Berawal dari keinginan saya untuk
mengetahui dan merasakan suasana pada acara Dieng Culture Festival yang
diadakan di daerah Dieng yang didalamnya terdapat beberapa rangkaian acara yang
membuat saya tertarik dalam acara DCF ( Dieng Culture Festival ) yakni Jazz
atas awan, penerbangan lampion, dan acara utamanya yaitu pemotongan rambut
gimbal anak Dieng. Sebelum tahu apa itu acara DCF, saya pertamakali diberitahu
oleh salah satu teman saya yang pernah mengikuti acara ini sebelumnya dan
ditambah beberapa informasi yang saya lihat di beberapa media sosial. Ternyata
rangkaian acaranya membuat saya tertarik untuk pertamakalinya dan kebetulan
teman saya mengajak saya untuk ikut meramaikan acara tersebut bulan Agustus
ini. Tanpa berfikir panjang saya langsung menyetujui ajakan teman saya tersebut
karena saya juga belum pernah merasakan acara seperti itu sebelumnya ditambah
rasa penasaran saya yang sangat tinggi akan hal yang belum saya ketahui
sebelumnya.
Partner saya untuk ke Dieng kali
ini namanya Muzaki yang lagi kuliah dan kos di Solo sebenarnya asli Gresik,
jadi rencana saya adalah berangkat tanggal 5 agustus sekitar selesai subuh
pukul 05:00 dan menuju ke kos teman saya dan bermalam di Solo. Trip ke Dieng
ini saya tetap menggunakan motor kesayangan yang sering saya gunakan untuk
touring ke beberapa kota sebelumnya. Sebelum berangkat ke Solo bensin motor
sudah keadaan full malamnya biar pas berangkat tidak mampir-mampir ke Pom
bensin dan biar tahu seberapa banyak pengeluaran untuk biaya bensinnya.
Perjalanan menuju Solo kali ini
saya diberitahu teman saya bahwa lewat jalur Bojonegoro saja dengan alasan
lebih cepat, jadi untuk menuju Solo saya melewati beberapa kota yaitu Lamongan,
Bojonegoro, Cepu, Ngawi, dan terakhir Solo. Perjalanan seperti biasa melewati
pemandangan hijau yang menyejukan mata yang masih mengantuk pagi itu. Sesampai
di perbatasan jawa timur-jawa tengah waktu itu sekitar pukul 09:00 saya
berhenti sebentar untuk beristirahat setelah berjam-jam diatas motor. Sambil
beristirahat saya menyempatkan untuk berfoto terlebih dahulu diperbatasan ini
sambil update sosmed bentar biar eksis...hehehehee... Selesai beristirahat dan
mendinginkan mesin motor sejenak perjalanan saya lanjutkan kembali, tidak jauh
dari perbatasan antara provinsi jawatimur-jawa tengah saya sempat untuk mengisi
bensin full sekitar Rp. 25.000. Selesai isi bensin saya lanjutkan perjalanan
hingga sampai juga di Solo sekitar pukul 10:50 di kos teman saya. Sampai kos langsung
diajak makan didekat kosnya setelah itu saya memutuskan untuk istirahat karena
malamnya nanti akan diajak ngopi di daerah magetan yang katanya suasananya yang
pas buat ngopi di malam hari.
Rehat sejenak di perbatasan provinsi |
Waktu berjalan begitu cepat dan
hari mulai gelap, waktu itu saya bangun-bangun ternyata sudah maghrib dan badan
terasa masih capek akibat 6 jam perjalanan dari kota Gresik-Solo. Setelah
bangun saya langsung bergegas mandi dan sholat setelah itu langsung berangkat
ke tempat ngopi yang dijanjikan teman saya sebelumnya, waktu itu berangkat dari
kos sekitar pukul 19:00 dan sampai tempat ngopi sekitar pukul 22:00 karena di
pertengahan jalan kami sempat berteduh dikarenakan hujan yang sangat lebat dan
tidak memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan. Perjalanan dilanjutkan setelah
menunggu hujan reda, dan ternyata baru saya sadari bahwa tempat kami ngopi itu
melewati perbatasan jawa timur-jawa tengah kembali. Jadi seharian ini saya
bolak-balik melewati perbatasan antara jawa timur-jawa tengah sebanyak 3 kali.
Ditempat ngopi kami bercerita sana-sini sambil menikmati udara yang dingin
ditemani kopi dan tahu goreng panas Rp 10.000....suasana yang benar-benar pas
untuk ngopi malam ini. Setelah puas menikmati kopi dan udara dingin disini kami
memutuskan untuk kembali waktu itu sekitar pukul 00:00 kami balik dari tempat
ngopi. Waktu itu kami tidak langsung ke kos dulu melainkan mampir ke rumah salah
satu temanMuzaki untuk meminjam peralatan camp seperti carier, tenda, SB, dan
lampu untuk jaga-jaga di Dieng apabila nanti tidak dapat penginapan bisa langsung
buka tenda. Setelah dari pinjam peralatan camp Muzaki mengajak untuk makan
terlebih dahulu di dekat salah satu pasar dekat kos. Setelah makan barulah kami
menuju kos dan sampai kos waktu itu sekitar pukul 03:00 pagidan kami langsung
istirahat untuk mempersiapkan stamina kami menuju Dieng.
HARI KE 1
Pagi itu tanggal 6 Agustus kami
bangun pukul 07:30 dengan badan yang masih capek akibat pergi ke tempat ngopi
yang lumayan jauh bagi saya..gimana nggak jauh, ngopi aja membutuhkan 3jam
perjalanan dan kebayang kalau PP sekitar 5-6jam an...hahahaha...tapi semua itu
terbayar sih dengan suasana yang medukung disana waktu itu. Melanjutkan setelah
bangun pagi kami langsung mandi dan mempersiapkan semua perlengkapan yang harus
dibawa sekalian untuk sarapan sebelum melanjutkan perjalanan menuju Dieng. Kami
berangkat dari kos tepat pukul 10:00 tetapi waktu itu kami mampir di pasar gede
terlebih dahulu untuk membeli tembakau. Pembelian tembakau ini sebenarnya dari
keinginan saya yang ingin mencoba merokok menggunakan tembakau langsung tanpa
ada campuran bahan kimia seperti rokok-rokok yang dijual di supermarket dan
toko-toko biasanya. Jadi untuk merokok menggunakan tembakau langsung ini yang
pasti harus melinting kertas berisi tembakau dan kemudian nantinya akan
berbentuk layaknya seperti rokok biasanya, jadi disini saya mendapatkan
pelajaran atau pengalaman baru yaitu melinting/membuat rokok sendiri. Tembakau
ini nantinya akan digunakan di Dieng sebagai penghangat disaat kami merasa
kedinginan, pada waktu itu kami membeli beberapa macam tembakau mulai dari yang
menthol sampai rokok menyan...baru kali ini saya dengar yang namanya rokok
menyan...hiii seremmm. Belanja tembakau di pasar saat itu habis sekitar Rp.
60.000 dengan mendapatkan tembakau gudang garam, menthol, rokok menyan, dan
kertas bungkus tembakau.
Lagi belanja tembakau |
Tinggal pilih tembakau kesukaan |
Setelah membeli macam-macam
tembakau kami mampir ke pom bensin terdekat untuk mengisi bensin sampai full
agar nantinya kami bisa tahu berapa banyak uang untuk bensin ini, waktu itu
kami hanya mengisi bensin Rp. 20.000 karena masih ada bensin sisa sebelumnya.
Kemudian selesai dari mengisi bensin kami langsung tancap gas menuju Dieng
dengan jalur yang kami lewati nantinya yaitu Solo, Boyolali, Salatiga,
Magelang, Temanggung, Wonosobo, dan terakhir Dieng. Perjalanan kami kali ini
melewati hamparan hijau yang luas seperti sawah dan juga gunung andong, jalur
ini sangat tidak membosankan daripada harus menggunakan jalur utama. Sekitar
pukul 12:00 kami memutuskan untuk berhenti di daerah Magelang untuk menunaikan
sholat jum’at dan sekalian untuk beristirahat sejenak. Setelah selesai sholat
jum’at kami melanjutkan perjalanan kembali waktu itu sekitar pukul 13:00 dan
pukul 14:00 kami kembali berhenti di daerah dekat dengan Wonosobo yaitu di
pasar legi untuk membeli tembakau kembali, karena teman saya ini mencari
tembakau yang usianya sudah lama dan alhasil kami menemukan tembakau yang cukup
mantap buat kami bawa ke dieng, Kalau tidak salah nama tembakaunya yaitu
“Sindoro” seperti nama gunung yah....yang harganya Rp. 35.000/ons waktu itu
kami hanya membeli 2ons saja yang nantinya dapat dibagi buat oleh-oleh teman yang
ada di rumah.
Muzaki lagi pilih tembakau yang cocok |
Setelah dari pasar legi kami
melanjutkan perjalanan kembali sekitar pukul 14:30 dengan melewati view yang
tidak bosan-bosannya yaitu hamparan hijau di tambah gunung sumbing dan sindoro.
Setelah melewati gunung tersebut sampailah kami di Wonosobo kota sekitar pukul
15:30 dan sekalian mampir untuk membeli bensin Rp. 25.000 karena bensin pada
motor saya sudah hampir habis. Selesai mengisi bensin kami mampir ke tempat teman
saya yang ada di Wonosobo yang kebetulan dia adalah teman saya dari Gresik yang
sedang bekerja di Wonosobo, jadi kami sempatkan untuk bertemu sebentar sekalian
untuk beristirahat sambil makan jajanan RP. 10.000 disana dan sholat.
View gunung Sindoro |
Waktu tak terasa berjalan begitu
cepat ditambah udara semakin dingin waktu itu pukul 18:00 kami berpamitan untuk
meneruskan perjalanan kami menuju Dieng yang hanya beberapa menit dari
Wonosobo. Pada pukul 19:00 sampailah kami di Dieng dengan suhu udara yang
menurut saya cukup dingin ditambah ban motor saya bocor waktu itu, berhubung
sudah malam maka tidak ada tambal ban yang buka kami langsung menuju tempat
penginapan. Waktu itu kami bermalam di rumah teman yang kebetulan dia adalah
salah satu pengisi acara di DCF sebagai dalang, namanya adalah Dedi. Menurut
cerita dia sudah mengikuti acara tahunan ini tanpa pernah absen sebagai dalang
disana...jarang banget emang ada anak muda yang mau sebagai dalang dijaman
ini...saya akuin jempol deh buat mas Dedi karena masih mau untuk melestarikan
kebudayaan Indonesia.
Setelah masuk di rumah mas Dedi
ternyata ada 3 anak lain yang berasal dari ISI solo yang dimintai mas Dedi
untuk membantunya sebagai sinden pas acara wayang berlangsung. Suasana semakin
hangat karena keluarga mas Dedi yang sangat ramah ditambah teman baru dari
Solo, seperti biasa kami berkenalan dan ngobrol kesana-kemari hingga waktu tak
terasa semakin larut. Waktu itu pukul 21:00 mas Dedi mengajak kami semua menuju
komplek candi arjuna dimana nantinya ada sebuah acara musik jazz. Setelah kami
mulai dekat di area tersebut banyak sekali muda-mudi dari berbagai penjuru kota
yang ingin merasakan jazz diatas awan ini. Setelah sampai dilokasi kepadatan
orang semakin bertambah disana karena banyak sekali acara yang disuguhkan pada
saat event DCF malam ini seperti Jazz diatas awan, tari sintren,dll. Di area ini
banyak sekali stand yang menjual dari perlengkapan outdoor, snack, minuman
panas, oleh-oleh khas dieng. Jadi buat temen-temen tidak usah bingung ketika
berada disini karena semua yang diinginkan malam ini sudah tersedia disini,
pada waktu itu saya di jazz gunung hanya membeli kopi panas Rp. 10.000. Setelah
dirasa puas menikmati jazz atas awan kami memutuskan untuk kembali ke rumah
sekitar pukul 23:00 dan langsung beristirahat karena kami masih merasa capek
perjalanan hari ini yang dimulai dari Solo-Dieng.
Dinginnya es krim kalah sama dinginnya suhu di Dieng malam itu |
Suasana jazz gunung malam pertama |
Salah satu stand kopi yang saya datangi |
Foto duluk yakkk |
HARI KE 2
Keesokan harinya pukul 07:30 kami
dibangunkan oleh mas Dedi dan diajak ke bukit scotter untuk jalan-jalan di
ladangnya sambil mengambil beberapa sayuran yang siap dipanen untuk dijadikan
lauk sarapan pagi itu. Setelah dibangunkan mas Dedi kami semua bergiliran untuk
mandi dan beberapa teman lain ada yang tidak mandi karena air disini terasa
dingin sekali seperti air dari es batu, karena saya mandi pertamakali dan
merasakan dingin luar biasa air Dieng di pagi hari. Tidak ada kesegaran yang
saya dapat mandi di pagi hari waktu itu, melainkan rasa sakit yang saya dapat
ketika mengguyurkan air dari bakmandi ke badan saya.....untuk siraman pertama
memang membuat badan saya menggigil tapi setelah itu badan sudah bisa menerima
dengan baik tapi tetap saja masih merasakan sakit di beberapa titik badan.
Setelah mandi saya langsung bergegas untuk ganti baju dan berangkat
bersama-sama ke bukit scotter sekitar pukul 09:00. Perjalanan ke bukit scotter pertamanya
tidak begitu terjal, tapi lama kelamaan perjalanan semakin berat karena jalan
yang mulai sedikit demi sedikit mulai terjal. Ada salah satu teman saya yang
dari ISI cewek nampaknya sudah mulai kelelahan pada start awal naik bukit
scotter ini. Akhirnya mas Dedi menyuruh teman kampungnya untuk membawa motor
dan menggonceng teman saya itu untuk sampai di bukit scotter. Untuk masuk ke
bukit scotter ini awalnya dikenakan biaya Rp. 5.000/orang berhubung kami adalah
tamu dari mas Dedi alhasil kami di gratiskan masuk dengan cara Muzaki membawa
semacam Golok dan karung dan melihatkan kepada penjaga yang ada di pintu masuk
bukit scotter dengan bilang “saya disuruh mas Dedi ambil hasil ladangnya” dan
langsung penjaganya mengizinkan kami semua tanpa dipungut biaya.
Tidur dirumah pakek SB |
Otw bukit scotter |
Salah satu aktivitas warga Dieng yaitu lagi panen |
Setelah sampai diareal parkiran
bukit scotter kami mulai menyusuri jalan setapak karena dikanan dan kiri jalan
adalah ladang milik warga setempat yang ditanami sayuran mulai dari kentang,
lombok, wortel, dll. Kami sangat senang pagi ini karena secara tidak langsung
sudah melakukan salah satu aktivitas warga Dieng sehari-harinya yaitu bercocok
tanam. Setelah melewati jalanan setapak yang berliku-liku sampailah kami
diladang milik mas Dedi, ladang yang dimiliki cukup luas karena banyak sekali
sayuran yang ditanam diladang ini. Waktu itu kami mengambil beberapa sayuran
seperti wortel, lombok, daun bawang, kentang, dan buah carica. Setelah karung
sudah terisi cukup banyak kami memutuskan untuk kembali kerumah dan melanjutkan
aktivitas berikutnya yaitu masak-masak. Pada saat di bukit scotter kami tidak
lupa untuk mengabadikan momment pagi ini dengan berfoto dan membuat beberapa
video, setelah itu pukul 11:00 kami menuju rumah dengan membawa hasil panen
kali ini.
Jalan setapak untuk menuju ladang |
Hasil jarahan hari ini |
Otw pulang dari ladang |
Nice view |
Warga setempat lagi berjemur ^^ |
Sesampainya dirumah mas Dedi kami
langsung membagi tugas untuk masak-masak kali ini, ada yang membuat sambal, ada
yang bagian penggorengan,ada juga yang nonton aja...hahahahaha. Setelah masakan
sudah matang keluarga mas Dedi dan kami semua yang bermalam di rumah mas Dedi
langsung berkumpul dan makan bersama-sama. Sungguh menjadi momment yang hangat
dengan keluarga baru dan teman baru di rumah ini, yang awalnya tidak kenal
menjadi kenal. kami semua makan sangat lahap dan sedikit merasakan hal yang berbeda
karena usaha kami semua mengambil hasil
panen dan kemudian kami masak bersama hal itu lah yang saya rasakan terasa
sangat special dan beda daripada makan sebelum-sebelumnya. Setelah selesai
makan kami sedikit mengobrol-ngobrol dan ditambah candatawa yang menjadikan
suasana terasa lebih hangat dan menjadi lebih kekeluargaan, setelah itu kami
semua balik ke ruangan istirahat dan melakukan aktivitas masing-masing ada yang
jalan-jalan, ada yang maen Hp, ada juga yang balik molor...hahahaha.
Ini nih kreatif, bakar sosis di penghangat ruangan |
Kangen suasana makan bareng kayak gini lagi |
Waktu terasa sangat cepat dan
takterasa sudah sore yang waktu itu menunjukan pukul 15:30, saya dan Muzaki
sebelumnya ada plan untuk mencari tambal ban karena sebelum sampai ke rumah mas
Dedi ban motor saya bocor dan disekitar rumah mas Dedi waktu itu tidak ada
tambal ban yang buka dikarenakan sudah malam hari, oleh sebab itu kemarin
motornya langsung saya bawa kerumah mas Dedi dan hari ini kami ingin mencari
tambal ban agar tidak kepikiran waktu akan balik ke Solo nantinya. Setelah dari
Sholat ashar kami keluar untuk mencari tambal ban dan untungnya menemukan
tambal ban yang masih bukak karena masih sore, soalnya kalau hari mulai gelap
jalanan disini semakin dipadati oleh orang-orang yang ikut merayakan DCF.
Selesai menambal ban kami membayar Rp. 8.000 dan balik ke rumah mas Dedi lagi
sambil bersantai menunggu malam datang, yang awalnya saya hanya bermain HP
malah ketiduran lagi...hahahaha...maklum suasana disini paling enak buat molor.
Waktu itu saya bangun lagi sekitar pukul 20:00 gara-gara dibangunin buat
nganter mas Dedi yang malam ini akan tampil di acara DCF, kami berangkat
ramai-ramai waktu itu sembari menghantarkan mas Dedi menuju lokasi wayang.
Waktu itu kami serasa body guard yang lagi mengawal dalang yang nantinya tampil
di acara pewayangan malam ini.
Setelah sampai di lokasi
pewayangan mas Dedi langsung menuju stage dan kami mulai berpencar ada yang
menonton wayang dan ada yang menuju lokasi jazz beserta lampion. Waktu itu saya
dan Muzaki pergi untuk ke tempat jazz nya karena anak-anak yang dari ISI
dimintai mas Dedi untuk menjadi sinden nya maka dari itu kami berpencar.
Sesampainya di pintu masuk saya sangat kaget karena banyak sekali orang-orang
yang ingin menonton jazz malam ini, terlihat sangat jauh lebih banyak dari
malam kemarin yang mungkin bisa menjadi 3x lipat dari malam kemarin. Untuk
mendekati pintu masuk saja mengantri lumayan lama karena ada beberapa orang
yang ingin keluar juga dari arah yang berlawanan sedangkan pintu masuknya tidak
begitu lebar dan waktu itu menyebabkan orang saling dorong. Sungguh disayangkan
DCF yang saya ikuti pertama kali ini karena di malam terakhir suasana tidak terkendali
daripada malam kemarin sehingga menimbulkan beberapa keributan akibat saling
dorong. Mungkin dikarenakan malam ini adalah malam terakhir acara DCF tahun ini
ditambah dengan adanya pesta lampion plus bintang tamu jazz malam ini adalah
Anji X drive yang membuat suasana semakin ramai di areal stage musik jazz.
Waktu itu saya dan Muzaki masuk kedalam hanya meminum kopi seharga Rp. 10.000 dan
menikmati pemandangan lampion yang bertebaran di langit Dieng dan langsung
balik ke rumah mas Dedi karena kondisinya yang terlalu ramai dan tidak bisa
menikmati acara musik jazz malam ini, waktu itu saya sampai rumah sekitar pukul
22:00 dan memilih untuk menghangatkan badan di ruangan saja lagipula malam
sebelumnya saya sudah menikmati musik jazz dengan puas dan tidak terlalu ramai
seperti hari ini. Dari awal memang saya sudah plan untuk malam ini hanya melihat
pesta lampion saja dan itu sudah terpenuhi, oleh sebab itu saya langsung balik
ke rumah dan beristirahat sampai besok pagi.
Pesta lampion |
Cahaya di langit Dieng |
HARI KE 3
Keesokan paginya pukul 07:00 saya
bangun terlebih dahulu daripada anak-anak yang lain dikarenakan yang lain pulang
pagi sekitar pukul 02:00 dari acara DCF dan mungkin masih merasa kelelahan kali
yah oleh sebab itu jam segini mereka masih belum bangun. Setelah bangun pagi
saya mencoba untuk berjalan-jalan sebentar didepan rumah biar badan nggak
merasa kedinginan dan sambil menunggu acara DCF pagi ini yaitu arak-arakan anak
yang memiliki rambut gimbal, arak-arakan ini nantinya akan dilakukan disekitar
pemukiman warga Dieng dan terakhir nanti akan menuju ke telaga warna yang mana
rambut dari anak gimbal ini dipotong dan dilarung di telaga ini. Setelah
berjalan-jalan didepan rumah saya kembali masuk kedalam sambil tiduran lagi,
tiba-tiba pukul 08:00 terdengar suara dari salah satu warga yang memberikan
informasi bahwa untuk kendaran yang diparkir didepan rumah supaya dimasukan
kedalam atau dipindahkan ke tempat lain yang bertujuan agar tidak menghambat berlangsungnya
arak-arakan anak rambut gimbal nantinya. Setelah mendengar teriakan dari salah
satu warga tersebut anak-anak mulai terbangun mungkin gara-gara teriakan yang berulang-ulang
dan menyebabkan tidur mereka terganggu. Sambil menunggu arak-arakan datang saya
dan teman-teman memasak terlebih dahulu karena kami sudah mulai kelaparan,
sarapan pagi kali ini disponsori oleh indomie dan beberapa sisa sayur yang kami
panen kemarin. Setelah semua sudah siap kami langsung makan bersama seperti
kemarin ditambah dengan candatawa di pagi hari ini. Selesai makan kami langsung
membersihkan semua piring dan langsung menuju ke ruang tidur kami. Ruangan
tidur kami sangat luas dan cukup untuk menampung 15 orang, memang ruangan ini
sepertinya diseting untuk para tamu atau teman yang kebetulan lagi menginap
dirumah mas Dedi.
Masih pada molor akibat begadang semaleman |
Waktu itu pukul 10:00 dan
terdengar suara warga yang ramai, saya penasaran dong? Akhirnya saya keluar dan
melihat situasi..saya kira ada maling atau apa,ternyata acara arak-arakan akan
dimulai dan kebetulan startnya dekat dengan rumah mas Dedi. Saya waktu itu
sangat senang bisa ikut acara DCF ini tanpa ada biaya apapun, soalnya untuk
mengikuti semua rangkaian acara DCF tahun ini dipungut biaya Rp. 250.000an
dengan mendapat tiket VIP jazz gunung, melihat lampion, sampai mengikuti acara
larung rambut gimbal di telaga warna. Meskipun saya tidak bisa mengikuti acara
larung ditelaga warna yang dikarenakan saya tidak mempunyai tiket, tetapi cukup
dengan melihat arak-arakan anak rambut gimbal ini saya sudah merasa puas karena
sebelum memutuskan pergi ke acara DCF ini saya hanya penasaran bagaimana sih
suasana jazz gunung yang diselenggarakan di Dieng, ditambah dengan pesta lampion
dan pengen tau seperti apa sih anak Dieng yang berambut gimbal itu? Soalnya
dengar-dengar kalau anak yang diikutkan ruwat rambut gimbal semua kemauan anak
itu harus dituruti apapun itu. Semua yang bikin saya penasaran sebelumnya
akhirnya membuat saya tahu dan merasakan suasana baru di acara DCF di Dieng
ini.
Beberapa rombongan warga saat itu
sudah mulai banyak yang datang ditambah dengan beberapa para wisatawan lokal
maupun turis luar negeri yang ingin mengikuti acara ini, mereka semua sangat
antusias dengan arak-arakan anak rambut gimbal ini dibuktikan dengan semakin
padatnya ruas jalan, ada beberapa turis yang sedang berfoto dengan para
pengawal dan anak gimbal tersebut. Kepadatan mulai bertambah kembali setelah
ada Anji mantan Xdrive datang untuk mengikuti serangkaian arak-arakan ruwat
rambut gimbal ini, banyak wisatawan yang mencoba untuk berfoto dengan Anji tapi
disini saya hanya fokus pada anak rambut gimbal saja karena saya masih merasa
penasaran dengan anak spesial ini.
Setelah semua pengawal dan
pengisi acara sudah berkumpul untuk mengikuti arak-arakan ini acara langsung
dimulai dan perjalanan dimulai dari rumah mas Dedi. Setelah acara dimulai saya
langsung fokus untuk merekam arak-arakan ini dan memfoto beberapa momen, saya
melihat beberapa pengawal yang menunggangi kuda, anak gimbal yang menaiki kuda,
dan beberapa rombongan warga dibelakangnya yang mengikuti arak-arakan ini, dan
yang unik disini saya melihat mobil pickup yang memuat keinginan dari si anak
spesial ini seperti speda kecil, beberapa boneka teddy bear lucu, ditambah
dengan beberapa sajian makanan seperti tumpeng, ayam bakar, dan ketupat yang
sangat banyak. Wiiiihhhhh.....banyak juga yah keinginan anak spesial ini,
bayangkan kalau anda yang menjadi anak spesial itu, apa yang anda inginkan
dibenak teman-teman ?
Kok rame yahhhh |
Persiapan arak-arakan |
Yang di ruwat anak kecil yang naek kuda sama bapak itu |
Salah satu permintaan anak yang lagi diruwat |
Salah dua permintaan anak yang lagi diruwat |
Salah tiga permintaan anak yang diruwat, unyuk yakkk ^^ |
Selesai arak-arakan berjalan jauh
meninggalkan ruas jalan depan rumah mas Dedi, saya dan teman-teman bergiliran
untuk mandi kemudian lanjut untuk berkeliling menuju tempat wisata disekitar
Dieng. Sebelumnya kami merencanakan untuk pergi bersama-sama ke kawah sikidang
pukul 12:30 dengan kendaraan berbeda saya dan Muzaki pergi menggunakan motor
dan yang lain membawa mobil karena teman-teman dari ISI setelah dari kawah
sikidang langsung balik kerumah masing-masing. Tetapi rencana kami batal
setelah kami keluar dari gang rumah terlihat kendaraan yang sangat padat karena
banyak wisatawan yang mengikuti larung menuju telaga warna dan telaga warna
letaknya searah dengan kawah sikidang. Saya dan Muzaki bisa aja sih untuk
melewati kemacetan ini, tetapi teman-teman yang menggunakan mobil tidak bisa
untuk melaju seperti naek motor karena kendaran mobil benar-benar stuck dan
berhenti sangat lama oleh sebab itu kami memutuskan untuk berpisah di tengah
jalan.
Saya dan Muzaki akhirnya membuat
destinasi baru yaitu menuju batu ratapan angin yang letaknya dekat dengan
telaga warna. Setelah melewati kemacetan yang cukup lama akhirnya sampai juga
kami di batu ratapan angin dengan biaya tiket masuk Rp. 10.000/orang. Tempat
ini viewnya sangat bagus dan banyak sekali spot untuk berfoto untuk temen-temen
yang ingin berkunjung kesini. Untuk menuju batu ratapan angin ini saya parkir
berada dibawah karena kemacetan yang tidak bisa terkontrol, oleh sebab itu kami
parkir di bawah yang letaknya dekat dengan jalan utama. Sebenarnya ada parkiran
diatas tetapi masalah kemacetan tadi akhirnya saya memutuskan untuk parkir
dibawah dan kemudian kami melakukan treking dari parkiran bawah sampai menuju
batu ratapan angin dengan trek yang menanjak sekitar 20 menit dari parkiran
bawah. Sesampai di batu ratapan angin lumayan banyak wisatawan yang berkunjung kesana untuk berfoto, spot terbaik menurut saya disana
adalah terletak di batu besar yang dimana dibawah kita bisa melihat view telaga
warna dan spot lain yaitu di jembatan merah putih yang sebenarnya digunakan
untuk outbound anak-anak tetapi disewakan untuk umum, Apabila ingin melewati
jembatan merah putih dikenakan biaya sekitar Rp. 10.000. Kemarin saya tidak
berfoto dijembatan tersebut karena saya kira gratis, bukan pelit atau apa sih
soalnya sebelumnya Muzaki melewati jembatan merah putih ini tanpa dipungut
biaya dan sekarang baru diresmikan oleh sebab itu dikenakan biaya.
Area batu ratapan angin |
Trek sedikit terjal |
This is it |
Pos jembatan merah putih |
Cuman foto di sebelah jembatan merah putih |
Not bad dari bawah jembatan merah putih |
Setelah puas berfoto-foto kami
memutuskan untuk beristirahat sebentar untuk menikmati kentang goreng dan tahu
goreng disalah satu warung yang ada disana. Setelah mengisi tenaga kami
melanjutkan kembali menuju destinasi selanjutnya yaitu ke kawah sikidang. Untuk
menuju ke kawah sikidang kami tidak mengambil motor diparkiran melainkan dari
batu ratapan angin kami treking langsung menuju kawah sikidang. Mengapa saya
tidak mengambil motor ? karena untuk keluar dari parkiran sangat tidak
memungkinkan untuk mengendarai dengan kemacetan yang sangat padat, oleh sebab
itu kami memutuskan untuk treking dari batu ratapan angin menuju kawah sikidang
ditempuh sekitar 40 menitan. Lumayan jauh sih kalau treking, daripada kami
harus membawa motor dan terkena macet kembali oleh sebab itu kami pilih treking
ajalah sekalian olahraga...hehehehehe.
Setelah masuk dikawasan daerah
kawah sikidang kami harus membayar tiket masuk sebesar Rp. 15.000/ orang.
Sebenarnya ada ojek sih yang menawarkan jasanya pada waktu itu dengan biaya Rp.
10.000 tapi kami lebih memilih treking aja sambil menikmati suasana hijau di
kira dan kanan jalan. Sesampainya di kawah sikidang kami langsung menuju bukit
untuk mengabadikan momen dengan berfoto dibeberapa spot, di areal kawah
sikidang banyak sekali warung dan ada seperti pasar kecil yang menawarkan
oleh-oleh khas dieng mulai dari hasil bumi sampai hasil kerajinan warga
setempat.
Selesai dari bukit dan
berfoto-foto kami memutuskan untuk turun dan menuju pasar kecil untuk membeli
beberapa oleh-oleh buat orang dirumah sekitar pukul 16:00, dipasar ini saya
membeli kentang merah dengan ukuran yang kecil-kecil Rp. 25.000 dan juga air
putih Rp. 3.000 untuk perjalanan balik ke parkiran motor. Setelah membeli
oleh-oleh kami langsung menuju parkiran motor dengan melakukan treking kembali.
Sesampai parkiran kami langsung mengambil motor dan langsung menuju rumah mas
Dedi dan prepare untuk kembali ke Solo.
Pintu masuk kawah Sikidang |
Memasuki area pasar |
Salah satu stan di pasar |
Bisa juga buat oleh-oleh |
Area dalam kawah Sikidang |
Top of kawah Sikidang |
Setelah sampai mas Dedi waktu itu
pukul 17:00 kami langsung prepare dan orangtua dari mas Dedi memberikan sebuah
item menarik sebagai oleh-oleh...item apa yang kami dapat ?
jengg..jeng...jeng.......... kami mendapatkan sebuah item berupa satu karung
penuh dengan sayur-sayuran seperti daun bawang, wortel, kubis, dan lombok
dieng. Alhamdulilah dapet oleh-oleh darisini...tapi bingung mau ditaruh mana
soalnya semua tas udah penuh belum lagi kami nanti dijalan harus membeli carica
untuk oleh-oleh Rp 30.000 /box. Alhasil kami merombak lagi tas carier yang
awalnya berisi sedikit barang menjadi penuh. Setelah barang bawaan beres pukul
18:00 kami berpamitan untuk menuju Solo dan bermalem disana.
Pada pukul 19:00 kami sampai di
alun-alun wonosobo untuk beristirahat dan mencoba untuk membeli mie ongklok
khas Wonosobo Rp. 12.000/porsi di tambah dengan tahu bulat Rp. 5.000, ternyata
di Wonosobo banyak sekali yang menjual tahu bulat yang lagi hits...hehehehe.
Selesai dari alun-alun Wonosobo kami melanjutkan perjalanan lagi menuju Solo
tetapi kami berhenti kembali di daerah Temanggung untuk beristirahat dan
mengisi bensin RP. 25.000 sekitar pukul 21:30. Sesampainya di Solo kami
langsung istirahat dan menyimpan tenaga untuk melanjutkan perjalanan saya
kembal menuju Gresik.
HARI KE 4
Keesokan paginya pukul 08:00 saya
baru bangun dan badan masih terasa capek ditambah mata yang masih berat saya
langsung memaksakan untuk bergegas mandi dan sarapan biar sesampai di Gresik
tidak terlalu lama. Waktu itu saya baru meninggalkan Solo sekitar pukul 10:00
dan sampai di Gresik sekitar pukul 17:00, sempat waktu itu mengisi bensin di
daerah Bojonegoro Rp. 25.000.
Sekian perjalanan trip saya untuk
mengikuti acara Dieng Culture Festival tahun ini yang dimulai dari Gresik,
Solo, dan berakhir di Dieng. Banyak sekali pengalaman baru yang saya dapat
dimulai dari rasa penasaran saya akan menikmati jazz gunung, pesta lampion di
Dieng, ditambah dengan anak spesial dari Dieng yaitu dengan rambut gimbalnya.
Sampai bertemu di trip perjalanan saya selanjutnya untuk mengexplore alam Indonesia
yang sangat indah dan unik ini.
See you............ ^^
Rincian biaya :
Bensin Ngawi-Solo RP 25.000
Jajan di warung Rp 10.000
Hari 1
Belanja tembakau pasar solo + parkir Rp. 62.000*
Bensin Solo-wonosobo Rp. 20.000*
Belanja tembakau pasar legi Rp. 70.000*
Bensin wonosobo-dieng Rp. 25.000*
jajan di wonosobo Rp. 10.000
Ngopi di jazz gunung Rp. 10.000
Hari 2
Tambal ban Rp. 8.000
Ngopi di jazz gunung Rp. 10.000
Hari 3
Tiket Batu ratapan angin + parkir Rp. 12.000
Tiket Kawah sikidang Rp. 15.000
Belanja di kawah sikidang Rp. 28.000
Belanja bahan pokok buat orang rumah mas Dedi Rp. 100.000*
belanja Carica Rp. 30.000
Mie ongklok wonosobo + tahu bulat RP. 17.000
Bensin Temanggung-solo Rp. 25.000*
Hari 4
Bensin Bojonegoro-Gresik Rp. 25.000
Total : Rp. 502.000
Catatan
* (patungan)
0 komentar