya ke dataran tinggi Dieng ini berawal dari Muzaki yang lagi pulang
ke Gresik menyuruh teman saya yang bernama Ajib untuk main ke Solo, kemudian topik
pembicaraan yang saya dengar mulai membahas wisata disekitar kawasan Dieng
soalnya Muzaki lagi ambil cuti waktu itu dan kebetulan Ajib ingin mengunjungi
wisata Batu ratapan pandang dengan jembatan merah putihnya. Setelah beberapa
lama membahas wisata di kawasan Dieng munculah sebuah kesepakatan yaitu saya
dan Ajib memutuskan untuk pergi ke Dieng tetapi singgah ke Solo terlebih dahulu
untuk istirahat sebentar di kos Muzaki dan barulah kami berangkat ke Dieng dari
Solo bersama.
Waktu
itu saya, Ajib dan 1 temannya berangkat malam hari tidak seperti biasanya yang
selalu berangkat pagi hari saat pergi liburan, karena saat itu kami hanya
mempunyai sedikit waktu untuk pergi ke Dieng. Rencana yang kami susun rapi
yaitu hari Jum’at malam berangkat dari Gresik dan Minggu malam harus sudah ada
di Gresik karena hari Senin Ajib harus kembali bekerja, oleh sebab itu kami
harus menyusun rencana seefektif mungkin. Perjalanan berawal dari Gresik pukul
20:00 yang harusnya berangkat pukul 19:00 sesuai rencana awal. Perjalanan
menuju Solo seperti biasa saya melewati Bunder, Lamongan, Babat, Bojonegoro,
Cepu, Ngawi, Sragen, Karanganyar, dan terakhir Solo. Perjalanan liburan ke
Dieng seperti biasa saya tetap membawa motor andalan yaitu si Mio J yang selalu
saya bawa touring kemanapun perginya karena sudah nyaman dan pastinya irit
bahan bakar. Waktu itu Ajib berbonceng dengan temannya membawa motor sendiri
jadi kondisinya kami membawa 2 motor saja. Start dari Gresik kondisi bensin motor
kami hanya setengah tangki dan bertahan sampai Bojonegoro, disana kami mengisi
bensin Rp. 20.000 setelah itu lanjut perjalanan lagi seperti biasa. Perjalanan
malam itu terasa dingin karena angin malam yang berhembus kencang sehingga
membuat mata saya mulai sedikit mengantuk. Ditengah perjalanan kami memutuskan
untuk berhenti sejenak di spot andalan saya yaitu perbatasan provinsi Jawa
Timur – Jawa Tengah sambil meminum sedikit air segar ataupun kopi hasil membeli
di indomaret perbatasan sembari menghilangkan kantuk yang melanda.
Sedikit
pesan buat kalian yang suka touring atau sedang berkendara ketika kantuk
menyerang sebaiknya menepikan kendaraan atau mencari tempat peristirahatan yang
nyaman demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan waktu dijalan. Tempat
istirahat yang dipilih biasanya kebanyakan di supermarket karena bisa juga
sambil beli kopi untuk mengusir rasa kantuk dan tempat lainnya yaitu pom bensin
karena disana teman-teman bisa merebahkan badan sejenak di mushola sekalian untuk
sholat juga bagi yang muslim.
Selesai
dari istirahat di perbatasan provinsi sekitar pukul 23:00 kami melanjutkan perjalanan
kembali hingga tiba di kota Solo tepatnya di kos Muzaki, sesampainya di kos
Muzaki sekitar pukul 02:00 kami langsung memilih istirahat untuk mengumpulkan
energi kembali karena rencana awal berangkat ke Dieng dari Solo sekitar pukul
05:00 pagi. Selang beberapa jam dari tidur pulas kami alarm handphone berbunyi saling
bergantian yang menandakan untuk persiapan berangkat, tetapi kami semua masih
terjaga dalam tidur yang lelap dikarenakan masih kelelahan perjalanan sebelumnya
memakan waktu sekitar 6 jam untuk sampai di kota Solo. Mata saya terbuka
pertama kali sekitar pukul 06:00 dan langsung bergegas membangunkan yang lain
untuk bersiap-siap. Waktu itu kami semua berangkat dengan kondisi belum mandi
hanya cuci muka dan gosok gigi saja. Selesai mempersiapkan semuanya sekitar
pukul 07:00 barulah kami berangkat dengan terlebih dahulu mengisi bahan bakar
di salah satu pom bensin di dekat kos Muzaki Rp. 20.000, setelah itu melanjutkan
perjalanan lagi hingga sesampainya di daerah Boyolali kami berhenti sebentar untuk
mencari warung makan karena kami semua sudah kelaparan. Selesai sarapan pagi
kami langsung melanjutkan perjalanan dengan suasana pagi yang masih segar, sekeliling
jalan bewarna hijau, dan ditambah sedikit kabut tipis yang menyelimuti. Sesampainya
di daerah Parakan atau sudah dekat dengan Wonosobo kami memilih untuk istirahat
di salah satu pom bensin karena semua sudah merasa lelah. Selesai dari istirahat
kami melanjutkan perjalanan kembali hingga sampai gapura pintu masuk kawasan
dataran tinggi Dieng sekitar pukul 11:00, disana kami berhenti sebentar untuk
foto di gapura tersebut dan lanjut lagi sampai di kawasan wisatanya. Masuk
kawasan wisatanya terlebih dahulu harus membayar retribusi Rp. 15.000/ orang + motor. Selesai mengurus administrasi kami langsung
menuju destinasi pertama yaitu Batu ratapan pandang untuk mengabulkan
permintaan teman saya Ajib.
Lagi istirahat di daerah Parakan |
Bukan jembatan Suramadu |
Didepan gapura Dieng |
Mio J ikut foto di gapura masuk Dieng |
Tiket masuk kawasan wisata Dieng |
Sebelum masuk ke Batu ratapan pandang harus membayar tiket masuk terlebih dahulu Rp. 10.000/orang dan parkir Rp. 5.000/motor. Sesudah membeli tiket masuk kami langsung menuju spot Batu ratapan pandang dan berfoto di bongkahan batu dengan view telaga warna dibelakangnya. Waktu itu pengunjung Batu ratapan pandang tidak terlalu ramai, jadi untuk antri di spot bongkahan batu tersebut tidak terlalu lama. Selesai mengabulkan permintaan Ajib untuk foto di spot favorit batu ratapan pandang dengan view yang ditawarkan telaga warna kami melanjutkan perjalanan menuju jembatan merah putih yang tidak jauh dari spot sebelumnya. Disini Ajib mencoba menyebrangi jembatan merah putih dengan tiket masuk sebesar Rp. 15.000/orang. Kebetulan dia waktu itu mendapat antrian paling akhir dan tidak ada pengunjung lagi yang menyebrangi jembatan tersebut, jadi dia bisa foto sepuasnya sampai bosan dengan berbagai gaya dari yang biasa sampai paliang alay.
Selesai
dari jembatan merah putih kami langsung turun dan menuju depan terminal Dieng
untuk foto di tulisan “welcome to Dieng” itu merupakan keinginan saya selama
bertahun-tahun mengunjungi Dieng belum pernah kesampaian foto si Mio J disana,
seteah itu barulah menuju rumah kediaman mas Dedi yang pernah saya singgahi bersama
Muzaki di acara Dieng Culture Festival tahun 2016. Sesampai di kediaman mas
Dedi kami mengobrol dengan orang rumah untuk mencairkan suasana kembali yang
dulu sempat saya rasakan sebelumnya. Selesai mengobrol kami disuruh masuk kedalam
ruangan untuk istirahat karena pukul 04:00 pagi kami harus menuju bukit Sikunir
yang terkenal dengan Golden Sunrisenya.
Beli tiket masuk di Batu ratapan pandang |
Spot favourite Batu ratapan pandang |
Ternyata ada spot baru di bawah sana |
Menuju spot selanjutnya yaitu Jembatan Merah-Putih |
View belakang Jembatan Merah-Putih |
Akhirnya tersampaikan si Mio J foto disini |
Alarm
handphone di pagi buta sudah berdering menunjukan pukul 03.30, saya beranjak
dari tempat tidur dan membangunkan yang lain. Dengan susah payah membangunkan
mereka akhirnya kami semua siap dan berangkat dari rumah mas Dedi sekitar pukul
04:15 menggunakan motor. Waktu itu saya merasa kedinginan karena memang udara
pagi hari disana sangat dingin ditambah kami harus memacu motor menuju bukit
Sikunir menambah rasa dingin dari angin
yang berhembus kencang rasanya sampai menusuk tulang. Perjalanan dari rumah mas
Dedi menuju bukit Sikunir sangat sepi hanya waktu itu kami sempat bertemu
dengan 2 mobil yang juga mengarah menuju ke bukit Sikunir juga, setibanya di
kawasan pintu masuk bukit Sikunir barulah keadaan berubah menjadi sangat ramai dengan
ditunjukan antrian kendaraan yang begitu panjang. Langsung saja kami di suruh
bayar tiket masuk Rp. 10.000/orang dan menuju ke parkiran motor dikenakan tarif
Rp. 5.000/motor.
Mempersiapkan stamina untuk memburu Golden Sunrise |
Setelah memarkir motor kami langsung saja treking menuju bukit Sikunir tanpa ada streaching terlebih dahulu, start dari parkiran sekitar pukul 04:40 dan langsung hajar sampai puncak Sikunir. Keadaan awal perjalanan dari parkiran motor banyak beberapa warung yang menjual makanan, minuman, syal, sarung tangan, dan masih banyak yang lainnya. Saya menemukan beberapa orang yang masih singgah diwarung untuk menghangatkan badan. Dipertengahan jalan tiba-tiba nafas saya sudah mulai tidak teratur, kaki mulai lemas, kepala sedikit pusing, dan jantung berdetak sangat cepat. Mungkin karena kami yang terlalu terburu-buru mengejar sunrise tanpa melakukan streching terlebih dahulu ditambah kondisi jalan menuju bukit yang terus menanjak dari start awal sampai puncak. Melihat kondisi seperti ini saya memutuskan untuk istirahat sebentar sekitar 5 kali dengan jeda istirahat sekitar 2-3 menit saja dan teman saya yang lain masih terus berjalan dengan perlahan.
Setelah
melewati jalan tanjakan cukup lama akhirnya kami tiba di puncak sekitar pukul
05:10 dengan kondisi awan yang sudah mulai berubah sedikit menguning karena
tersibak dengan cahaya matahari yang perlahan mulai menampakan kemegahannya di
dataran tinggi Dieng. Momen yang di tunggu-tunggu oleh semua orang di bukit
Sikunir akhirnya tercapai yaitu mengamati dan menunggu proses muncul sampai
terbentuknya sang surya di bukit Sikunir yang sangat menakjubkan itu. Waktu itu
saya sangat bersyukur bisa melihat golden sunrise untuk kedua kalinya di bukit
Sikunir. Ketika matahari sudah mulai menyinari kawasan Dieng kami langsung
mengabadikan momen dengan berfoto dan membuat video sepuasnya. Sekedar
informasi untuk kalian yang muslim apabila tidak ingin meninggalkan ibadahnya
tidak perlu khawatir karena di puncak sudah disediakan tempat untuk beribadah,
jadi untuk para pendaki tetap bisa beribadah diatas puncak bukit Sikunir dengan
tenang tanpa meninggalkan ibadahnya.
The Most Beautiful Golden Sunrise from Sikunir |
Puas
setelah melihat golden sunrise dan indahnya bukit Sikunir kami langsung turun
dari bukit Sikunir menuju parkiran untuk menikmati hangatnya kopi dan gorengan dengan
view pemandangan telaga dan bukit-bukit. Kapan lagi menikmati kopi sambil makan
gorengan yang masih hangat di pagi hari dengan view yang sangat menakjubkan
seperti ini. Selesai menikmati hidangan di area parkiran kami kembali menuju
rumah mas Dedi untuk berkemas dan melanjutkan perjalanan ke kota Solo. Waktu
itu kami meninggalkan dataran tinggi Dieng sekitar pukul 10:00 dan sesampainya
di kota Solo pukul 16:00. Didaerah Magelang kami sempat mengisi bensin Rp.
25.000 sekalian untuk istirahat sebentar, dan kebetulan dari daerah Magelang
sampai kota Solo kami kehujanan sepanjang jalan. Sekitar pukul 17:00 Ajib dan temannya terlebih
dahulu pulang ke Gresik karena besoknya harus kerja, sebenarnya saya juga
berniat untuk kembali ke Gresik bersama mereka berhubung kepala sedikit pusing
dan badan drop dikarenakan perjalanan dari Magelang sampai Solo diterpa hujan
terus-menerus akhirnya saya memutuskan untuk kembali ke Gresik keesokan
harinya.
Biar tidak bosan waktu menuruni bukit Sikunir |
Sampainya dibawah disambut oleh seniman musik warga setempat |
Breakfast with amazing view |
Keesokan harinya sekitar pukul 07:00 saya
pamit untuk kembali ke Gresik dengan disambut cuaca kota Solo pagi itu yang
masih sedikit berkabut dan mendung, tak heran diperjalanan masih di daerah
Karanganyar mata saya masih terasa berat ditambah dengan semilir angin yang
berhembus pagi itu. Sesampai di daerah Bojonegoro saya berhenti sejenak di
salah satu pom untuk mengisi bensin Rp. 25.000 dan langsung saja saya
meneruskan perjalanan hingga sampai di rumah sekitar pukul 13:00. Sesampainya
dirumah saya langsung mencari kasur untuk kembali istirahat karena masih merasa
lelah.
Begitulah
akhir cerita memburu golden sunrise di bukit Sikunir dimana bersemayamnya para dewa dan dewi, jangan lupa untuk terus
mengikuti perjalanan wisata saya selanjutnya mengexplore alam Indonesia yang sangat indah ini.
Rincian
Biaya :
Isi
bensin di Bojonegoro Rp. 20.000
Isi
bensin di Solo Rp.20.000
Tiket
masuk kawasan wisata Dieng Rp. 15.000/orang + motor
Tiket
masuk Batu ratapan pandang Rp. 10.000/orang
Biaya parkir
di Batu ratapan pandang Rp. 5.000/motor
Tiket Jembatan merah putih Rp. 15.000/orang
Tiket
masuk bukit Sikunir Rp. 10.000/orang
Biaya parkir
kendaraan di Sikunir Rp. 5.000/motor
Isi
Bensin di Magelang Rp. 25.000
Isi
Bensin di Bojonegoro Rp. 25.000
Total
biaya : Rp. 150.000
1 komentar
schick quattro titanium - Titanium Art
BalasHapusschick quattro titanium SKU: 154590. Description: SKU: 154590. SKU: 154590. SKU: 154590. SKU: 154590. SKU: 174590. SKU: 154590. SKU: 154590. 토토 사이트 추천 SKU: 174590. SKU: 124590. SKU: 154590. SKU: westcott titanium scissors 164590. SKU: 164590. SKU: 154590. SKU: babyliss titanium flat iron 154590. SKU: 154590. SKU: 154590. SKU: 154590. titanium watch SKU: 154590. SKU: citizen titanium watch 154590. SKU: 154590. SKU: 154590. SKU: 154590